Kelahiran prematur menjadi masalah kesehatan tingkat global karena tingkat mortalitas dan morbiditasnya. Sedangkan penyebab kematian atau mortalitas lainnya seperti pneumonia, diare, malaria, dan campak telah menurun sejak dua dekade yang lalu. Komplikasi pada anak-anak dengan riwayat kelahiran prematur saat ini telah menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun. Salah satu faktor penyebab kematian pada bayi prematur yaitu kelahiran sebelum berusia 38 minggu. Pada tahun 2012 sebesar 11,3% bayi lahir sebelum usia gestasi mencapai 38 minggu dari seluruh kelahiran di dunia. Walaupun demikian, banyak pula bayi-bayi prematur yang bertahan hidup daripada yang meningggal di 30 hari pertama kehidupan. Bayi-bayi itulah yang kemudian akan menghadapi banyak risiko komplikasi, baik komplikasi awal maupun komplikasi lanjutan pada tahun-tahun mendatang dikarenakan fungsi dan anatomi tubuhnya yang belum matang.
Perawatan yang intensif perlu dilakukan pada bayi-bayi prematur, untuk menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas. Selain itu, penting pula dilakukan prediksi length of stay (LOS) pada bayi prematur dalam NICU yang bertujuan untuk menilai perencanaan sumber daya, komisi layanan, dan membantu klinisi saat mereka memberikan konseling kepada orangtua. Meskipun demikian, masih ada keterbatasan informasi pada penelitian tentang prediksi LOS. Mortalitas dan morbiditas bayi prematur dapat diprediksi menggunakan sistem skoring yaitu Neonatal Therapeutic Intervention Scoring System (NTISS) yang dapat menjadi informasi penting untuk mengontrol kualitas pelayanan, manajemen sumber daya dan juga sebagai perbandingan standar hasil pelayanan kesehatan. NTISS merupakan therapy-based dan severity-based index yang digunakan sebagai indikator keparahan dan utilisasi sumberdaya.
Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang menggunakan data rekam medis neonatal prematur yang di rawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya. Kriteria yang menjadi subjek penelitian adalah bayi-bayi prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu ketika lahir, minimal dirawat selama 24 jam di NICU. Apabila data rekam medis subjek tidak lengkap, maka akan dikeluarkan dari kriteria penelitian. Usia gestasi, berat badan lahir, dan skor apgar menjadi indikator risiko mortalitas, morbiditas, dan LOS. Data dikumpulkan dan dianalisis menggunakan uji chi-square/fischer’s exact test yaitu untuk menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan mortalitas pada bayi prematur.
Sebanyak 102 bayi prematur yang termasuk dalam kriteria inklusi penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini didominasi oleh perempuan, bayi prematur sedang, bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, lahir secara sesar, bertahan hidup setelah perawatan, dan skor NTISS lebih dari 20,5. Skor NTISS berkorelasi secara signifikan dengan mortalitas bayi prematur, tetapi tidak berkorelasi signifikan dengan LOS. Kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah memiliki risiko mortalitas 16 kali lebih tinggi daripada yang normal. Semua yang extremely preterm memiliki laju yang paling rendah untuk bertahan sedangkan moderate preterm merupakan yang tertinggi. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi usia gestasi semakin tinggi pula laju bertahan hidup. Berdasarkan skor NTISS yang ada dalam penelitian ini, parameter respiratori merupakan parameter yang paling berperan. Sebagian besar bayi-bayi prematur yang memiliki skor respiratori tinggi mengalami masalah-masalah pernapasan yang berat dan risiko mortalitas yang juga tinggi. Kondisi respiratori merupakan alasan yang paling umum kenapa bayi baru lahir dirawat di NICU, baik term ataupun preterm. Respiratory distress syndrome merupakan diagnosis yang paling umum dan insidensnya lebih tinggi pada bayi dengan usia gestasi lebih rendah.
Penelitian lain juga menyatakan bahwa NTISS dapat diterima sebagai skor prediktif untuk memprediksi mortalitas pada bayi prematur. Skor NTISS merepresentasikan jumlah intervensi-intervensi yang seharusnya diberikan kepada bayi. Semakin tinggi skor NTISS, semakin banyak pula intervensi-intervensi yang diberikan, karena tingkat mortalitas bayi tersebut juga semakin tinggi. Surfaktan, ventilator mekanik, intervensi bedah, dan pemberian nutrisi parenteral merupakan contoh dari intervensi yang seharusnya diberikan terkait dengan NTISS.
Skor NTISS bisa digunakan untuk memprediksi mortalitas pada bayi prematur sehingga dapat dimaksimalkan pemberian intervensi untuk menurunkan risiko mortalitas. Namun penelitian ini masih memiliki kelemahan karena beberapa parameter yang ada di NTISS tidak dinilai karena tidak adanya parameter tersebut di NICU Rumah Sakit Dr. Soetomo. Parameter tersebut yaitu terapi aminophylline, oksigenasi membrane ekstracorporeal, penggunaan pacemaker, dan intervensi-intervensi kardiak lainnya. Oleh karena itu sangat diharapkan adanya penelitian berikutnya yang dapat mengembangkan penelitian ini.
Penulis: Dr. Risa Etika, dr., SpA(K)
NIP: 195907032016016201
Narahubung: Sekretaris Dr. Risa Etika, dr., SpA(K) a.n Hodimatum Mahiroh (082333736423)
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
http://www.ijfmt.com/issues.html
Wisnuwardani DN, Sampurna MTA, Utomo MT, Etika R. Neonatal Therapeutic Intervention Scoring System (NTISS) ini Rural Country: Mortality and Length of Stay (LOS) Predictive Score in Preterm Infant. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 2020 14(4), 862-867. Published Oktober-Desember 2020. Doi: 10.37506/ijfmt.v14i4.11600