Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) merupakan proses terstandar sebagai suatu metode pemecahan masalah yang sistematis dalam menangani problem gizi sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. PAGT menjadi sa;ah satu kompetensi yang wajib dimiliki dan mampu dilakukan oleh seorang ahli gizi / sarjana gizi (S.Gz). Setiap pasien yang mempunyai masalah gizi atau dalam kata lain memiliki risiko hospital malnutrition harus mendapat asuhan gizi terstruktur melalui proses 4 (empat) langkah yaitu asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring & evaluasi gizi. Studi kasus yang dipublikasikan ini merupakan proses PAGT pada pasien dengan diagnosis medis intusesepsi ileocolic, post hemikolektomi kanan, dan reseksi ileum end-to-end anastomosis.
Metode yang dilakukan adalah observasi selama 3 hari pada aspek asupan yang dilihat dari 9 kali makan, aspek fisik dengan wawancara, dan aspek biokimia dilihat dari rekam medis pasien. Peneliti juga melakukan studi literatur untuk melengkapi data yang di butuhkan.
Intususepsi didefinisikan sebagai invaginasi suatu segmen usus ke dalam segmen usus lain, segmen proksimal terinvaginasi kedalam segmen distal yang sering terjadi pada usus kecil; sedangkan appendicitis di awali oleh adanya sumbatan (appendicolith) yang terjadi di saluran apendiks sehingga cairan mukus tidak dapat mengalir yang kemudian akan meningkatkan tekanan dalam saluran apendiks dan menyumbat aliran darah dan limfe dari usus buntu, hal ini akan menyebabkan bakteri pada saluran apendiks berpindah pada dinding apendiks sehingga menyebabkan infeksi yang akan menimbulkan peradangan pada apendiks.
Dalam kasus ini pasien dalam kondisi bedrest dan tidak dapat di ukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) aktualnya, sehingga diperlukan metode estimasi. Untuk melakukan estimasi berat badan dan tingi badan diperlukan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) dan panjang ulna atau tinggi lutut yang merupakan parameter yang berkolerasi dengan berat badan orang dewasa. Dari asesmen yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kekurangan gizi dan kekurangan asupan oral. Dari kebutuhan total energi pasien sebesar 1879,3 kkal, asupan pasien cenderung kurang/rendah yaitu sebesar 26,7%. Pasien mengalami hipoalbuminemia, anemia, inflamasi, dan dalam kondisi penyembuhan luka pasca operasi.
Dari hasil diagnosis gizi, pasien diberikan intervensi dengan pemberian makanan yang disesuaikan dengan kondisi pasien, dilakukan perhitungan yang tepat untuk menentukan kebutuhan energi dan zat gizi lain. Dalam kasus ini,pasien diberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP); Karbohidrat diberikan sebesar 60%, lemak 20% dan protein 20%. Selain zat gizi makro, juga diberikan serat yang diberikan rendah dan meningkat secara bertahap berkaitan dengan fungsi saluran cerna pasca operasi dimulai 4 g. Di tahap akhir, monitoring dan evaluasi pasien dilakukan dan beberapa hasil di evalausi seperti kadar albumin, tingkat asupan harian, kondisi umum, pemeriksaan fisik dan klinis.
Penulis: Aprilia Durotun Nasikhah, Qonita Rachmah, Endah Sarworini
Artikel dapat ditemukan pada link berikut:
https://www.e-journal.unair.ac.id/MGK/article/view/24945/14224
Penulis Artikel Populer: Qonita Rachmah