Analisis Distribusi Spasial Dokter Gigi, Teknisi Gigi, dan Terapis Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Ask the Dentist

Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Penyakit pada gusi (periodontal) menjadi urutan ke 11 penyakit yang paling banyak terjadi di dunia. Sementara di Asia Pasifik, kanker mulut menjadi urutan ke 3 jenis kanker yang paling banyak diderita.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan sebanyak 57,6% penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut selama 12 bulan terakhir, tetapi hanya 10,2% yang mendapat perawatan oleh tenaga medis gigi. Proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%). Sedangkan masalah kesehatan mulut yang mayoritas dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak dan/atau keluar bisul (abses) sebesar 14%.

Puskesmas yang memiliki upaya tertinggi dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah di Bali provinsi, yaitu 100% dan upaya terendah dalam perawatan gigi. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut terendah di Indonesia berada di Provinsi Papua yaitu 24%; angka nasional untuk upaya kesehatan gigi dan mulut ini adalah 84%. Artinya, Bali adalah provinsi yang terbaik dalam memberikan layanan gigi dan mempertimbangkan dengan tepat bidang kedokteran gigi, sedangkan Papua adalah yang terburuk.

Kemudahan warga untuk menjangkau layanan dan fasilitas berdasarkan jarak dan waktu tempuh ke sumber daya disebut aksesibilitas geografis. Pemberian pelayanan kesehatan gigi yang optimal harus mempertimbangkan ketersediaan dan aksesibilitas, yang bersama-sama disebut sebagai aksesibilitas spasial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis distribusi spasial dokter gigi, teknisi gigi, dan terapis gigi di Indonesia.

Jumlah Puskesmas di Indonesia sebanyak 9.831. Jumlah dokter gigi, teknisi gigi, dan terapis gigi yang bekerja di gedung induk Puskesmas sektor publik di masing-masing wilayah Puskesmas adalah 15,833, 1,214, dan 3,834.

Rata-rata jumlah dokter gigi yang bekerja di sektor publik dan gedung induk Puskesmas di setiap wilayah Puskesmas (dokter gigi per wilayah) di Indonesia dihitung sebesar 1,61. Rasio dokter gigi terhadap penduduk di Indonesia dihitung sebesar 1:17,105. Rata-rata jumlah teknisi gigi yang bekerja di gedung induk Puskesmas di setiap wilayah Puskesmas (teknisi gigi per wilayah) di Indonesia dihitung sebesar 0,13. Rata-rata jumlah terapis gigi yang bekerja di gedung induk Puskesmas di setiap wilayah Puskesmas (terapis gigi per wilayah) di Indonesia dihitung sebesar 0,40.

Terdapat 13 provinsi yang memiliki value of dentist per area below 1, yang menunjukkan bahwa terdapat daerah yang tidak memiliki dokter gigi sama sekali didalam suatu wilayah puskesmas . Seluruh provinsi di Indonesia memiliki value of dental technicians per area below 1, yang menunjukkan bahwa seluruh wilayah Indonesia tidak memiliki jumlah dental technician yang cukup untuk setiap wilayah puskesmas, relatively. Terdapat 31 provinsi yang memiliki value of dental therapist per area below 1, yang menunjukkan bahwa terdapat daerah yang tidak memiliki dental therapist sama sekali didalam suatu wilayah puskesmas

Pesebaran dokter gigi tertinggi berada di provinsi Bali yang terletak di regio Jawa-Bali, dan terendah berada di provinsi Papua Barat yang terletak di regio Papua. Pesebaran tertinggi teknisi gigi berada di provinsi Bangka Belitung yang terletak di regio Sumatra dan terendah berada di provinsi Maluku Utara yang terletak di regio Maluku. Pesebaran tertinggi terapis gigi berada di provinsi Bali yang terletak di regio Jawa-Bali dan terendah berada di provinsi Papua yang terletak di regio Papua.

Jumlah dokter gigi di Indonesia meningkat karena bertambahnya mahasiswa kedokteran gigi yang telah dididik di fakultas kedokteran gigi yang juga dilakukan pra kontrak untuk dokter gigi untuk bekerja di daerah pedesaan setelah lulus melalui program Nusantara Sehat dan PTT Daerah, untuk mengatasi kekurangan dokter gigi. Namun, tidak meratanya distribusi personel kedokteran gigi masih ditemukan, belum ada kebijakan penyebaran distribusiuntuk teknisi gigi dan terapis gigi, dan rasio dokter gigi terhadap populasi di Indonesia belum membaik. Analisis spasial dapat membantu mengidentifikasi tenaga kesehatan gigi kekurangan dan distribusi geografis.

Penulis: Nanda Rachmad Putra Gofur drg,.M.Biomed

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://f1000research.com/articles/10-220

Gofur NRP, Aghasy AZZ and Gofur ARP. Spatial distribution analysis of dentists, dental technicians, and dental therapists in Indonesia [version 2; peer review: 2 approved]. F1000Research 2021, 10:220 (https://doi.org/10.12688/f1000research.50869.2)

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp