FKH UNAIR Kembali Adakan Pengabdian Masyarakat Internasional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Assoc. Prof. Dr. Siti Khairani Bejo dari Universitas Putra Malaysia saat menyampaikan materi pada kegiatan Pengabdian Masyarakat Internasional FKH UNAIR. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) pada tahun ini kembali mengadakan Pengabdian Masyarakat Internasional. Kegiatan tersebut berlangsung secara daring dalam bentuk webinar pada sabtu dan minggu (24-25/07/2021). Acara tahunan tersebut diprakarsai langsung oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM KM) FKH UNAIR.

Pada tahun ini, panitia mengangkat tema bertajuk “Rat, Our Deadly Little Neighbour: The Global Zoonotic Agent”. Sebuah tema yang cukup menyita perhatian dari berbagai kalangan, karena hewan pengerat seperti tikus merupakan salah satu hewan yang sangat populer karena merupakan reservoir dari berbagai penyakit.

Di hari pertama pelaksanaan, Assoc. Prof. Dr. Siti Khairani Bejo dari Universitas Putra Malaysia (UPM) menyampaikan bahwa rodentia termasuk kedalam ordo mamalia hidup yang paling melimpah dan beragam, mewakili sekitar 43% dari total jumlah spesies mamalia. Di banyak tempat, hewan pengerat hidup dan kontak dekat dengan populasi manusia, hewan ternak atau hewan peliharaan.

“Hewan pengerat di pinggiran kota menyediakan hubungan antara komunitas satwa liar dan manusia, sumber terhadap beberapa penyakit yang beredar di ekosistem alami ini. Kehadiran hewan pengerat juga dapat memiliki implikasi serius bagi kesehatan masyarakat dan dunia veteriner,” ujar Head of Department of Pathology and Veterinary Microbiology UPM itu.

Hewan pengerat sangat berbahaya, lanjutnya, karena dapat memperbanyak patogen dari lingkungan dan membentuk reservoir penyakit zoonosis. Patogen yang ditularkan melalui hewan pengerat juga dapat menyebar secara tidak langsung ke manusia. Kemudian, tandasnya, tikus bisa berfungsi sebagai inang yang memperkuat patogen dan dapat kontak dengan manusia melalui vektor arthropoda ektoparasit.

“Hewan pengerat yang secara tidak sengaja atau sengaja tertelan oleh ternak dapat menularkan patogen yang dapat mengakibatkan morbiditas di manusia jika produk makanan ini tidak dimasak dengan matang,” papar Prof. Siti.

Lebih lanjut, Prof Siti menegaskan bahwa hewan pengerat dapat membantu mempertahankan siklus penularan patogen di sejumlah tempat yang berbeda lingkungan, mulai dari daerah perkotaan padat penduduk hingga ke daerah pedesaan dan di gurun.

Secara umum, ada dua jalur penularan penyakit dari tikus yaitu secara langsung dan tidak langsung. Rute transmisi langsung yaitu tikus menggigit suatu bahan pangan dan manusia mengkonsumsi produk makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus. Kemudian, manusia dapat bersentuhan dengan air terkontaminasi dengan urin tikus, misalnya leptospirosis. Selanjutnya, manusia menghirup  kuman yang ada pada kotoran tikus, misalnya, hantavirus. Sedangkan rute transmisi tidak langsung, tandasnya, dapat melalui vektor arthropoda ektoparasit seperti kutu, tungau dan pinjal.

“Saya berpesan bagi kita semua untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Jangan sesekali memberikan kesempatan tikus untuk berkembang, karena hewan kecil ini sangat mengancam kesehatan global,” pungkasnya.   (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp