Potensi Terapi Komplementer Tablet Herba Sambiloto dan Obat Antimalaria Standar Dihidroartemisinin-Piperakuin pada Mencit Bunting Terinfeksi Malaria

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh jeda.id

Ibu hamil sangat rentan terhadap infeksi malaria karena perubahan sistem kekebalan tubuh selama kehamilan. Infeksi malaria selama kehamilan dapat mengakibatkan komplikasi bagi ibu seperti anemia, edema paru, gagal ginjal, malaria serebral, dan kematian. Pada janin juga terjadi peningkatan risiko kelahiran prematur, janin dengan berat badan lahir rendah. Penyakit malaria juga menjadi salah satu penyebab utama kematian janin.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengurangi resiko infeksi malaria pada kehamilan. Namun, morbiditas perinatal dan kematian ibu tetap tinggi. Sulitnya menemukan obat antimalaria yang efektif dan aman masih menjadi kendala dalam memerangi infeksi malaria selama kehamilan. Oleh karena itu, pengembangan obat malaria yang aman dengan target terapi yang efektif sangatlah diperlukan.

Terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACTs) direkomendasikan oleh WHO sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria tanpa komplikasi di daerah di mana terkonfirmasi malaria resisten multi-obat. Salah satu regimen ACT yang digunakan saat ini adalah dihydroartemisinin-piperaquine (DHP). DHP dikonfirmasi sebagai obat yang aman, efektif, dan ditoleransi dengan baik pada pasien dewasa. Namun, penggunaan terapi ACT untuk ibu hamil masih dipertanyakan karena keterbatasan data keamanan.

Saat ini, obat-obatan yang berasal dari bahan alam termasuk obat herbal sudah dapat diterima di seluruh dunia untuk menangani berbagai penyakit, termasuk penyakit malaria. Beberapa studi telah mengkonfirmasi efektivitas beberapa produk herbal dalam menghambat pertumbuhan parasit malaria, baik melalui studi in vitro dan in vivo menggunakan hewan. Walaupun pembuktian pada pasien penderita malaria melalui uji klinis masih jarang dilakukan.  Untuk itu, pada penelitian terbaru kami mengembangkan  produk fitofarmaka (AS201-01) dengan bahan aktifnya adalah fraksi etil asetat dari ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Kandungan utama herba sambiloto, yaitu senyawa andrografolida, diketahui memiliki efek farmakologi, seperti antimalaria dan efek imunostimulan. Hasil penelitian kami sebelumnya tentang aktivitas antimalaria dari tablet AS201-01 menunjukkan bahwa tablet menghambat pertumbuhan Plasmodium berghei dengan nilai Effective Dose 50% (ED50) sebesar 6,75 mg/kg BB. ED50 adalah dosis efektif yang dapat menghambat pertumbuhan Plasmodium sebesar 50%.

Dari informasi ini kami melanjutkan penelitian untuk mengetahui efek terapi komplementer dari tablet AS201-01 dengan obat standar antimalaria, Dihidroartemisinin-Piperaquin (DHP) pada penghambatan parasit perifer dan plasenta, ekspresi IFN-γ, TNF-α, IL-10 di plasenta dan morfologi janin pada mencit bunting terinfeksi P. berghei. Sejauh pengetahuan kami, ini adalah penelitian pertama yang mengevaluasi efek dari produk fitofarmaka yang mengandung andrografolida dikombinasikan dengan obat malaria-DHP dalam pengobatan malaria pada kehamilan.

Penelitian ini dilakukan pada hewan coba mencit bunting yang terinfeksi P. berghei. Hewan coba dibagi menjadi empat kelompok yaitu G1 (kelompok kontrol negatif yang tidak diberikan obat), G2 (kelompok yang diberikan obat AS201-01), G3 (kelompok yang diberikan obat DHP), dan G4 (kelompok yang diberikan kombinasi AS201-01 dan DHP). Darah perifer dikumpulkan selama pemberian obat untuk menghitung persen parasit. Sampel plasenta dianalisis untuk menentukan ekspresi IFN-γ, TNF-, IL-10, persen parasit pada plasenta dan morfologi janin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok kombinasi (G4) menunjukkan penghambatan 100% dari parasit perifer seperti halnya kelompok yang diberikan DHP saja (G3). Pada kelompok yang diterapi dengan tablet AS201-01 saja (G2), menunjukkan hambatan parasit di darah perifer lebih rendah dibandingkan kelompok G3 dan G4. Tetapi pada pengamatan di plasenta, terlihat bahwa  kelompok yang diberi tablet AS201-01 saja (G2) memberikan hambatan parasit yang kuat, seperti pada kelompok obat DHP (G3).  Sedangkan kelompok kombinasi (G4) kurang efektif bila dibandingkan dengan G2 dan G3 dalam menghambat pertumbuhan parasit di  plasenta. Walaupun demikian kelompok kombinasi (G4) mampu menurunkan ekspresi IFN-γ dan IL-10, secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol (G1) dan kelompok DHP (G3). Hal ini mungkin yang menyebabkan pada kelompok kombinasi (G4) menunjukkan kelainan morfologi janin yang rendah. Seperti halnya pada kelompok yang diberikan tablet AS201-01 (G2), menunjukkan morfologi janin yang normal, dibandingkan dengan kelompok DHP (G3) yg bersifat teratogenik dan kelompok kontrol yg tidak diobati (G1). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kombinasi tablet A. paniculata (AS201-01) dengan DHP berpotensi menghambat pertumbuhan parasit dan mengurangi toksisitas obat DHP dalam pengobatan malaria pada kehamilan. Penelitian masih perlu dilanjutkan dengan meningkatkan dosis tablet AS201-01 yang digunakan pada terapi.

Penulis: Dr. Aty Widyawaruyanti, M.Si., Apt.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/jbcpp-2020-0162/html

Bastiana, Aty Widyawaruyanti, Hilkatul Ilmi, Lidya Tumewu, Budi Prasetyo, Achmad Fuad hafid, Aryati. A Tablet derived from Andrographis paniculata complements dihydroaremisinin-piperaquine treatment of malaria in pregnant mice. J Basic Clin Physiol Pharmacol 2021;     https://doi.org/10.1515/jbcpp-2020-0162

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp