Korelasi antara Usia, Jenis Kelamin, dan Gejala terhadap Jumlah Sendi yang Bermasalah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Klikdokterr

Artritis idiopatik juvenil (AIJ)merupakan penyakit radang sendi kronis yang ditemukan pada anak dibawah 16 tahun dengan penyebab autoimun. Gejala klinis yang timbul pada anak dengan AIJ sangat beragam dan tidak spesifik. Akibat beragamnya gejala klinis yang timbul, terkadang penyakit AIJ pada anak dapat tidak terdiagnosis. Hal ini dapat menyebabkan disabilitas jangka pendek hingga panjang pada anak. Di Eropa dan Amerika Utara dilaporkan angka kejadian AIJ sebanyak 16 – 150 dari 100.000, sedangkan di Asia yaitu di Jepang angka kejadian AIJ sangat sedikit dilaporkan sebanyak 0.83 per 100,000. Di berbagai negara hanya sedikit survei yang menilai epidemiologi AIJ, bahkan negara maju seperti Perancis, masih jarang ada yang mengetahui tentang perjalanan pasien secara akurat baik dalam diagnosis maupun perawatan penderita AIJ (4). Di Indonesia pelaporan AIJ sangat sedikit, kejadian AIJ di Indonesia yang pernah dilaporkan sebanyak 198 dari tahun 2001-2006. Rematologi anak masih dianggap sebagai subspesialisasi muda di banyak negara, meskipun standar pendidikan kedokteran dan perawatan pasien telah berkembang pesat seiring waktu. Pengakuan para akademisi untuk subspesialisasi ini dan peluang untuk mendapatkan pendidikan kedokteran rematologi anak di berbagai center pediatri masih belum cukup memadai. Bahkan beberapa negara maju telah mengubah perawatan pasien ke arah tim rematologi anak ke berbagai multidisiplin yang sangat terspesialisasi dalam tatalaksananya.

Sampai saat ini berbagai tenaga kesehatan seperti dokter umum, bahkan dokter spesialis anak masih memiliki pengetahuan yang sangat kurang tentang penyakit rematologi anak, terutama dalam pemeriksaan klinis muskuloskeletal pediatrik. Minimnya perhatian terhadap AIJ menyebabkan penyakit ini juga terasa asing di masyarakat terutama tenaga kesehatan seperti di Indonesia. Hal ini berdampak pada keterlambatan penegakan diagnosis pada AIJ sehingga menurunkan keberhasilan tatalaksana AIJ. Bahkan sampai saat ini etiologi dan patogenesis AIJ belum diketahui secara pasti, sehingga masih menggunakan krtiteria dalam penegakan diagnosis. Akibatnya sering terjadi kesalahan diagnosis AIJ yang sangat merugikan penderita. Maka berdasarkan pentingnya penegakan diagnosis AIJ, kami sebagai peneliti berkeinginan untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin, dan gejala terhadap jumlah sendi yang bermasalah pada anak dengan AIJ di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia sebagai rumah sakit pendidikan dokter spesialis terbesar di Indonesia Timur. Sehingga dapat membantu para tenaga kesehatan untuk mengetahui korelasi antara usia, jenis kelamin, dan gejala terhadap jumlah sendi yang bermasalah pada anak dengan AIJ.

Partisipan dalam penelitian ini merupakan anak yang terdiagnosis AIJ. Partisipan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi meliputi pasien berusia <18 tahun, terdiagnosis AIJ berdasarkan International League of Associations for Rheumatology (ILAR). Kriteria eksklusi meliputi rekam medis pasien yang tidak lengkap. Penelitian menggunakan desain retrospektif dengan metode total sampling selama 4 tahun terakhir. Penelitian ini terlebih dahulu melaksanakan ethical approval berdasarkan Declaration of Helsinki in Ethic Committee RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia. Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, gejala, dan jumlah sendi yang bermasalah. Data yang diperoleh dianalisis secara regresi linier berganda.

Dari 50 partisipan yang diperoleh, rerata usia partisipan sebesar 105.12 ± 45.33 bulan dengan nilai median 108.00 (24.00 – 192) bulan. Paling banyak partisipan berusia 108 bulan (12%), diikuti 120 bulan dan 132 bulan yang mana masing-masing sebanyak 10%. Sebagian besar partisipan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 60%. Jumlah partisipan mengalami yang mengalami gejala nyeri sebanyak 88.0% dan jumlah gangguan sendi partisipan paling banyak yaitu 2 sendi. Dari data yang diperoleh secara statistik didapatkan korelasi yang tidak signifikan antara jenis kelamin, juga usia terhadap jumlah sendi yang bermasalah. Sedangkan korelasi signifikan didapatkan antara gejala terhadap jumlah sendi yang bermasalah, dimana meliputi bengkak, demam, dan nyeri. Maka implikasi dari hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gejala terhadap jumlah sendi yang bermasalah, sedangkan untuk usia dan jenis kelamin terhadap jumlah sendi yang bermasalah tidak signifikan.

Penulis: Dr. Azwin Mengindra Putera, dr, SpA(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://doi.org/10.37506/ijfmt.v15i2.14791

Made Retna Paramita Savitri, Azwin Mengindra Putera, Noor Idha Handajani (2021). Correlation of Age, Sex, and Symptoms to Number of Problematic Joints in Children with Idiopathic Juvenile Arthritis. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, April-June 2021, Vol. 15, No. 2.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp