Studi Klinik Keamanan Produk Herbal Antimalaria Tablet Sambiloto pada Sukarelawan Sehat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Selfhacked

Penyakit malaria masih menjadi problem kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut laporan WHO (2020) diketahui bahwa pada tahun 2019 terdapat 229 juta kasus malaria di seluruh dunia dengan 409.000 kasus kematian. Tingginya kasus malaria semakin diperparah dengan munculnya resistensi terhadap obat-obat antimalaria, terutama obat antimalaria lini pertama seperti klorokuin, kina, dan sulfadoxin-pirimetamin. Berdasarkan hal ini maka penemuan obat antimalaria baru yang efektif dan aman sangat dibutuhkan.

Andrographis paniculata dikenal di Indonesia dengan nama herba sambiloto. Tanaman ini telah digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati malaria dan merupakan kandidat yang potensial untuk pengembangan obat malaria. Sambiloto telah diketahui memiliki berbagai efek farmakologis pada hewan dan manusia. Pada penelitian dengan hewan coba, telah ditemukan bahwa sambiloto memiliki efek antikanker, hepatoprotektif, antipiretik, analgesik, antifertilitas, antihiperglikemik, hipolipidemik, dan antimalaria.  Sedangkan pada uji klinis yang dilakukan pada manusia, diketahui sambiloto efektif dalam mengobati HIV dan faringotonsilitis.

Ekstrak sambiloto dan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, memilki kemampuan menghambat pertumbuhan parasit Plasmodium secara in vivo dan in vitro. Beberapa data yang telah dilaporkan, antara lain, ekstrak metanol sambiloto mampu menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum dengan nilai IC50 7,2 µg/ml. Ekstrak etanol sambiloto juga menghambat pertumbuhan Plasmodium berghei pada hewan coba mencit yang terinfeksi. Sambiloto mengandung banyak senyawa kimia, termasuk diterpenoid lakton, glikosida diterpen, flavonoid, dan glikosida flavonoid yang berperan penting dalam memberikan efek antimalaria. Andrografolida adalah kandungan bioaktif utama yang ditemukan di berbagai bagian tanaman sambiloto. Andrografolida dilaporkan memiliki nilai IC50 terhadap P. falciparum sebesar 9,1 µM. Nilai tersebut menunjukkan aktivitas antimalaria yang sangat potensial dari sambiloto. IC50 adalah konsentrasi/dosis efektif yang dapat menghambat pertumbuhan Plasmodium sebesar 50%.

Dalam penelitian kami sebelumnya, telah dihasilkan produk herbal dengan kandungan bahan aktif fraksi etil asetat dari ekstrak etanol sambiloto, dengan kandungan andrografolida yang terstandar. Produk ini kami beri nama tablet sambiloto AS201-01. Tablet AS202-01 dapat menghambat pertumbuhan P. berghei pada hewan coba mencit dengan nilai ED50 5.95mg/kgBB yang tergolong aktif sebagai antimalaria. Hasil uji toksisitas akut pada tikus menunjukkan bahwa pemberian AS201-01 selama 14 hari tidak menyebabkan kematian dan tidak ditemukan gejala toksisitas pada hewan coba dengan LD50 lebih dari 2.000 mg/kg BB. Hasil uji toksisitas kronik pada tikus jantan dan betina menunjukkan bahwa hematologi dan biokimia darah tikus jantan dan betina yang diberikan tablet AS201-01 selama 30 hari dalam kondisi normal. Selain itu, tidak ditemukan adanya gejala toksisitas dan kematian pada hewan coba. Hal ini berarti bahwa tablet AS201-01 yang diberikan pada hewan coba aman untuk digunakan.

Tablet AS201-01 adalah kandidat kuat untuk produk fitofarmaka antimalaria. Sebelum diujikan pada pasien penderita malaria dalam uji klinik, perlu dilakukan pengujian terhadap keamanannya pada penggunaan oleh orang sehat, disamping uji praklinik pada hewan coba. Pada penelitian ini, kami menunjukkan hasil uji klinis fase 1 dari tablet sambiloto  AS201-01 yang setara dengan 35 mg andrografolida per tablet  pada sukarelawan sehat.

Penelitian ini merupakan penelitian random, double-blind controlled cross-over, desain terkontrol plasebo yang terdiri dari pengobatan 4 hari tablet AS201-01. Sebanyak 30 sukarelawan sehat (16 laki-laki dan 14 perempuan) dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok 1 menerima tablet AS201-01 dan kelompok 2 menerima tablet plasebo. Masing-masing sukarelawan pada tiap kelompok diberi 4 tablet (obat atau placebo), dua kali sehari selama 4 hari. Sebelum pengobatan, dilakukan pemeriksaan fisik kepada sukarelawan, sebagai data base line. Selanjutnya pada akhir penelitian dilakukan pengamatan efek dari AS201-01 terhadap parameter biokimia darah (SGOT, SGPT, Gamma GT, BUN, dan Kreatinin), hematologi (pemeriksaan darah lengkap dan glukosa darah), dan profil urin. Efek samping yang muncul selama sukarelawam mengkonsumsi obat di catat dan diperhatikan. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada parameter yang diamati dari pemberian AS201-01 pada sukarelawan sehat. Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok uji dan kontrol mengenai profil hematologi, biokimia, dan profil urin. Tidak ditemukan tanda-tanda efek samping berbahaya pada sukarelawan yang menerima tablet AS201-01 selama pengujian. Terdapat peningkatan nafsu makan dan tidur yang lebih baik, yang dikategorikan sebagai kelas 1 menjadi efek samping yang dilaporkan oleh sukarelawan setelah pengobatan dengan tablet AS201-01. Hasil analisis dari data-data tersebut menunjukkan bahwa pemberian tablet AS201-01 yang mengandung fraksi etil asetat sambiloto (A. paniculata) dengan aturan pakai 2 kali sehari 4 tablet selama 4 hari pada sukarelawan sehat,  dapat diklasifikasikan sebagai bahan obat yang tidak beracun dan aman.

Penulis: Dr. Aty Widyawaruyanti, M.Si., Apt.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/jbcpp-2020-0381/html

Aty Widyawaruyanti, Arijanto Jonosewojo, Hilkatul Ilmi, Lidya Tumewu, Ario Imandiri,
Endang Widiastuti, Lilis Dachliyati, Muhammad F Budiman, Dwi Setyawan, Achmad F Hafid
and Indah S Tantular. Safety evaluation of an antimalarial herbal product from Andrographis paniculata (AS201-01) in healthy volunteers. J Basic Clin Physiol Pharmacol 2021; aop. https://doi.org/10.1515/jbcpp-2020-0381

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp