Rekayasa kristal bahan aktif farmasi merupakan salah satu metode peningkatan kelarutan bahan obat yang banyak dikembangkan akhir akhir ini. Kokristalisasi adalah salah satu rekayasa kristal yang dapat di aplikasikan di industri farmasi. Selain kelarutan, disolusi, bioavailabilitas dan stabilitas fisik, pembentukan kokristal dapat juga meningkatkan sifat penting dari Active Pharmaceutical Ingredient (API) seperti sifat alir, stabilitas kimia dan kompresibilitas. Rekayasa kristal bahan aktif farmasi yang berasal dari sintesis maupun bahan alam ini salah satu topik yang dikembangkan oleh Research Group Pharmaceutical Material Engineering and Processing Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Loratadin merupakan obat antihistamin antagonis H1 (AH1) generasi kedua yang digunakan untuk mengobati gejala atau kondisi alergi termasuk rhinitis dan urtikaria kronis dengan efek sedasi minimal. Loratadin ini termasuk dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II, artinya memiliki kelarutan dalam air yang rendah dan permeabilitas tinggi. Kelarutan yang rendah ini potensi menyebabkan penurunan efek farmakologinya yang berakibat turunnya khasiat obat.
Komponen pembentuk kokristal adalah API dan komponen lain yang disebut koformer. Pemilihan koformer merupakan tahapan kritis dalam proses pembuatan kokristal, koformer terpilih harus memenuhi persyaratan keamanan untuk digunakan sebagai bahan tambahan yakni memenuhi syarat Generally as Save (GRAS), bersifat inert dan tidak toksik. Asam suksinat merupakan golongan asam karboksilat yang banyak digunakan sebagai koformer.
Penelitian ini bertujuan untuk pembentukan kokristal loratadin-asam suksinat yang berpotensi meningkatkan kelarutan dengan perbandingan molar 1:1 yang dibuat dengan metode penguapan pelarut dan dikarakterisasi menggunakan differential thermal analysis (DTA), difraksi sinar-X serbuk (DSXS), fourier transform infrared (FTIR), dan scanning electron microscope (SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa termogram DTA loratadin memiliki puncak endotermik pada 137,5°C dan 189,3°C untuk asam suksinat. Termogram kokristal 1:1 menunjukkan satu puncak endotermik yang tajam pada suhu 110,9°C. Perubahan titik lebur pada termogram kokristal menandakan adanya interaksi antara loratadin dan asam suksinat dalam membentuk kokristal. Karakterisasi dengan difraksi sinar-X serbuk (DSXS) yang dilakukan pada rentang sudut 2θ = 5-40° menghasilkan difraktogram loratadin dan asam suksinat dengan puncak yang spesifik dan tajam. . Interaksi tersebut dapat menghasilkan puncak difraksi baru dibandingkan dengan bahan penyusunnya yang mengindikasikan telah terbentuknya fasa kristalin baru. Difraktogram kokristal 1:1 menunjukkan adanya puncak difraksi baru yang spesifik berbeda dengan puncak difraksi loratadin dan asam suksinat. Difraktogram kokristal 1:1 memunculkan puncak difraksi spesifiknya pada sudut 2θ = 5,28; 10,09; 12,06; 15,74;21,89; 28,59°. Hasil karakterisasi menggunakan DSXS ini mendukung data analisis termal dengan DTA, penurunan titik lebur yang teramati pada termogram DTA.
Spektra FTIR dari loratadin dan asam suksinat menunjukkan pita serapan yang khas untuk masing-masing senyawa. Kokristal loratadin-asam suksinat diprediksi terbentuk jika adanya ikatan hidrogen antara gugus C=O dan/atau atom N pada cincin piridin loratadin dengan gugus O-H milik asam suksinat. Spektra FTIR kokristal 1:1 menunjukkan pergeseran serapan C=O ke 1722 cm-1. Perubahan tersebut berupa perubahan intensitas puncak dan perubahan pola pita serapan. Pergeseran pita serapan yang mewakili gugus fungsional C=O dan perubahan pita serapan yang mewakili gugus fungsional OH menunjukkan kemungkinan telah terjadinya ikatan antara kelompok fungsional tersebut dalam membentuk kokristal. Hasil ini juga sesuai dengan prediksi ikatan kokristal loratadin-asam suksinat menggunakan aplikasi chemdraw ver. 12 yakni ikatan hidrogen antara gugus C=O loratadin dengan gugus OH asam suksinat.
Hasil fotomikrograf Scanning Electron Microscope (SEM) digunakan untuk melihat morfologi permukaan loratadin, asam suksinat, kokristal 1:1. Hasil analisis fotomikrograf SEM menunjukkan perbedaan bentuk morfologi permukaan pada kokristal loratadin-asam suksinat dibanding morfologi permukaan loratadin dan asam suksinat. Loratadin memiliki morfologi permukaan seperti batang dan asam suksinat memiliki morfologi permukaan seperti lempeng. Fotomikrograf SEM kokristal 1:1 memiliki morfologi permukaan seperti prisma dan memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dibanding bahan penyusunnya.
Hasil karakterisasi terhadap produk kokristal loratadin-asam suksinat yang dibuat dengan metode penguapan pelarut menggunakan DTA, DSXS, FTIR, dan SEM menunjukkan data yang mendukung bahwa terjadi perubahan karakteristik fisikokimia dibandingkan bahan penyusun dan campuran fisiknya. Terbentuknya kokristal loratadin-asam suksinat akan meningkatkan kelarutan bahan obat yang ini berpotensi meningkatkan efektifitas obat loratadin.
Penulis: Prof. Dwi Setiawan