Psikologi UNAIR Latih Remaja Menjadi Konselor Sebaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Suasana Zoom Meeting Webinar Series: Remaja Sehat dan Jiwa Berempati. (Sumber: SS Zoom Meeting)

UNAIR NEWS – Masa remaja identik dengan proses transisi yang penuh dengan tantangan, peran, dan dinamikanya dengan lingkungan sosial, yang tidak jarang menjadi pemicu stres. Tidak mengherankan jika kemudian masa remaja juga identik dengan menjadi teman sebaya atau rekan curhat bagi kawan mereka.

Maka dalam Webinar Series: Remaja Sehat dan Jiwa Berempati pada Minggu (15/08/2021), Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) mengajak dan melatih para remaja untuk menjadi rekan curhat yang baik.

Menjadi bagian dari upaya pengabdian masyarakat, webinar bebas biaya tersebut diisi oleh Psikolog Puskesmas Kota Yogyakarta dan Komunitas Kesehatan Mental @temanbaik_kamu Yustisia A. Septiani, M.Psi., Psikolog. Dalam kesempatannya, Yustisia membagikan materi dan kiat-kiat berjudul Konselor Sebaya: Yuk Menjadi Pendengar yang Baik.

Menurut Yustisia, untuk menjadi konselor sebaya atau setidaknya ‘teman yang baik’, peran paling dasar yang harus remaja miliki adalah menjadi pendengar yang baik. Konseling sebaya sendiri merupakan proses mendengarkan, mendukung, dan memberi alternatif solusi pada teman sebaya.

“Namun harus dicatat bahwa konseling ini hanya memberikan sedikit atau bahkan tanpa nasihat,” jelasnya.

Konselor sebaya sendiri memiliki banyak peran penting. Pertama sebagai teman curhat yang mendorong stress release dan mendorong mereka untuk melakukan refleksi atas permasalahan yang dihadapi. Kedua sebagai co-problem solver yang memberikan alternatif solusi, namun bukan pemberi solusi tunggal.

“Terakhir, menjadi gate keeper yang mampu bersikap awas dan menyadari perubahan perilaku dan suasana hati kawan kita. Jika menyadarinya, kita harus segera merangkul dan membantu mereka. Itulah mengapa konselor sebaya juga menjadi bentuk pertolongan pertama psikologis,” imbuh Yustisia.

Selain memberikan materi, Yustisia pun juga memberikan pendampingan pada sesi praktik. Mengajak seluruh peserta untuk mempraktikkan konseling, Yustisia menyebut prinsip dasar mendengarkan terdiri dari attentive listening, responsive listening, serta active listening.

Sesi interaktif itupun diikuti dengan penuh semangat dari peserta webinar yang didominasi oleh para remaja. Dimoderatori dosen Psikologi Valina Khiarin Nisa, S.Psi., M.Sc., kegiatan tersebut menjadi bentuk implementasi sustainable developpment goals (SDGs) yang diselenggarakan oleh Kelompok Kajian Gender dan Anak berkolaborasi dengan Komunitas Kesehatan Mental Teman Baik. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp