Perubahan adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dalam organisasi. Perubahan dapat mempengaruhi pertumbuhan organisasi dan juga dapat membantu organisasi dalam menghadapi persaingan. Pentingnya perubahan membuat organisasi harus dapat mengidentifikasi kesiapannya dalam menghadapi perubahan. Untuk mengukur kesiapan organisasi dalam menghadapi perubahan, organisasi perlu memperhatikan level pengukuran paling utama yaitu pengukuran secara individu. Pengukuran individu sangat lah penting karena setiap orang yang terlibat dalam organisasi adalah individu – individu yang dapat mengendalikan internal factors, dimana internal factors berkontribusi besar pada inovasi dan kesiapan organisasi dalam menghadapi organisasi. Pengukuran secara individu bukan lah hal yang mudah, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki keadaan psikologis dan kesehatan mental yang unik dan berbeda.
Terdapat 3 komponen yang dapat digunakan untuk membantu memahami kompleksitas dari tiap individu, yaitu kognisi, afeksi, dan tingkah laku. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa salah satu bentuk invisible change in behavior yaitu psychological distance dapat mempengaruhi kesehatan emosional, burnouts, keterlibatan, silence, Machiavellianism, dan self-esteem individu. Kesehatan emosional yang terganggu dapat menyebabkan individu mengalami kelelahan, memutuskan untuk melakukan disengagement, silence, Machiavellianism, dan rendahnya self-esteem. Untuk memulihkan keadaan tersebut, dibutuhkan Self-determination dan lingkungan kerja yang positif. Selain itu, karyawan juga membutuhkan lingkungan sosial, psikologis, budaya, emosional, atau religius empowerment selama masa transisi dalam pekerjaan.
Kepemimpinan Strategis
Perubahan terjadi karena faktor internal maupun eksternal, karena hanya faktor internal yang dapat dikendalikan oleh organisasi, maka organisasi harus memaksimalkan hal tersebut. Terdapat banyak macam faktor internal, tetapi faktor – faktor tersebut dapat dikontrol dengan mengadopsi dan mengimplementasikan praktik manajemen sumber daya manusia terbaik bagi organisasi maupun individu. Untuk dapat melakukan hal tersebut, dibutuhkan manajer atau pemimpin yang tepat. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan sebelumnya yaitu faktor terpenting dalam kesiapan organisasi adalah individu, dimana salah satu pengukuran individu terkuat adalah seberapa kuat pemimpin dalam mempersiapkan anggotanya dalam menghadapi perubahan. Pentingnya peran pemimpin dalam mempersiapkan organisasi dalam menghadapi perubahan membuat kepemimpinan strategis menjadi topik penting dalam studi manajemen. Oleh karena itu, muncullah pertanyaan, apa strategi kepemimpinan terbaik untuk menyiapkan organisasi dalam menghadapi perubahan?
Terdapat dua jenis kepemimpinan yang sering dibahas yaitu transactional dan transformational leadership. Strategi transactional leadership percaya bahwa hubungan karyawan dengan pemimpin maupun pemimpin dengan karyawan didasari oleh reward yang dimotivasi oleh gaji atau upah. Sedangkan, transformational leadership terbagi menjadi dua, yaitu pseudo dan authentic. Pemimpin yang bersifat pseudo, adalah pemimpin yang fokus pada dirinya sendirisehingga akan bersifat manipulatif dan haus akan kekuasaan, karena sifat ini, maka pemimpin yang bersifat pseudo tidak dapat diandalkan. Sedangkan, pemimpin yang bersifat authentic adalah pemimpin yang termotivasi oleh nilai dan moral, sehingga ia akan mementingkan perkembangan orang lain dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan penelitian ini, pemimpin yang bersifat shared, authentic, dan transformational akan membuat pemimpin tersebut bertanggung jawab dan menjunjung tinggi nilai etika, hal ini akan berdampak pada penurunan psychological distance, menciptakan budaya kerja yang baik, sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi.
Metode dan Hasil
Penelitian ini, melalui review dari beberapa literatur, berhasil mengembangkan kerangka penelitian terkait hubungan psychological distance dan leadership dalam hal membantu organisasi menghadapi perubahan. Penelitian ini menemukan bahwa lingkungan sosial dan keadaan psikologis karyawan membedakan-nya dengan rekan kerjanya, dimana perbedaan tersebut akan menentukan perilaku karyawan dalam keseharian kerja dan pengambilan keputusan. Penelitian ini juga menemukan bahwa, untuk memahami kompleksitas dari diri seseorang, kita dapat memperhatikan kognisi, afeksi, dan perilaku orang tersebut.
Penelitian ini juga menemukan bahwa Big Five Personality juga sangat mempengaruhi kinerja karyawan, meskipun begitu, Big Five Personality bukan satu – satunya hal yang mempengaruhi kinerja karyawan. Karakteristik seseorang dibentuk oleh 2 hal yaitu inherited (sifat yang ada sejak lahir) dan learned (sifat yang didapat dari lingkungan sekitar), dimana dua hal ini sangat mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang. Penelitian ini juga menemukan bahwa lingkungan pekerjaan serta faktor exogenous dan endogenous juga mempengaruhi aktivitas karyawan, seperti contohnya teknologi dan politik.
Perbedaan karakteristik individu dapat diatasi dengan strategi manajemen sumber daya manusia yang baik, dan untuk membuat strategi dan meng-implementasikannya dengan baik dibutuhkan pemimpin yang tepat. Berdasarkan literature review pada penelitian ini, ditemukan bahwa pemimpin yang etis dan bertanggung jawab dapat mengatasi hambatan perbedaan karakteristik individu yang berujung pada psychological distance, sehingga membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan perubahan.
Penulis: Ansar Abbas , Dian Ekowati , Fendy Suhariadi
Link Jurnal: https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/JMD-09-2020-0304/full/html
Individual Psychological Distance: A Leadership Task to Assess and Cope with Invisible Change
Abbas, A., Ekowati, D., and Suhariadi, F
Journal of Management Development, Vol. 40(3), 2021, pp. 168-189