Pandemi Covid-19 yang melanda dunia khususnya Indonesia membawa perubahan pada sendi-sendi kehidupan masyarakat, terutama pada sektor rumah tangga. banyak rumah tangga yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya karena angka pengangguran yang semakin meingkat. Selain itu, banyaknya kebutuhan rumah tangga yang tidak terpenuhi juga mengakibatkan potensi hutang.
Dampak lain yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19 adalah meningkatnya penggunaan aplikasi belanja online atau e-commerce. Kebijakan pemerintah yang membatasi gerak sosial (social distancing) mengharuskan masyarakat untuk meminimalisir interaksi secara langsung. Hal ini juga mengubah kebiasaan masyarakat yang terbiasa melakukan transaksi secara konvensional (tatap muka secara langsung) menjadi secara online.
Meskipun jumlah penggunaan aplikasi belanja online meningkat, hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan temuan lapangan pada kelompok ibu rumah tangga di Desa Kedungsari, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. Kebanyakan dari mereka masih belum mengetahui fungsi dari e-commerce selain untuk melakukan transaksi beli secara online.
“Kami biasanya memberi secara online lewat Facebook ataupun WhatsApp dan banyak diantara kami yang masih belum bisa menggunakan aplikasi Shopee.” Ujar Ula salah satu peserta pelatihan.
Selain minimnya pengetahuan tentang belanja online dengan media marketplace seperti Shopee, mereka juga belum bisa menjual produk mereka secara online dengan Shopee. Maka dari itu, pelatihan dan seminar tentang pemanfaatan marketplace seperti Shopee sangat penting untuk dilakukan.
“Kami berharap dengan adanya pelatihan ini bisa membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga melalui kegiatan pembelian online secara murah dan bisa menjual produk mereka dengan mudah.” Ujar Shochrul.
Adapun tahapan pelatihan yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat FEB UNAIR adalah memberikan edukasi tentang pentingnya pengetahuan menganai belanja online, pelaksanaan seminar “Bijak Bertransaksi Online di Masa Pandemi”, pelatihan pembuatan e-mail dan akun marketplace serta cara bertransaksi, pelatihan cara mengambil foto produk, dan pemilihan araprana sebagai duta belanja online yang menjadi tempat bertanya ibu-ibu. Dari tahapan-tahapan tersebut diharapkan bahwa kelompok ibu rumah tangga lebih sejahtera dengan memanfaatkan marketplace.
Pelatihan ini dilakukan selama dua hari, di mana hari pertama (Selasa, 15 Juni 2021) digunakan untuk memberikan edukasi tentang pentingnya pengetahuan mengenai belanja online, pelaksanaan seminar “Bijak Bertransaksi Online di Masa Pandemi”, dan pelatihan pembuatan e–mail dan akun marketplace serta cara bertransaksi, utamanya dalam belanja kebutuhan sehari-hari secara online.
Adapun jumlah peserta yang mengikuti pelatihan adalah sebanyak 11 orang, dan dengan sistem coaching di mana tiap 2 peserta didampingi oleh 1 coach, para peserta merasa pelatihan yang dilakukan sangat efisien dan mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belanja selanjutnya. Selain itu, para peserta juga mendapatkan voucher Shopee Pay sebesar Rp 100.000 yang harus digunakan untuk berbelanja di toko Shopee yang telah dibuat sebelumnya, yakni @tanjung_beauty.
Pada hari kedua pelatihan (Rabu, 16 Juni 2021), peserta diajari bagaimana cara untuk melakukan pembelian voucher listrik atau pulsa secara online dengan pembelian sebesar Rp 50.000 menggunakan Shopee Pay, melakukan posting produk untuk dijual, dan melakukan penjualan dan konfirmasi penjualan. Pada pelatihan hari kedua, terdapat kendala yang dialami oleh salah satu peserta, yakni ponsel yang tidak mendukung untuk melakukan penjualan online. Meskipun demikian, peserta yang mengalami kendala tersebut tetap diberikan pelatihan dengan cara melihat proses penjualan pada ponsel peserta lain.
“Kami merasa sangat terbantu dengan adanya pelatihan ini, kami bisa melakukan belanja online dengan murah dan menjual barang dagangan kami di Shopee, terima kasih FEB UNAIR.” Ujar Rita, salah satu peserta pelatihan.
Secara keseluruhan, pelatihan penggunaan aplikasi belanja online yang dilakukan di Desa Kedungsari, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto sangat disambut antusias oleh peserta pelatihan. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan perekonomian masyarakat khususnya dalam sektor rumah tangga bisa terangkat dan ibu-ibu peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan ini bisa membagi pengetahuan dan pengalamannya pada ibu rumah tangga lain agar semua rumah tangga bisa memanfaatkan kemudahan dari transaksi online.
Setelah melakukan semua rangkaian kegiatan pelatihan selama 2 hari berturut-turut, tim melakukan evaluasi secara daring dengan cara memberikan pertanyaan berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal, di mana tiap soalnya bernilai 5 poin. Pemberian soal ini diharapkan bisa menjadi tolak ukur tim untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dari peserta pelatihan. Dari evaluasi yang dilakukan, Ibu Zahrotul Ula keluar sebagai juara 1 dengan nilai 100/100, disusul Ibu Wahyuni sebagai juara 2 dengan nilai 90/100, Ibu Nurbawati sebagai juara 3 dengan nilai 90/100, Ibu Siti Muchayah sebagai juara harapan 1 dengan nilai 90/100, dan Ibu Yofi Itasari sebagai juara harapan 2 dengan nilai 90/100. Pengambilan keputusan juara yang dilakukan tim didasari dengan nilai terbanyak dan peserta yang mengerjakan soal evaluasi tercepat.
Jika ada juara pastinya tidak akan lepas dengan yang namanya hadiah. Adapun hadiah yang didapatkan oleh para juara dan peserta yang tidak tidak keluar sebagai juara adalah voucher belanja, dengan nominal Rp 200.000 untuk juara 1, Rp 175.000 untuk juara 2, Rp. 150.000 untuk juara 3, Rp 125.000 untuk juara harapan 1, Rp 100.000 untuk juara harapan 2, dan voucher belanja sebesar Rp 50.000 untuk tiap peserta yang tidak menjadi juara.
Dari hasil evaluasi yang diperoleh tim, dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir dari setengah peserta pelatihan sudah paham dan mengetahui manfaat dan fungsi dari e-commer. Namun, terlepas dari itu semua, terdapat hal lain yang harus diperhatikan oleh peserta yakni, cara menyebarkan manfaat yang mereka peroleh dari pelatihan kepada masyarakat luas, dan peserta harus bisa meningkatkan komunikasi yang baik kepada pembeli dan kurir sebagai seorang penjual.
Selain hasil evaluasi dari pemberian soal yang berkaitan dengan kegiatan pelatihan yang sudah dilakukan sebelumnya, terdapat hal yang menjadi focus dari pelaksanaan pengabdian masyarakan yang dilakukan oleh FEB UNAIR, yakni minimnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pemaksimalan manfaat ponsel pintar apalagi di situasi pandemic seperti saat ini di mana semua kegiatan sosial di batasi dan harus dilakukan secara daring dan mengharuskan masyarakan untuk memaksimalkan teknologi yang ada dan berkembang.
Penulis: Shochrul Rohmatul Ajija