Penyebaran COVID-19 merupakan tantangan untuk sistem perawatan kesehatan. Pencegahan infeksi di rumah sakit adalah yang terbaik saat ini mengingat COVID-19 adalah penyakit yang sangat menular. Rumah sakit merupakan unit layanan penting dan esensial yang harus memperhatikan pencegahan paparan kepada orang-orang yang berisiko tertular penyakit penyerta namun tetap dituntut memberikan pelayanan prima untuk pasien penderita COVID-19 maupun pasien bukan penderita COVID-19.
Masalah yang dihadapi tidak hanya meningkatnya permintaan untuk perawatan kesehatan oleh orang-orang dengan penyakit COVID-19, tetapi diperburuk oleh ketakutan, stigma, informasi yang salah dan pembatasan pergerakan yang mengganggu dengan pemberian pelayanan kesehatan untuk semua penyakit. Kemampuan sistem untuk mempertahankan layanan kesehatan akan tergantung pada beban penyakit yang mendasari, serta kapasitas sistem kesehatan selama pandemi. Sistem kesehatan yang terorganisasi dan dipersiapkan dengan baik akan mampu memelihara akses yang sama ke layanan kesehatan esensial yang berkualitas selama darurat, untuk membatasi kematian langsung dan mencegah kematian.
Pelayanan kesehatan khususnya bidang uroginekologi juga harus beradaptasi ke situasi pandemi.
Tantangan yang dihadapi yaitu pasien di klinik uroginekologi sebagian besar merupakan pasien lanjut usia seperti pada kasus prolaps organ panggul. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa usia adalah faktor utama yang mempengaruhi derajat prolaps uteri, melemahnya jaringan dasar panggul dan otot-otot di wanita lanjut usia sebagai penyebab utama. Risiko keparahan COVID-19 meningkat dengan usia, dengan orang dewasa yang lebih tua pada risiko tertinggi. Diumur 50-64 tahun, pasien memiliki risiko 4x lebih tinggi dirawat di rumah sakit dan risiko 30x lebih tinggi untuk berkembang menjadi parah gejala sampai kematian. Penundaan beberapa prosedur menambah daftar masalah yang berdampak pada kualitas hidup perempuan.
Atas dasar ini, diperlukan upaya untuk mengantisipasi dan melindungi pasien dari paparan di rumah sakit. Skenario yang dilakukan yaitu pelayanan kesehatan difokuskan secara virtual. Pengelolaan menekankan solusi non-bedah seperti gaya hidup, pola nutrisi, konsep perilaku, dan administrasi obat secara periodik. Pembedahan untuk pasien uroginekologi selama pandemi COVID-19 harus dilakukan berdasarkan seleksi kasus per kasus, dengan mempertimbangkan faktor tingkat pasien dan sumber daya manusia yang tersedia. Dalam layanan pemasangan pessarium untuk pasien prolaps organ panggul, diketahui bahwa pasien dapat dengan aman memperpanjang interval waktu antara pembersihan pessarium hingga 6 bulan (dan, dalam beberapa kasus, hingga 24 bulan) dengan risiko sampingan yang minimal efeknya, pasien yang mampu melepas pessarium dan memasukkan kembali pessarium harus diberikan dukungan membersihkan pessarium mereka.
Risiko infeksi COVID-19 selama operasi uroginekologi tidak diketahui, tetapi secara teoritis rendah. Prosedur uroginekologi dianggap sebagai operasi kategori 3 dan karena itu dapat ditunda
tanpa masalah selama fase pandemic. Penting untuk menerapkan manajemen non-bedah maupun telemedicine menjadi solusi sambil menunggu situasi aman. Skrining paparan di fasilitas kesehatan harus tepat. Tindakan harus diambil untuk membatasi durasi jam berkunjung dan batasi jumlahnya orang yang menemani pasien.
Telemedicine adalah kunci dalam meminimalkan paparan tanpa mengorbankan perawatan dan kualitas hidup. Pilihan non-bedah sangat penting untuk memulai rencana perawatan sementara operasi elektif masih terbatas di banyak rumah sakit. Manajemen obat dan teknologi inovatif, seperti: sebagai aplikasi smartphone, memainkan peran penting. Penggunaan telemedicine harus melalui aplikasi standar untuk pasien. Platform ini harus memenuhi semua standar interoperabilitas dan privasi, pertimbangan kemudahan akses, akuntabilitas, penggunaan yang terintegrasi sistem penagihan, pengiriman data laboratorium yang tepat waktu, penggunaan komunikasi jarak jauh untuk pemeriksaan triase, dan manajemen kasus. Solusi dalam pemeriksaan dan pengobatan melalui telemedicine dimungkinkan di Indonesia karena pengguna internet memiliki meningkat menjadi 73,7 persen. Penggunaan internet memungkinkan untuk mendukung layanan di uroginekologi dan mengurangi penyebaran COVID-19. Pengembangan aplikasi dan skema telemedicine harus diorganisasi dengan jelas sehingga mampu memberikan layanan berkualitas bahkan selama pandemi.
Skenario yang dapat digunakan dalam pelayanan uroginekologi di rumah sakit adalah persiapan pasien dan kesediaan untuk bekerja sama dengan dokter, tindak lanjut secara virtual jika tidak memungkinkan melalui pertemuan terjadwal dengan protokol kesehatan yang ketat. Kebutuhan akan aplikasi yang mampu menjadwalkan pertemuan virtual, pembayaran skema, dan pengambilan resep terstruktur sangat penting.
Penulis: Dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., Sp.OG(K)
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/16021
Eighty Mardiyan Kurniawati, Gatut Hardianto, Hari Paraton, & Nur Anisah Rahmawati. (2021). Examination and Treatment Scenario in Urogynecology Case During COVID-19 Pandemic: A Review. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 15(3), 4640-4645. https://doi.org/10.37506/ijfmt.v15i3.16021