Rehabilitasi Pasca Coronary Artery Bypass Graft (CABG)

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Kompas Health

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah keadaan abnormalitas jantung yang disebabkan oleh penyempitan atau obstruksi arteri koronaria yang mensuplai darah ke jantung. WHO menyatakan bahwa 31% penyebab dari  seluruh kematian secara global adalah penyakit kardiovaskular (CVD). Beberapa faktor resiko CVD  antara lain hipertensi, kadar lipid darah yang tinggi, perokok, inaktifitas fisik, obesitas, diet yang tidak sehat dan  diabetes.  Hal ini membutuhkan penanganan yang komprehensif interdisiplin ilmu antara lain rehabilitasi kardiovaskuler.

Tatalaksana PJK adalah dengan pemberian medikamentosa atau dilakukan tindakan revaskularisasi dimana bisa diberikan dengan cara intervensi perkutan (PCI) dan coronary artery bypass graft (CABG). Tindakan CABG ini dapat menimbulkan resiko dan komplikasi. Beberapa komplikasi paska CABG yaitu komplikasi kardiak, komplikasi paru, disfungsi diafragma, gangguan fingsi ginjal, pressure ulcus karena immobilisasi, anxiety, dan stroke.  Komplikasi kardiak yang dapat terjadi berupa hipovolemia, perdarahan, hipotermia, hipotensi, aritmia, disfungsi kontraktil, dan postoperative miokardial  infark. Komplikasi pulmonal dapat berupa haemothorax, pneumothorax, atelectasis, pneumonia dan pulmonary embolism. Problem lain yang sering terjadi pasca CABG adalah nyeri, penumpukan sputum, bronkopneumonia, efusi pleura, efusi  pericardial, spasme otot, oedem extremitas bawah (bila graft diambil dari extremitas bawah), dan infeksi bekas luka operasi.  Disinilah peran rehabiliitasi kardiak bagi pasien CABG untuk mengurangi beberapa resiko komplikasi diatas.

Rehabilitasi kardiak adalah tindakan pelayanan jangka panjang yang komprehensif meliputi evaluasi medik, peresepan latihan,  modifikasi faktor resiko jantung, edukasi, konseling dan intervensi behavior. Peran rehabilitasi jantung ini sudah  dimulai sejak pre tindakan CABG dan dilanjutkan setelah tindakan CABG. Sasaran rehabilitasi jantung adalah mengembalikan pasien untuk mencapai kondisi yang optimal secara fisik, mental, sosial dan vokasional, meningkatkan kapasitas fungsionalnya, meningkatkan aliran darah coroner / sistim kolateral, memperbaiki efisiensi sistem cardiovaskuler, memperbaiki  faktor resiko, meningkatkan aktifitas kehidupan sehari hari, meningkatkan kwalitas hidup. Phase rehabilitasi pasien CABG dibagi menjadi; fase I dilakukan saat pasien dirawat dirumah sakit sebelum dan setelah CABG, fase II sampai fase III/IV dilakukan pasien pasca CABG yang sudah keluar dari rumah sakit serta untuk mencegah kekambuhan.

Pada Rehabilitasi Fase I (inpatient phase)

Cough exercise

 dibagi menjadi pre- dan post-CABG. Tujuan dari rehabilitasi pre-CABG adalah adalah mencegah komplikasi pasca tindakan CABG, terutama komplikasi pulmonal. Program rehabilitasi ini masing masing pasien berbeda, bersifat individual Sehingga sebelum melakukan rehabilitasi, pasien dievaluasi terlebih dahulu dengan menggunakan 6 minute walking test (6MWT). Tujuan dari 6MWT adalah untuk mengetahui kemampuan fungsional pasien dengan menggunakan satuan METs.

Program rehabilitasi dimulai dengan assesmen pasien dan edukasi kepada pasien bahwa latihan ini diperlukan untuk mencegah resiko terjadinya komplikasi pasca operasi. Managemen psikososial juga dibutuhkan untuk memanage psikologi pasien, adanya kecemasan atau ketakutan gerak pasca CABG. Sebelum pasien keluar dari rumah sakit perlu dilakukan evaluasi kemampuan fungsionalnya yaitu dengan melakukan  6 MWT untuk mengevaluasi  aktifitas kehidupan  sehari hari yang dapat dilakukan dengan aman.  Selain itu juga diberikan edukasi mengenai modifikasi kebiasaan hidup sebelum operasi, untuk pencegahan sekunder yaitu latihan rutin aerobik , kontrol tekanan darah, level kolesterol dan gula darah, berhenti merokok, memanage stres. Kemudian melakukan perencanaan rehabilitasi cardiac fase II.

Pada Rehabilitasi fase II (outpatient phase) dimulai 1-3 minggu setelah keluar dari rumah sakit (hospital discharge) dengan supervisi dalam pelaksanaan latihan fisik. Jenis Latihan yang diberikan pada fase ini: Latihan endurance dan resistance. Latihan dapat diberikan setelah dilakukan uji latih jantung terlebih dahulu. Selain itu, pada fase II juga dapat diberikan latihan Resistance dan Flexibility yang bertujuan untuk meningkatkan jangkauan gerak (range of motion/ROM), menghilangkan rasa nyeri, serta mengembalikan / meningkatkan kekuatan atau daya tahan otot. Pada fase ini perlu diperhatikan tanda dan gejala instabilitas sternum saat melakukan latihan fisik.Latihan flexibility dapat dimulai 3-5 minggu setelah pasien keluar rumah sakit.

Pada Rehabilitasi Fase III (Maintenance phase) merupakan fase yang paling penting dimana benefit yang didapat saat fase II dapat hilang jika pasien berhenti melakukan latihan fisik. Fase ini dilakukan selama 3-6 bulan.

Program rehabilitasi jantung adalah program jangka panjang yang komprehensif yang melibatkan evaluasi medis, latihan yang diawasi, modifikasi faktor risiko jantung, pendidikan, dan konseling. Rehabilitasi jantung berbasis latihan CABG membatasi efek fisiologis dan psikologis penyakit jantung, mengontrol gejala gagal jantung, menstabilkan atau membalikkan proses aterosklerotik, meningkatkan status psikososial, dan mengurangi risiko kematian mendadak infark berulang. Rehabilitasi jantung mengurangi faktor risiko, meningkatkan kapasitas latihan fisik, kepatuhan pengobatan terhadap terapi pencegahan sekunder, dan kelangsungan hidup setelah operasi CABG.

Penulis:  Ivana Purnama Dewi, Kristin Purnama Dewi, Tiniwati Tanojo, Eka Prasetya Budi Mulia, Meity Adriana

Link: https://www.apicareonline.com/index.php/APIC/article/view/1383

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp