Hubungan Rasio N/P terhadap Fitoplankton di Perairan Mangrove Wonorejo, Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Travelingyuk

Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis burung, reptilia, mamalia dan jenis organisme lainnya, sehingga hutan mangrove menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity) dan plasma nutfah yang tinggi serta berfungsi sebagai penunjang kehidupan. Organisme perairan salah satunya ialah plankton. Kualitas air berpengaruh terhadap keberadaan biota perairan khususnya fitoplankton. Fitoplankton merupakan salah satu biota yang sensitif akan perubahan karakteristik perairan. Karena sensifitasnya, fitoplankton sering dijadikan indikator terhadap kondisi ekologis suatu perairan. Parameter yang dapat mempengaruhi jenis plankton suatu perairan antara lain parameter fisika air seperti suhu dan kecerahan, serta parameter kimia air seperti DO, salinitas, pH, ammonia, nitrit, nitrat dan phosfat. Dalam hal ini fitoplankton membutuhkan unsur nitrogen dan phosfat dalam pembuatan lemak dan protein tubuh organisme. Perbandingan total nitrogen dan total fosfor dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton di perairan.

Rasio N/P pada suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator dinamika jenis plankton seperti pada perairan. Diatom tumbuh optimal pada rasio N/P adalah 6:1, sedangkan kelimpahan dinoflagelata rendah. Tingginya kelimpahan diatom dan rendahnya kelimpahan dinoflagellata mencirikan perairan yang kaya nutrien. Tingginya konsentrasi nutrien di suatu perairan akan berpengaruh terhadap produktifitas perairan. Studi menyebutkan bahwa di tambak Udang Vaname menyebutkan bahwa apabila rasio N/P kurang dari 10:1 atau mendekati 1:1, maka perairan akan di dominasi oleh Dinoflagellata. Cyanophyceae ditemukan lebih dominan pada rasio N/P yang rendah yaitu dibawah 10:1. Presentase alga hijau biru meningkat pada rasio N/P adalah 6,5:1.

Nitrogen merupakan unsur penting bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan nitrogen berupa nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik terdiri dari ammonia (NH3), ammonium (NH4+), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Pada penelitian ini unsur yang digunakan untuk perhitungan nitrogen diperairan terdiri dari nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan ammonium (NH4+). Nitrogen diperairan mangrove Wonorejo berkisar 0,176 – 0,987 mg/l. Kadar fosfor diperairan mangrove Wonorejo berkisar 0,326 – 0,58 mg/l. Kadar fosfor terbesar didapatkan pada stasiun stasiun 3 ulangan 1, sedangkan kadar fosfor terendah terdapat pada stasiun 1 ulangan 2. Kadar nitrogen di perairan hutan mangrove Wonorejo berkisar 0,129 – 0,232 mg/l, menunjukkan bahwa tingkat kesuburan perairan adalah oligotrofik, yaitu dalam tingkatan rendah. Sedangkan pengukuran fosfor berkisar 0,006 – 0,015 mg/l yang menunjukkan tingkat kesuburan adalah mesotrofik, yaitu kesuburan perairan sedang.

Kualitas air di perairan mangrove Wonorejo terdiri dari penelitian suhu, kecerahan, pH, DO dan salinitas. Suhu perairan mangrove berkisar antara 28 – 30˚C. Suhu yang baik untuk mangrove tidak kurang dari 20˚C dan pada umumnya berkisar 28 – 30˚C. Suhu diperairan mangrove Wonorejo dapat dikatakan optimal untuk pertumbuhan fitoplankton.

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) diperairan mangrove Wonorejo berkisar 1,63 – 3 mg/l. DO tertinggi terdapat pada stasiun 3 ulangan 2 dan terendah pada stasiun 1 ulangan 1. Oksigen terlarut yang baik pada kondisi perairan berkisar >5 mg/l, artinya oksigen terlarut <5 mg/l dapat menyebabkan menurunnya kelimpahan fitoplankton. Dengan kisaran oksigen terlarut yang diteliti diperairan mangrove rata-rata 2,3 mg/l maka dapat dikategorikan bahwa perairan tersebut masuk kedalam perairan tercemar sedang. Perairan dengan oksigen terlarut >6,5 mg/l tidak tercemar, 4,5 – 6,4 mg/l tercemar ringan, 2 – 4,4 mg/l tercemar sedang, dan <2 mg/l tercemar berat.

Salinitas diperairan mangrove Wonorejo yang diteliti berkisar 0 – 0,8 ppt. Nilai salinitas tawar biasanya berkisar 0 ppt, perairan payau berkisar antara 0,5 – 30 ppt dan salinitas air laut lebih dari 30 ppt. Karakteristik habitat mangrove adalah air bersalinitas payau (2 – 20 ppt) hingga asin (< 38 ppt). pH di perairan mangrove Wonorejo berkisar 6 – 7, derajat keasaman atau pH berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplanlton dan kesuburan perairan, kisaran pH yang baik untuk perairan yaitu 5,5 – 6,5 tidak produktif, 6,5 – 7,5 produktif dan 7,5 – 8,5 sangat produktif. pH yang masih layak bagi kehidupan organisme perairan antara 6,6 – 8,5. Kecerahan pada perairan didapatkan hasil 16 – 28 cm, nilai kecerahan pada suatu perairan dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi, dan ketelitian saat pengukuran. Kecerahan suatu perairan akan berkaitan erat dengan proses fotosintesis fitoplankton di perairan tersebut.

Penulis: Rahayu Kusdarwati

Link jurnal: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/718/1/012018/pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp