Duta Budaya Jatim Paparkan Perlunya Upaya Pelestarian Budaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sebagian kecil ragam budaya Indonesia dan peribahasa Jawa, yang ditampilkan pada webinar Airlangga Got Talent. (Foto: Dokumen pribadi)

UNAIR NEWS – Era globalisasi seperti sekarang ini, perlu rasanya berupaya untuk melestarikan kebudayaan lokal. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara berkarya yang berorientasi pada pelestarian budaya. 

Setidaknya begitulah yang disampaikan oleh Dwi Retno Puspitasari, Duta Budaya Jawa Timur tahun 2021. Penyampaian materi tersebut, dilakukan pada webinar Airlangga Got Talent pada Sabtu (21/08/2021).

Pada pemaparannya, Dwi Retno menyampaikan bahwa pelestarian kebudayaan sesungguhnya telah termaktub dalam peraturan pemerintah.

“Pada UUD 45 pasal 32, yang berbunyi “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Kemudian juga diatur dalam undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan. Pemajuan kebudayaan berasaskan toleransi, keberagaman, kelokalan, lintas wilayah, partisipatif, manfaat, keberlanjutan, kebebasan berekspresi, keterpaduan, kesederajatan, dan gotong royong,” papar Dwi Retno.

Kemudian, sambung Dwi Retno, bahwa kita sebagai milenial juga dapat turut berpartisipasi dalam melestarikan budaya. Partisipasi tersebut yakni melalui dua poin, culture experience dan culture knowledge.

Culture experience, yakni dengan terjun langsung ke dalam sebuah pengalaman kultural. “Di sini maksdunya misalnya kita mau melestarikan tarian, jadi terjun langsung untuk mempelajari, latihan langsung, dan mementaskan,” tutur Dwi Retno.

“Sedangkan culture knowledge yakni dimana ini merupakan cara memperkaya pengetahuan dan mengenal tentang kebudayaan lokal. Kita yang tidak terjun langsung atau belajar langsung mengenai budaya, ya kita setidaknya mau untuk mencari tahu, menggali, kebudayaan kita itu apa saja. Hal itu sekaligus sebagai upaya mengantisipasi pembajakan budaya dan lain-lain,” imbuh Dwi Retno.

Sementara itu terkait cara melestarikan budaya Indonesia, Dwi Retno menyebut bahwa kita dapat menggunakan platform digital. Gadis kelahiran Malang itu memaparkan, bahwa platform digital memiliki jangkauan yang luas. Dengan begitu, maka milenial dapat turut andil dalam pelestarian budaya Indonesia dengan pembuatan karya berupa konten kreatif.

“Karena memang media sosial itu jangkauannya luas, jadi dengan kita bikin konten kreatif. Budaya itu dinamis, kita bisa mengemas, bagaimana kita bisa mengenalkan budaya lokal kita itu agar bisa  menarik dan bisa ditularkan kepada orang-orang lain,” lanjutnya.

Mengenai ide pembuatan konten kreatif, Dwi Retno menyinggung bahwa kita dapat menampilkan apapun yang berkaitan dengan budaya. Sebagai contoh, yakni pembuatan video mengenai ragam salam di Indonesia, ataupun cara mudah memakai jarik (kain rok asli Indonesia, Red).

Menurut Dwi Retno, yang terpenting yakni tidak perlu menjadi orang yang hebat untuk memulai berkarya. Namun dengan memulai berkaryalah, kita bisa menjadi orang-orang yang hebat. 

“Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang kaya sekali akan budaya. Jadi tidak akan ada habisnya kita sebagai generasi muda untuk menggali atau mencari tahu atau mempelajari budaya kita sendiri,” ujarnya.

Terakhir, mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga tersebut menutup sesi dengan peribahasa Jawa yang menjadi favoritnya. “Mangasah mingising budi, memasuh malaning bumi, mamyu hayuning bawana. Yang artinya selalu asah kecerdasanmu, hindari segala sifat buruk, dan senantiasa lakukan kebaikan yang diperintahkan oleh Tuhan,” pungkasnya.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp