Mengenal Beberapa Penyakit yang Dapat Dibawa Oleh Tikus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tikus Got. (Sumber: fumida.co.id)

UNAIR NEWS – Hewan pengerat memainkan peran penting dalam transmisi sejumlah besar penyakit ke manusia. Selain manusia, ternak juga berisiko. Meskipun tingkat risiko bervariasi antara patogen yang berbeda, pengawasan yang lebih baik terhadap populasi hewan pengerat asangat penting untuk memprediksi prevalensi penyakit di masa depan dan untuk dapat mengidentifikasi varian baru.

Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui tikus adalah:

Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)

HPS adalah penyakit parah, terkadang fatal. Penyakit pernapasan pada manusia ini disebabkan oleh infeksi hantavirus. Infestasi hewan pengerat di dalam dan sekitar sisa-sisa rumah risiko utama untuk paparan hantavirus. Hewan pengerat mengeluarkan virus melalui urin, kotoran, dan air liur. Virus ini terutama ditularkan ke manusia ketika mereka menghirup udara yang terkontaminasi dengan virus.

Ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan tikus untuk menyebarkan hantavirus ke manusia yaitu jika hewan pengerat menggigit seseorang, virus mungkin menyebar ke orang itu, tetapi jenis penularan ini jarang terjadi. Masyarakat mungkin bisa terkena virus jika menyentuh sesuatu yang telah terkontaminasi dengan urin, kotoran, atau air liur dan kemudian menyentuh hidung atau mulut. Selain itu, Masyarakat bisa sakit jika makan makanan yang terkontaminasi urin, kotoran, atau air liur dari hewan pengerat yang terinfeksi.

Leptospirosis

Hewan pengerat adalah pembawa spirochetes dari genus Leptospira di seluruh dunia dan merupakan reservoir infeksi yang penting untuk manusia dan hewan peliharaan. Beberapa strain Leptospira berhubungan langsung dengan hewan pengerat, seperti: L. arborea, L. copenhagi, L. icterohaemorrhagiae, L. bim, dan L. ballum.

Manusia dapat terinfeksi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh hewan pengerat melalui kontak kulit atau membran lendir dengan tanah atau air yang terkontaminasi oleh urin hewan pengerat.  Leptospirosis berdampak besar bagi masyarakat pedesaan di negara berkembang seperti di Asia. Pada manusia, dapat menyebabkan berbagai gejala, beberapa di antaranya mungkin disalahartikan sebagai penyakit lain.

Bakteri penyebab leptospirosis menyebar melalui urin hewan yang terinfeksi, yang dapat masuk ke air atau tanah dan dapat bertahan hidup di sana selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Hewan yang terinfeksi dapat terus mengeluarkan bakteri ke lingkungan terus menerus atau sesekali selama beberapa bulan hingga beberapa tahun.

Manusia dapat terinfeksi melalui: Kontak dengan urin (atau cairan tubuh lainnya, kecuali air liur) dari hewan yang terinfeksi. Kontak dengan air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi urin dari hewan yang terinfeksi. Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir

(mata, hidung atau mulut), terutama jika luka. Minum air yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan infeksi. Wabah leptospirosis biasanya disebabkan oleh paparan air yang terkontaminasi, seperti air banjir.

Q Fever

Q Fever disebabkan oleh bakteri gram negatif intraselulercellular yaitu bakteri Coxiella burnetii. Bakteri ini dapat ditemukan di belahan seluruh dunia. Sapi, domba, dan kambing adalah hewan yang paling umum menjadi reservoir penyakit zoonosis ini. Tikus juga dicurigai sebagai reservoir, tetapi peran mereka dalam penularan ke manusia mungkin terbatas dibandingkan ke jalur lain.

Salmonellosis dan Campylobacteriosis

Salmonella dan Campylobacter umumnya dianggap sebagai bakteri paling patogen yang berasal dari makanan. Tikus liar dan tikus rumah dapat memperbanyak patogen ini di lingkungan dan mungkin mampu mentransmisikannya kepada hewan dan makanan. Jika produk dari hewan-hewan ini, misalnya daging tidak dimasak dengan benar, dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Diketahui juga bahwa hewan pengerat dapat menjadi sumber infeksi jangka panjang,

misalnya, sebuah penelitian menunjukkan hewan pengerat masih mampu mentransfer Salmonella enteriditis pada anak ayam setelah dua dan lima bulan pasca infeksi.

Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang sangat kompleks pada lingkaran kehidupan. Kucing memainkan peran kunci sebagai inang definitif. Kucing terinfeksi dari spesies mangsanya, seperti hewan pengerat (host perantara). Kucing yang terinfeksi mengeluarkan ookista dari kotorannya. Hewan ternak yang memakan ookista dari lingkungan dapat membentuk kista jaringan pada daging dan organnya. Jika daging hewan ternak dikonsumsi tanpa dimasak dengan benar, parasit mungkin masih hidup dan ditransfer ke manusia.

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp