UNAIR NEWS –Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Indonesia per 3 Juli menyebabkan layanan transportasi antar daerah terhambat. Menyiasati hal tersebut, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) menerbitkan surat bernomor 4510/DJPDSPKP/VII/2021 untuk memberikan akses pintu keluar-masuk wilayah bagi kelancaran pengiriman dan distribusi hasil kelautan dan perikanan yang ditujukan kepada gubernur dan bupati/walikota. Hal ini dilakukan agar masyarakat gemar mengkonsumsi ikan saat PPKM Darurat.
Selaras dengan hal itu, maka Dr. Eng. Sapto Andriyono, S.Pi., M.T. mengungkapkan bahwa produksi perikanan dan kelautan khususnya produk ekspor menjadi salahsatu unggulan devisa negara yang cukup diandalkan selain migas.
“Kalau saya melihat, pemerintah dalam hal ini KKP sangat berkomitmen mendukung sektor perikanan dan kelautan yang menjadi salahsatu sumber penggerak bidang ekonomi di Indonesia,” ujar Wakil Dekan Penelitian, Publikasi, Kolaborasi, dan Relasi Publik Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPK UNAIR) pada Jumat (17/07).
Dilansir dari Statistik Sumberdaya Laut dan Pesisir (BPS, 2020), ekspor udang mencapai 207.703 ton (1.719.172 US$) menempatkan ekspor udang sebagai kontibutor tertinggi dari total ekpor produk perikanan di tahun 2019 yaitu 1.184.196 ton dengan nilai sebesar 4.935.965 US$. Produk lainnya adalah tuna, cakalang, dan tongkol (TCT) dengan jumlah produksi sebesar 184.130 ton (747.538 US$). Sumbangan sektor perikanan yang juga perlu dipertimbangkan adalah rumput laut sebesar 209.241 ton (324.850 US$) ditahun yang sama.
“Fakta inilah yang menjadi penyemangat sektor perikanan dan kelautan meskipun pandemi terjadi,” ungkap Sapto.
Sapto mengatakan bahwa strategi terus dikembangkan oleh kementerian dari adanya regulasi tentang keamanan produk perikanan dan kelautan, hingga promosi dan kampanye dengan program GEMARIKAN.
“Program ini diharapkan terus dikembangkan dan mendukung program pemerintah dalam mengatasi masalah stunting bagi masalah gizi buruk yang masih ditemukan disejumlah daerah,” tambahnya.
Selain itu, lanjutnya, Sapto menekankan muatan pendidikan dan upaya peningkatan konsumsi ikan juga perlu dilakukan kolaborasi dengan dunia pendidikan. Hal ini dilakukan agar produk perikanan dan kelautan lebih populer dan banyak disukai oleh masyarakat.
“Pemerintah terus mengupayakan konsumsi produk perikanan dan kelautan di Indonesia agar setara dengan negara-negara maju di Asia yang gemar mengkonsumsi ikan seperti Jepang, Korea, dan China,” jelas Sapto.
Untuk mendukung hal tersebut Sapto menegaskan bahwa produk perikanan dapat disulap menjadi nugget ikan. Dengan pengolahan yang mudah, nugget sudah bisa disajikan dengan kombinasi sambal.saos. Hal ini sangat efektif mengingat produk perikanan menjadi salahsatu produk yang favorit dan mendukung pemenuhan gizi masyarakat.
“Perlu adanya inovasi dan upaya terus menerus meningkatkan konsumsi ikan dengan produk perikanan yang tetap mengutamakan nilai gizi dan mudah dalam penyajiannya,” pungkasnya (*).
Penulis: Dimas Bagus Aditya
Editor: Nuri Hermawan