Potensi Daun Ramayana sebagai Antimalaria Bahan Alam

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Kendari Pos

Malaria merupakan penyakit infeksi oleh protozoa dari jenis Plasmodium yang menyerang sel darah merah. Penyakit ini dikategorikan sebagai endemi yang pencegahan dan penanganannya masih terus diupayakan di dunia, termasuk di Indonesia. Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggungjawab terhadap tingginya angka kesakitan dan kematian di banyak negara. Di Indonesia sendiri, angka kasus malaria masih cenderung stagnan, bahkan meningkat di daerah endemis tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti masih banyaknya kasus yang belum terdeteksi sehingga dapat terus menularkan kepada orang lain, atau munculnya kasus infeksi ulang karena tidak melakukan pencegahan atau pengobatan dengan tepat. Serta tumbuh dan menyebarnya resistensi parasit terhadap obat antimalaria, atau resistensi nyamuk Anopheles terhadap insektisida juga menjadi masalah utama dalam proses pengendalian malaria.

Ketersediaan obat baru yang efektif, aman, memiliki efek samping sedikit, dan terjangkau bagi masyarakat sangat diperlukan dalam pengendalian malaria. Selain dengan menggunakan obat sintetis dapat pula menggunakan obat antimalaria dari bahan alam. Penelitian terhadap bahan alam dalam upaya penemuan dan pengembangan obat antimalaria baru masih terus dilakukan oleh para peneliti. Penggunaan tanaman obat untuk mengobati malaria sendiri juga masih dipilih oleh 75% pasien malaria di dunia.

Cassia spectabilis  ( Ramayana) merupakan salah satu tanaman yang dikenal secara tradisional untuk mengatasi malaria. Tanaman ini diketahui mengandung beberapa golongan senyawa yang beberapa di antaranya diketahui memiliki aktivitas antimalaria seperti alkaloid, terpenoid dan flavonoid. Secara sistem kekerabatan diketahui bahwa dalam satu genus tanaman memiliki kemungkinan kandungan dan aktivitas yang sama. Cassia siamea atau yang dikenal dengan Johar terbukti memiliki senyawa alkaloid dengan nama Cassiarin A yang sangat aktif sebagai antimalaria. Berdasar hal tersebut, maka telah dilakukan penelitian untuk menemukan senyawa aktif dari Cassia spectabilis yang mampu menghambat pertumbuhan parasit penyebab penyakit malaria. Hasil pemisahan secara bertahap yang dilanjutkan dengan pengujian secara in vitro terhadap parasit Plasmodium falciparum menunjukkan bahwa dari daun Ramayanadiperoleh senyawa aktif antimalaria yang memiliki pola struktural yang identik dengan (–)-7-hydroxicassine.

Pengujian aktivitas pencegahan malaria terhadap hewan coba mencit yang telah terinfeksi malaria juga dilakukan guna melihat gambaran aktivitas daun Ramayana dalam menurunkan resiko penyakit malaria fatal. Obat pencegah malaria tidak dapat mencegah terjadinya infeksi, namun dapat bekerja untuk membunuh parasit yang sudah ada sehingga tidak mengalami kondisi malaria berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 90% dari daun Ramayanadapat mencegah penyakit malaria dengan kemampuan menghambat pertumbuhan parasit hingga 68,61% dan mendekati kemampuan obat standar pencegah malaria doksisiklin (73,54%)

Selain pengujian aktivitas, penelitian mengenai mekanisme kerja dalam menghambat parasit penting dalam upaya penemuan dan pengembangan obat antimalaria. Salah satu mekanisme kerja yang berpotensi menjadi target obat antimalaria yaitu proses detoksifikasi heme. Beberapa pustaka menyatakan bahwa heme bebas bersifat racun bagi parasit malaria, dan salah satu cara parasit untuk menghindarinya adalah dengan mengembangkan detoksifikasi heme yang mengubah heme menjadi tidak berbahaya lagi. Oleh karena itu, dengan menghambat proses detoksifikasi heme mampu menyebabkan gangguan pertumbuhan bahkan kematian parasit malaria. Dengan demikian bahan yang mempunyai aktivitas penghambatan detoksifikasi heme tinggi, sangat berpotensi sebagai antimalaria. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 90% dari daun  Ramayana(IC50 = 0,375 mg/ml) memiliki daya hambat proses detoksifikasi heme lebih tinggi dibandingkan obat standar antimalaria klorokuin difosfat (IC50 = 0,682 mg/ml).

Dalam upaya pencegahan resistensi parasit terhadap obat antimalaria, terapi kombinasi dengan turunan artemisinin sangat direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai terapi pilihan yang mampu mengendalikan penyebaran resistensi parasit malaria. Terapi kombinasi juga mampu meningkatkan efektivitas terapi. Oleh karena itu, dilakukan pula terapi kombinasi antara tanaman tersebut dengan obat standar antimalaria artesunat dalam berbagai model juga dilakukan dengan harapan dapat memberikan efek sinergis sebagai antimalaria. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 90% dari daun Ramayana150 mg/kg tiga kali sehari selama tiga hari yang diikuti pemberian artesunat 36,4 mg/kg satu kali sehari di hari terakhir pemberian ekstrak, mampu menghambat pertumbuhan parasit (99,18%) lebih baik dibandingkan artesunat sendiri (82,60%) maupun kombinasi obat amodiakuin dan artesunat (92,88%).

Berdasarkan hasil keseluruhan pengujian secara in vitro dan in vivo yang telah dilakukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa daun Ramayanamemiliki aktivitas antimalaria sangat baik, baik untuk pencegahan maupun pengobatan radikal, dimana senyawa (−)-7-hydroxycassine mungkin berperan penting dalam aktivitas antimalarianya. Ekstrak etanol 90% dari daun Ramayanajuga ditemukan lebih aktif dalam menghambat proses detoksifikasi heme dibandingkan obat standar antimalaria klorokuin difosfat. Demikian pula dalam terapi kombinasi dengan turunan artemisinin, ekstrak etanol 90% dari daun Ramayana menunjukkan efek potensial dalam kombinasi dengan artesunat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa yang terkandung dalam tanaman Ramayana berpotensi sebagai sumber bahan baku pengembangan obat antimalaria baru berbasis tanaman.

Penulis: Wiwied Ekasari

Link Jurnal: Antiplasmodial activity of ethanolic extract of Cassia spectabilis DC leaf and its inhibition effect in heme detoxification

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp