Penyakit Asma dan Hipertensi pada Pasien COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh debate.com.mx

COVID-19 telah menjadi pandemi dunia sejak lebih dari 1 tahun. Wabah virus corona ini pada akhirnya dapat menginfeksi siapapun terlebih lagi pasien dengan penyakit penyerta. Beberapa laporan resmi menyebutkan bahwa pasien dengan komorbid, lebih rentan terinfeksi COVID-19 dengan derajat yang lebih parah dan tingkat kematian yang lebih tinggi. Komorbid Asma dan Hipertensi diduga juga sebagai komorbid yang mungkin dapat memperburuk kondisi COVID-19. Kami melaporkan seorang pasien wanita usia 53 tahun yang memiliki riwayat Asma dan Hipertensi dan terinfeksi COVID-19 dan dirawat inap pada bulan Desember 2020. Kondisi pasien saat datang dalam keadaan lemah disertai dengan keluhan batuk, sesak napas, demam namun tanpa disertai mengi. Keluhan dirasakan pasien sejak dua hari sebelum pasien bertemu dengan dokter jaga IGD di Rumah Sakit Universitas Airlangga. Hasil pemeriksaan awal didapatkan pasien memiliki hipertensi dengan frekuensi pernapasan yang sedikit bertambah, namun saturasi dalam batas normal diatas 95% tanpa bantuan oksigen tambahan. Dokter melakukan pemeriksaan darah dan foto polos dada pada pasien. Pemeriksaan darah didapatkan hasil darah putih yang masih normal, dimana sering didapatkan penurunan darah putih (lekosit) pada pasien COVID-19. Hasil CRP sedikit naik 14 poin diatas nilai normal 10. Hasil interleukin 6 juga meningkat 33,63, sementara nilai normalnya adalah dibawah 7. Hasil pemeriksaan foto polos dada didapatkan keradangan paru atau pneumonia yang didukung hasil CT scan dada didapatkan ground glass opacity (bayangan putih pada area paru) yang khas sebagai kelainan paru yang disebabkan oleh COVID-19. Hasil swab PCR didapatkan positif. Pemeriksaan gas darah dan d dimer dalam batas normal.

Dokter mendiagnosis pasien sebagai pasien pneumonia terkonfirmasi COVID-19 ringan sedang disertai dengan Hipertensi dan Asma tidak dalam serangan. Pasien juga mengalami kecemasan sehingga sulit tidur. Dalam kondisi tersebut, pasien mendapatkan perawatan di ruang isolasi khusus bertekanan negatif di rumah sakit rujukan COVID-19 yaitu Rumah Sakit Universitas Airlangga. Pasien mendapatkan penanganan oleh tim kesehatan multidisiplin yang terdiri Dokter spesialis Penyakit dalam, Paru, Jantung, Psikiatri, Patologi Klinik, Mikrobilogi Klinik, Radiologi, Anestesi Intensivist, Tim Perawat, Ahli Gizi dan lainnya serta ketersediaan teknologi Robot Raisa yang dibuat oleh tim ITS (Institut Teknologi Sebelas November Surabaya). Dengan ketersediaan teknologi yang canggih di Rumah Sakit Universitas Airlangga, pasien dapat terpantau dengan baik melalui CCTV selama 24 jam.

Pasien mendapatkan penanganan secara komprehensif dari tim. Pasien menerima obat dan penanganan non obat. Obat yang diterima pasien diantara antivirus Favipiravir selama 5 hari, Deksamethason suntik, Asetilsistein, Imunomodulator dan Multivitamin. Selain itu pasien juga mendapatkan infus plasma konvalesen 1 kantong perhari selama 2 hari dan mendapatkan Tocilizumab (anti-interleukin 6) 400mg sekali. Dokter psikiater memberikan psikoterapi dan obat anticemas. Dokter jantung memberikan obat anti hipertensi dan antikoagulan. Untuk menjaga status asma, dokter paru memberikan obat inhaler yang khusus untuk pasien (personalized) guna menghindari penggunaan nebul terkait risiko aerosolisasi. Selama perawatan dua minggu, pasien mengalami perbaikan kondisi. Pasien dinyatakan dapat melanjutkan rawat jalan meskipun hasil swab evaluasi masih positif. Pasien melanjutkan isolasi mandiri di rumah.

Pelajaran yang bisa kita ambil, bahwa COVID-19 menyerang siapapun terutama dengan komorbid dan hal tersebut dapat menambah kecemasan pasien. Penanganan komprehensif dan multidisiplin yang berfokus kepada pasien dapat mendukung kesembuhan pasien COVID-19.

Penulis: Alfian Nur Rosyid

Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada:
https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2021061711521334_MJMHS_0367.pdf

Nasronudin et al. (2021). Bronchial Asthma, Hypertension and COVID-19: A Case Report. Mal J Med Health Sci 17(SUPP4): 167-169, June 2021.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp