Prevalensi Gangguan Tidur pada Anak Usia 0-36 Bulan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh orami.co.id

Anak memiliki ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang. Salah satu proses tumbuh dan berkembang terjadi pada saat tidur. Tidur merupakan proses fisiologis dan perilaku yang kompleks saat seseorang mencapai keadaan terlepas dari lingkungan secara reversibel dan tidak responsif secara parsial atau sebagian. Fisiologi tidur berubah dengan cepat dari janin hingga bayi dan anak. Kebutuhan tidur bagi bayi atau anak sangat mendasar  sebagai bentuk manifestasi kesehatannya. Setiap tingkatan umur manusia membutuhkan waktu tidur yang berbeda–beda. Durasi, kualitas, dan pola tidur berubah-ubah selama manusia hidup, terutama pada 5 tahun pertama. Bayi yang baru lahir menghabiskan 80% waktunya dalam sehari untuk tidur, dan sebagian besar balita mengabiskan waktu setengah hari atau lebih untuk tidur.

Pada saat tidur, terjadi perbaikan sel – sel otak dan diproduksi kurang lebih 75% hormon pertumbuhan. Hormon ini berfungsi merangsang pertumbuhan tulang panjang, tulang rawan, jaringan lunak, dan berperan juga mengatur metabolisme otak. Usia 0 – 36 bulan merupakan bagian dari masa emas tumbuh kembang anak yang sangat pesat.

Tidur yang kurang atau terganggu dari waktu idealnya menyebabkan berbagai masalah pada bayi terhadap kesehatan mental, emosi, fisik, dan sistem imunitas tubuh. Seperempat populasi anak mengalami masalah tidur dalam tiga tahun pertama kehidupan mereka. Ketidakcukupan dan masalah tidur selama anak-anak dapat disebabkan oleh berbagai sebab yang berdampak pada kesehatan mental mereka,keadaan emosi, keadaan fisik, dan sistem kekebalan.  Ini juga mungkin berujung pada masalah perilaku. Gangguan tidur menurut Sadeh (2004), bila ditemukan satu atau lebih keadaan seperti, lama tidur malam (mulai pukul 19.00 sampai pukul 07.00) kurang dari 9 jam, terbangun pada malam hari (mulai pukul 22.00 sampai pukul 06.00) lebih dari 3 kali, dan lama terbangun lebih dari 1 jam pada malam hari. Pada penelitian Mindell dkk. yang dilakukan di Asia termasuk Indonesia menyebutkan bahwa 25–50% orangtua mengeluhkan anaknya mengalami gangguan tidur. Penelitian gangguan tidur pada anak usia 0-36 bulan di Tulungagung, sebanyak 493 anak, ditemukan 153 anak (31%) mengalami gangguan tidur, 79 anak (16%) yang memiliki durasi tidur malam kurang dari 9 jam, 62 anak (12,8%) yang bangun di malam hari lebih dari 3 kali, dan 20 anak (4%) yang memiliki durasi terjaga pada malam hari lebih dari 1 jam. Meskipun mayoritas orang tua beranggapan bahwa tidak ada masalah tidur dengan anak-anak mereka, prevalensi masalah tidur pada usia 0–36 bulan, anak-anak Indonesia cukup tinggi (31%), hal ini menunjukkan rendahnya kesadaran orang tua terhadap masalah tidur anak-anaknya. Penyebaran informasi dan penyuluhan kepada orang tua mengenai tidur yang baik serta dampak dari gangguan tidur perlu dilakukan untuk mendeteksi dini gangguan tidur.

Penulis: Prof. Dr Irwanto,dr SpA(K)

Disarikan dari artikel dengan judul: “Prevalence and characteristic of sleep problems of Indonesian children in 0-36 months old” yang diterbitkan bulan Mei 2021 di Indonesian Journal of Medicine and Health, Volume 12, No 1, Halaman: 28-33. Link: https://journal.uii.ac.id/JKKI

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp