Osteopenia of prematurity (OFP) terjadi pada bayi prematur berupa penurunan konten mineral pada tulang yaitu kalsium dan fosfat. OFP terjadi pada 16% hingga 40% pada bayi dengan berat lahir <1500 g dan 50% pada bayi dengan berat lahir <1000 g. OFP dapat menyebabkan fraktur, penambahan berat badan yang tidak adekuat, bertubuh pendek, dan pertumbuhan terganggu. OFP juga dapat meningkatakan risiko osteoporosis di masa dewasa. Pemberian parenteral nutrition (PN) yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko OFP. The American Academy of Pediatrics dan European Society for Paediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition menyatakan bahwa PN seharusnya disuplementasikan dengan kalsium dan fosfat untuk memenuhi mineralisasi tulang pada bayi prematur, namun penggunaan larutan fosfat untuk intravena masih belum tersedia di Indonesia. Hubungan antara insiden OFP dan ketentuan PN yang tidak mengandung kalsium dan fosfat tidaklah adekuat. Sejauh pengetahuan peneliti, belum dipastikan apakah OFP terjadi pada bayi prematur tanpa suplementasi fosfat dan apakah kondisi ini mungkin berhubungan dengan durasi PN.
Dukungan nutrisi berupa kalsium dan fosfat sangat penting bagi bayi prematur untuk memenuhi proses mineralisasi tulang. Penelitian lainnya telah menunjukkan bahwa ASI tanpa fortifier hanya konten nutrisi terbatas yang tidak menyediakan jumlah kalsium dan fosfat yang dibutuhkan oleh bayi prematur untuk mendukung pertumbuhan mereka. OFP harus dideteksi sejak dini supaya strategi manajemen yang sesuai bisa dilakukan untuk menghindari perkembangan komplikasi serius jangka panjang. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk meneliti kejadian OFP pada bayi prematur tanpa suplementasi fosfat serta hubungannya dengan durasi nutrisi parenteral.
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif dan observasional. Sampel penelitian berjumlah 30 bayi yang memiliki usia gestasi <32 minggu dengan berat lahir <1500 gram. Seluruh sampel mendapatkan PN berdasarkan protokol standar yang digunakan di NICU RSUD Dr. Soetomo yang mana pada hari pertama dilakukan pemberian kalsium tanpa fosfat. Pada hari pertama kehidupan, seluruh bayi menerima ASI tanpa fortifier. Kemudian diberikan vitamin D oral (400 IU/d) saat nutrisi enteral mencapai 100mL/kg/d. Diagnosis OFP berdasarkan hasil radiografi yang diambil dari kedua pergelangan tangan. Dilakukan pula pengukuran serum alkalin fosfat (ALP) sebanyak 3 kali. Durasi dari PN dianalisis pada kemunculan OFP menggunakan analisis kurva ROC. Pada mulanya, PN yang diberikan adalah 4 Fr polyvinyl chloride umbilical catheter, kemudian diberikan 1Fr/28 G periferal yang dimasukkan ke central venous polyurethane catheter. PN diberikan hingga bayi mencapai full enteral feeding sebanyak 150mL/kg/d. Pada hari pertama, asam amino intravena diberikan kepada bayi dengan dosis 2g/kg/d kemudian ditingkatkan setiap harinya dengan dosis 0,5g/kg/d hingga dosis 3,5g/kg/d. Peneliti menggunakan larutan asam amino yang mengandung 6g/100mL. Selain itu, tes urea dan kreatinin dilakukan setiap minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43% bayi terdiagnosis OFP dengan berat lahir <1500 g. Pemberian PN dalam jangka waktu lebih dari 15 hari terbukti secara signifikan dapat meningkatkan risiko OFP. Hal ini dikarenakan durasi PN yang lebih lama dapat menurunkan intake nutrisi enteral dan menurunkan sekresi level glukagon-like peptide-2. Ada kemungkinan pula selama durasi PN yang diperpanjang terjadi kekurangan intake mineral dan atau vitamin D sehingga bayi berisiko mengalami OFP. Selain itu, tingginya insiden OFP pada bayi prematur dengan berat lahir >1000 g berhubungan dengan kurangnya intake fosfat selama PN. ASI tanpa fortifikasi mengandung 20 mg/100mL kalsium dan 15 mg/100mL fosfor. Jumlah ini tidak memenuhi kebutuhan bayi prematur untuk kalsium dan fosfat. Namun, ASI yang terfortifikasi dapat meningkatkan konten kalsium menjadi 140mg/100mL dan konten fosfor menjadi 80mg/100mL. Oleh karena itu, ASI dengan fortifikasi direkomendasikan untuk bayi prematur supaya dapat memenuhi mineralisasi tulang. Peneliti juga memberikan suplementasi vitamin D oral sebesar 400 IU per hari untuk memenuhi mineralisasi tulang pada bayi prematur.
Sebesar 43% bayi prematur terdiagnosis OFP dengan berat lahir antara <1500 g yang dirawat di NICU. Sebuah hubungan yang signifikan ditemukan antara durasi PN dengan insiden OFP. Menurut peneliti, tingginya insiden OFP dengan durasi PN yang lebih lama kemungkinan disebabkan oleh kurangnya fosfat pada PN. OFP masih menjadi masalah yang signifikan pada bayi prematur karena berpengaruh terhadap konsekuensi-konsekuensi jangka panjang. Penelitian lebih lanjut seharusnya dilakukan untuk pencegahan OFP secara multisenter, termasuk fasilitas yang terbatas untuk dukungan PN dan nutrisi enteral dari bayi-bayi prematur.
Penulis: Dr. Risa Etika, dr., SpA(K)
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8104251/
Angelika D, Ugrasena ID, Etika R, Rahardjo P, Bos AF, Sauer PJ. The incidence of osteopenia of prematurity in preterm infants without phosphate supplementation: a prospective, observational study. Medicine 2021;100:18(e25758). Published 9 April 2021. Doi: 10.1097/MD.0000000000025758