Keluhan ulkus atau borok pada daerah kelamin anak, terutama anak perempuan, akan menimbulkan kekhawatiran yang besar pada orangtua, selain menimbulkan morbiditas dan implikasi psikis pada anak yang menderita. Keluhan pada daerah kelamin anak akan menimbulkan kecurigaan adanya pelecehan seksual. Ulkus atau borok pada daerah kelamin anak dapat disebabkan oleh Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti infeksi virus Herpes simpleks (VHS), sifilis, maupun chancroid, tetapi dapat juga disebabkan oleh kondisi yang bukan infeksi seperti ulkus aptosa yang merupakan proses keradangan atau imunologis.
VHS merupakan salah satu penyebab tersering ulkus atau borok pada daerah kelamin. Namun infeksi oleh virus ini jarang terjadi pada anak-anak prapubertas. VHS yang menyerang daerah kelamin umumnya disebabkan oleh VHS tipe 2, namun akhir-akhir ini VHS tipe 1 yang mayoritas menyerang mukosa mulut dan bibir, juga semakin sering ditemukan di daerah kelamin.
Telah dilaporkan kasus jarang yaitu infeksi herpes simpleks genitalis (di kelamin) pada seorang anak perempuan berusia 4 tahun, yang datang bersama orangtuanya dengan keluhan bercak merah di daerah kelamin yang muncul sejak 6 hari yang sebelumnya disertai rasa gatal, kemudian berubah menjadi nyeri dan disertai sekret dari daerah kelamin dan nyeri kencing sejak 4 hari sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan eritematosa (kemerahan), edema (bengkak) dan ulkus multipel, sirkular dengan sekret purulen pada bibir luar kelamin. Pemeriksaan Gram menunjukkan lekosit banyak dan kokus Gram negatif. Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap, apusan Tzanck, dan pemeriksaan feses tidak menunjukkan kelainan. Pemeriksaan serologis pada serum fase akut dan konvalesen menunjukkan IgG anti-VHS-1 yang reaktif. Pasien didiagnosis sebagai ulkus genital karena infeksi herpes simpleks episode pertama nonprimer, dicurigai karena VHS-1. Terapi yang diberikan meliputi asiklovir oral, azitromisin oral, parasetamol oral, kompres garam faali, krim natrium fusidat. Terjadi resolusi dari lesi. Orang tua pasien diedukasi untuk mewaspadai kemungkinan adanya pelecehan seksual. Edukasi juga diberikan bahwa ada kemungkinan ulkus yang diderita anaknya bisa mengalami kekambuhan.
Diagnosis infeksi VHS dapat didasarkan pada pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laboratorium tambahan dapat dilakukan seperti apusan Tzanck, pemeriksaan serologis, dan kultur virus. Pemeriksaan klinis, respons terhadap terapi, dan pemeriksaan serologi dapat menegakkan diagnosis infeksi herpes simpleks genitalis pada kasus ini.
Infeksi VHS primer adalah infeksi pertama dengan VHS, sedangkan infeksi VHS nonprimer adalah serangan VHS pada orang dengan infeksi VHS sebelumnya. Pemeriksaan serologis dapat membedakan infeksi primer dan nonprimer tetapi tidak dapat membedakan lokasi infeksi. Kasus seropositif terhadap VHS tipe 1 sukar diinterpretasi karena antibodi terhadap VHS tipe 1 juga timbul akibat infeksi oral. Kasus seronegatif terhadap VHS tipe 2 juga belum dapat menyingkirkan kemungkinan infeksi VHS tipe 2. Pada keadaan pemeriksaan serologis tidak dapat menentukan tipe VHS penyebab, pemeriksaan kultur virus akan sangat berguna.
Kasus ini jarang terjadi pada anak-anak, sehingga penting untuk edukasi kepada orangtua untuk memantau anak-anaknya supaya terhindar dari IMS termasuk kekerasan seksual. Kemungkinan terjadi kekambuhan karena infeksi VHS bisa terjadi, sehingga bisa berdampak pada morbiditas anak dan mungkin bisa memengaruhi psikis anak.
Penulis: Dr. Afif Nurul Hidayati dr.,Sp.KK(K), FINS-DV, FAADV
Informasi lebih lengkap dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2021061711525435_MJMHS_0372.pdf
Genital Herpes Simpleks Virus Infection in 4-Year Old Girl