Karakteristik Sudut Gonial pada Maloklusi Kelas III Etnis Jawa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Trover

Ada banyak faktor yang menyebabkan maloklusi, termasuk faktor genetik dan lingkungan. Maloklusi skeletal kelas III memiliki kecenderungan diturunkan dalam keluarga, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara genetik dan maloklusi. Fakta bahwa prevalensi maloklusi kelas III sangat bervariasi pada berbagai ras merupakan bukti kuat adanya pengaruh genetik terhadap maloklusi. Prevalensi tertinggi ditemukan pada populasi Cina (19,9%), sedangkan prevalensi terendah pada populasi Israel (0,7%).

Prevalensi pada populasi Afrika adalah 4,59%, sementara itu bervariasi antara 2% hingga 6% pada populasi Eropa. Penduduk Malaysia memiliki prevalensi yang relatif tinggi yaitu 16,59%. Suku Jawa sebagai salah satu suku yang paling umum di Indonesia termasuk dalam subras Melayu Deutero yang sama dengan suku Malaysia, sehingga memiliki prevalensi maloklusi kelas III yang sama. Namun, masih belum ada penelitian tentang prevalensi dan karakteristik maloklusi skeletal kelas III pada penduduk Jawa. Maloklusi skeletal kelas III pada populasi tersebut memiliki karakteristik yang beragam. Hal ini akan mempengaruhi rencana perawatan ortodontik yang akan dilakukan terutama pada pasien yang semakin bertambah. Salah satu karakteristik penting dari maloklusi yang mempengaruhi estetika wajah adalah sudut gonial. Menurut standar antropometri, sudut gonial normal harus berada pada kisaran 123,5º ± 5,9º pada pria dan 122,2º ± 4,2º pada wanita. Peningkatan sudut gonial umumnya disebabkan oleh rotasi mandibula searah jarum jam pada maloklusi kelas III. Perubahan sudut gonial juga dapat mempengaruhi tinggi wajah anterior dan posterior serta dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan gigi.

Jarabak dan Fizzell membagi sudut gonial menjadi sudut gonial atas dan bawah. Karakteristik khusus dari maloklusi skeletal kelas III pada kelompok etnis tertentu dapat mempengaruhi rencana perawatan ortodontik pada pasien yang sedang tumbuh. Beberapa pendekatan interseptif tersedia untuk merawat maloklusi skeletal kelas III, misalnya, peralatan fungsional lepasan, chin cup dan sistem penjangkaran skeletal. Perawatan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Penggunaan chin cup menyebabkan rotasi searah jarum jam dan memperlambat pertumbuhan mandibula, sedangkan miniscrew-anchored inverted FRD menyebabkan distalisasi gigi-geligi mandibula tanpa meningkatkan tinggi wajah anterior. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengamati karakteristik sudut gonial pada maloklusi skeletal kelas III pada etnis Jawa. Hasil penelitian ini akan digunakan untuk membantu dalam menentukan rencana perawatan ortodontik pada pasien di Jawa dengan maloklusi skeletal kelas III, sebagaimana diketahui tren pertumbuhan mandibulanya.

Sudut gonial atas lebih rendah dari biasanya, tetapi sudut gonial bawah lebih tinggi dari biasanya. Namun, total sudut gonial berada dalam kisaran normal. Rasio tinggi wajah anterior dalam kisaran normal, tetapi rasio tinggi wajah posterior di bawah normal. Perbedaan panjang mandibula dan maksila cukup besar. Sudut bidang mandibula menunjukkan sedikit lebih tinggi dari normal, sedangkan sumbu Y dalam kisaran normal. Posisi ramus, sudut ANB dan rasio basis kranial posterior dan tinggi ramus di bawah kisaran normal, sedangkan rasio panjang tubuh mandibula dan basis kranial anterior lebih tinggi dari normal.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah sudut gonial pada maloklusi kelas III penduduk Jawa dalam batas normal. Namun, sudut gonial atas berada di bawah kisaran normal dan sudut gonial bawah lebih tinggi dari biasanya. Sudut gonial atas dipengaruhi oleh posisi ramus mandibula, sedangkan sudut gonial bawah dipengaruhi oleh tinggi wajah bagian bawah posterior dan anterior, serta ukuran dan rotasi mandibula. Orang Jawa dengan maloklusi kelas III cenderung memiliki tipe wajah hipodivergen, dengan ramus mandibula terletak lebih posterior dan panjang mandibula berlebih.

Penulis:

Dr. I Gusti Aju Wahju Ardani, drg., M.Kes., Sp.Ort(K)

Link jurnal:

http://revista.uepb.edu.br/index.php/pboci/article/view/5899/pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp