Bintangor merupakan tumbuhan tinggi endemik Indonesia. Sebaran wilayah tumbuh, tanaman bintangor diantaranya Kepulauan Riau, Kalimantan, Batam, Bangka Belitung, Papua. Kandungan senyawa kimia pada bintangor sangat spesifik dan bervariasi bergantung pada tempat tumbuhnya. Bintangor tumbuh pada tanah berpasir mempunyai karakteristik senyawa yang berbeda dengan bintangor yang tumbuh di dataran tinggi. Tanaman bintangor termasuk dalam genus besar Calophyllum dari keluarga Guttiferae. Bintangor yang diperoleh dari daerah Riau ini adalah jenis Calophyllum dioscurii. Tanaman Calophyllum dioscurii ini tumbuh di wilayah berpasir. Beberapa daerah mengenal tanaman bintangor dengan nama mentangor, aci, atau betur. Bintangor banyak digunakan masyarakat sebagai obat obat kanker dan HiV. Kulit batang bintangor banyak digunakan oleh masyarakat sebagai salah satu bahan ramuan obat Cina.
Studi fitokimia beberapa ahli sebelumnya terhadap Calophyllum, menunjukkan bahwa bintangor mengandung senyawa fenolik golongan benzofuran, santon, fenilkumarin yang merupakan senyawa aktif.
Penelitian ilmiah terhadap bintangor (Calophyllum dioscurii) dari Kepulauan Riau dilakukan oleh Tjitjik Srie Tjahjandarie dan Tim Riset Kimia Bahan Alam Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi. Penelitian ini berhasil menemukan dua senyawa baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya dari tanaman Indonesia. Senyawa yang ditemukan adalah senyawa golongan santon yang terisoprenilasi dan diberi nama Calodiucurin A dan B. Keunikan dari senyawa ini adalah adanya substituent gugus prenil yang sangat spesifik. Selama ini senyawa golongan santon pada umumnya hanya mempunyai gugus-gugus sederhana seperti gugus hidroksi dan metoksi. Calodiucurin A dan B telah diujikan terhadap sel murin leukemia P 388, dan menunjukkan aktivitas yang moderat. Dengan diketahuinya aktivitas senyawa Calodioscurin A dan B terhadap sel kanker leukemia, merupakan peluang bagi peneliti untuk mengembangkan uji aktivitas anti kanker lainnya. Penemuan senyawa baru ini menambah keragaman senyawa kimia tanaman Indonesia yang dapat dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi. Penemuan senyawa baru ini tentunya memberikan kontribusi pada peningkatan publikasi Universitas Airlangga dan mendorong pencapaian kinerja Universitas Airlangga menjadi Perguruan Tinggi Kelas Dunia (World Class University). Penemuan senyawa Calodioscurin A dan B ini telah dipublikasikan pada jurnal Natural Product Research Tahun 2019.
Bagian tanaman yang diteliti adalah kulit batang, bagian yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai ramuan obat tradisonal. Kulit batang dipeoleh dari daerah sungai hutan konservasi di Batam, Kepulauan Riau. Identifikasi tanaman dilakukan oleh Ismail Rachman, ahli botani dari Herbarium Bogoriensis, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor. Pada penelitian selanjutnya akan difokuskan pada eksplorasi berbagai Calophyllum dan aktivitas biologisnya, sehingga dapat dipetakan sumber tanaman obat Indonesia.
Penulis: Tjitjik Srie Tjahjandarie
Link Jurnal: http://repository.unair.ac.id/94746/