Inovasi, Akuntansi Manajemen Lingkungan, Kinerja Masa Depan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Harmoy Accounting

Persaingan dalam dunia bisnis merupakan hal yang wajib dihadapi setiap perusahaan, termasuk perusahaan yang ada di Indonesia. Persaingan yang ada menuntut perusahaan untuk bekerja lebih keras dalam menjalankan proses bisnisnya, apalagi sekarang pesaing datang dari dalam dan luar negeri. Perusahaan harus selalu berusaha meningkatkan kualitas produk, memahami kondisi pasar, memperbaiki sistem produksi, distribusi, dan manajemen dalam perusahaan agar dapat bertahan di dunia bisnis. Inovasi merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi persaingan bisnis. Inovasi yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk menghasilkan keunggulan kompetitif. Dengan keunggulan kompetitif yang diraih dari penerapan inovasi diharapkan kinerja perusahaan kedepannya juga akan meningkat.

Inovasi merupakan upaya penting bagi perusahaan untuk mengembangkan proses bisnisnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Inovasi yang baik akan menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas dengan efisiensi biaya, improvisasi produk dan menghasilkan produk yang berbeda dari yang sebelumnya. Penerapan inovasi yang baik akan berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan ke depan, misalnya inovasi yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia. PT Semen Indonesia melakukan inovasi teknologi pada tahun 2013 dengan menyediakan teknologi konservasi energi dan Teknologi Emisi Gas CO2 melalui pemanfaatan biomassa dan limbah B3 sebagai Bahan Bakar Alternatif.

Teori legitimasi menurut Dowling dan Pfeffer (1975) menyatakan bahwa: “Legitimasi penting bagi organisasi, batasan yang ditekankan oleh norma dan nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi yang berkaitan dengan aspek lingkungan” . Perusahaan berupaya menciptakan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang melekat dalam proses bisnisnya dengan norma-norma perilaku yang ada dalam sistem sosial masyarakat. Selama kedua sistem nilai tersebut selaras, mereka dapat disebut legitimasi perusahaan. Namun bila terjadi disonansi antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan ada ancaman terhadap legitimasi perusahaan atau gap legitimacy. Hal ini juga terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan. Strategi yang direncanakan, dipilih, dan dilakukan oleh perusahaan harus didasarkan pada teori legitimasi. Teori legitimasi juga dapat dicapai dengan menerapkan akuntansi hijau. Menurut Cohen dan Philipsen (2011) melalui penerapan green accounting diharapkan kelestarian lingkungan akan terjaga karena dalam menerapkan green accounting perusahaan akan secara sukarela menaati kebijakan pemerintah tempat perusahaan menjalankan usahanya. Tujuan green accounting adalah untuk mengidentifikasi dampak negatif dari aktivitas dan sistem perusahaan terhadap lingkungan sehingga keputusan dapat efektif dan efisien dalam kaitannya dengan perlindungan lingkungan. Salah satu implementasi strategi dengan tujuan akuntansi hijau adalah dengan menerapkan akuntansi manajemen lingkungan (EMA).

Dengan sampel 122 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 – 2015, penelitian ini menggunakan teknik analisis berupa teknik analisis jalur; peneliti menggunakan pengaruh variabel intervening sebagai penghubung antara variabel dependen dan variabel independen dalam menguji hipotesis. Peneliti menguji hipotesis dengan bantuan alat statistik yaitu SPSS versi 20. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Akuntansi Manajemen Lingkungan (EMA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap inovasi. Menurut data sampel, biaya produksi tahun berjalan lebih besar dari biaya tahun sebelumnya. Ini bisa menjadi penyebab EMA tidak berpengaruh pada inovasi; (2) Inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja masa depan. Dengan variasi produk yang semakin banyak maka pangsa pasar perusahaan juga akan meningkat karena jumlah konsumen yang semakin banyak. Perusahaan yang berinovasi untuk produk baru yang mereka buat dan kembangkan berdampak pada peningkatan keuntungan perusahaan dan peningkatan kinerja masa depan; (3) Akuntansi Manajemen Lingkungan (EMA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja masa depan. Berdasarkan data sampel, biaya produksi tahun berjalan lebih besar dari biaya tahun sebelumnya sehingga hasil pengukuran EMA negatif. Faktor biaya dapat menjadi penyebab EMA tidak mendorong produksi produk baru, sehingga mengakibatkan penurunan penjualan, keuntungan dan juga kinerja dimasa yang akan datang. Dan terakhir, (4) Inovasi terbukti mampu menjembatani variabel akuntansi pengelolaan lingkungan menuju kinerja masa depan. Hal ini terjadi karena inovasi yang diterapkan oleh perusahaan dapat digunakan untuk mengembangkan ide dan produk. Inovasi ramah lingkungan berkontribusi pada pengurangan beban lingkungan atau target keberlangsungan perusahaan dalam menghasilkan produk ramah lingkungan dengan tujuan legitimasi masyarakat. Inovasi ini mengarah pada kinerja masa depan perusahaan.

Penulis: Prof. Dian Agustia, S.E., M.Si.,Ak., CMA., CA

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Agustia, D. (2020). Innovation, Environmental Management Accounting, Future Performance: Evidence In Indonesia. Journal of Security & Sustainability Issues, 9(3). https://doi.org/10.9770/jssi.2020.9.3(24)

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp