Substitusi Fermentasi Tepung Maggot pada Pakan Komersial

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Live Science

Ikan lele merupakan salah satu dari sepuluh komoditas budidaya unggulan Indonesia. Pada tahun 2013, Indonesia mendominasi produksi lele dunia dengan share sebesar 75,6 % terhadap total produksi ikan lele dunia. Peningkatan produksi dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat secara otomatis meningkatkan kebutuhan pakan ikan. Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Faktor pakan menentukan 60 – 70% biaya produksi dalam usaha budidaya ikan. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pakan menjadi kendala bagi pembudidaya. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif bahan pakan dengan harga relatif murah dan mengandung nutrisi yang baik untuk mengurangi penggunaan tepung ikan. Salah satu alternatif bahan penambah pakan adalah maggot, selain itu maggot memenuhi persyaratan sebagai sumber protein karena memiliki kandungan serat yang tinggi, sehingga diperlukan cara untuk menurunkan kandungan serat kasar dalam tepung maggot. Kandungan serat kasar pada maggot dapat diturunkan dengan fermentasi. Fermentasi tepung maggot pada bahan pakan dengan probiotik dilakukan dengan menambahkan bakteri tertentu pada bahan pakan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah kandungan protein dan lemak. Protein berfungsi membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan dan menggantikan jaringan yang rusak. Lemak merupakan salah satu komponen makronutrien dengan kandungan energi terbesar yang berfungsi sebagai sumber energi, supporting pertumbuhan dalam membantu proses metabolisme dalam tubuh larva ikan. Pemberian fermentasi tepung maggot sebagai perlakuan diberikan dalam beberapa dosis yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dengan masing-masing 3 ulangan.

Hasil yang diperoleh adalah nilai protein kasar dan lemak kasar pada daging ikan lele. Nilai protein kasar berkisar antara 16,13% – 20,32% dengan nilai tertinggi pada perlakuan penambahan fermentasi tepung maggot 10%. Untuk hasil nilai lemak kasar pada daging ikan lele berkisar antara 1,52% – 1,82% dengan nilai terendah pada perlakuan 10% penambahan fermentasi tepung maggot. Peningkatan protein kasar daging ikan lele (Clasias sp.) diduga karena maggot memiliki kandungan asam amino essensial tinggi yang mampu memenuhi kebutuhan ikan. Dari hasil penelitian semakin banyak dosis tepung maggot yang diberikan belum tentu memberikan nilai kandungan protein kasar yang tinggi pula karena sel tubuh ikan memiliki batas tertentu dalam menimbun protein. Apabila telah mencapai batas maka setiap penambahan asam amino dalam cairan tubuh dipecah dan digunakan untuk energi atau disimpan sebagai lemak. sebagian dari pakan yang dimakan oleh ikan diubah menjadi energi yang digunakan untuk aktivitas tubuh dan sebagian lagi dikeluarkan dari tubuh. Oleh karena itu, tidak semua protein pakan yang masuk diubah menjadi daging. Selain itu, pembentukan protein daging juga tergantung pada kemampuan fisiologis ikan. Tentang lemak, kadar lemak yang rendah pada ikan dapat meningkatkan kualitas daging ikan sehingga memiliki tekstur semakin kompak, padat, elastis dan rasa daging lebih disukai. Kadar lemak yang rendah mengindikasikan ikan lele dalam keadaan sehat sehingga metabolisme penggunaan energi dalam lemak cukup tinggi. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil perlakuan terbaik adalah pada penambahan 10% tepung maggot pada pakan.

Penulis: Daruti Dinda Nindarwi, S.Pi., M.P.

Link jurnal:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/718/1/012093/meta

Permatasari, S. A., Rahardjo, B. S., & Nindarwi, D. D. (2021, March). Substitution of Maggot Flour Fermentation (Hermetia illucens) in Commercial Feed Towards The Level of Crude Protein and Crude Fat in Catfish Meat (Clarias sp.). In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 718, No. 1, p. 012093). IOP Publishing.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp