Membeli jajanan merupakan kegiatan yang disukai oleh siswa sekolah dasar. Sering kali jajanan yang ada di sekolah atau di luar sekolah tidak terjamin keamanan pangannya. Banyak kasus keracunan makanan di sekolah dasar bisa karena anak tidak tahu cara memilih dan kurang percaya diri untuk memilih jajanan yang aman dan sehat.
Kejadian keracunan makanan sering terjadi pada anak usia sekolah. Salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh anak usia sekolah adalah “Jajanan Anak Sekolah (JAS)”. Harga yang murah, mudah didapat, menarik, dan jenis yang bervariasi menjadi alasan anak-anak tertarik untuk membeli jajanan pinggir jalan. Penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) selama 5 tahun terakhir (2009-2014) menunjukkan 23,82% jajanan anak sekolah mengandung mikroba berbahaya, penggunaan bahan berbahaya, dan bahan tambahan pangan yang tidak memenuhi syarat. Ditemukan empat puluh lima (45) kasus keracunan makanan dengan mayoritas penderitanya adalah anak sekolah usia 5-14 tahun.
Anak usia sekolah memiliki sikap yang tidak konsisten terhadap makan. Anak mulai menentukan keputusannya sendiri dalam memilih makanan dan cenderung dapat memilih makanan yang disukai atau tidak disukainya. Pemilihan jajanan yang buruk dapat berdampak pada kesehatan anak. Tingkat pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam memilih jajanan yang dapat berdampak pada status gizi anak sekolah. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari dan proses pembelajaran. Pengetahuan yang baik dapat membimbing anak untuk memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam memilih jajanan yang aman dan bergizi.
Self-efficacy adalah variabel pribadi yang penting yang akan menjadi penentu dari perilaku masa depan. Self-efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melaksanakan tugas khusus atau bagian dari berbagai komponen tugas. Self-efficacy dikatakan tinggi atau kuat, yang dapat dilihat dari tingkat kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuannya dalam melakukan pekerjaan.
Anak sekolah dasar adalah anak usia 6-12 tahun. Pada usia ini, anak memiliki berbagai aktivitas dan membutuhkan asupan gizi yang cukup agar memiliki status gizi yang baik. Makanan jajanan memiliki kontribusi tambahan dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak, terutama zat gizi energi dan protein. Jenis kelamin perempuan memiliki peluang 3,25 kali lebih besar untuk memiliki perilaku jajan yang baik dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Pada umumnya anak akan banyak menghabiskan waktunya di sekolah, sehingga anak memiliki kebebasan untuk menggunakan uang sakunya untuk membeli makanan atau minuman apapun yang diinginkan.
Barrier self-efficacy merupakan salah satu bagian dari self-efficacy yang mengacu pada keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengatasi kesulitan dan mencapai perubahan perilaku. Sedangkan task self-efficacy merupakan bagian dari self-efficacy yang mengacu pada keyakinan diri seseorang mengenai kemampuannya dalam melakukan suatu tugas tertentu. Penelitian terkait hubungan pengetahuan, self-efficacy, dan perilaku pada siswa kelas 5, menunjukkan bahwa perilaku berhubungan positif dengan pengetahuan dan self-efficacy. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian kami menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan terhadap task self-efficacy dan tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap barrier self-efficacy dalam memilih jajanan sehat. Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap barrier self-efficacy dalam penelitian ini dapat disebabkan karena kuesioner barrier self-efficacy cenderung kurang menunjukkan hambatan yang sebenarnya terjadi dalam pemilihan jajanan untuk anak sekolah dasar.
Penelitian ini dilakukan di 64 siswa kelas 5 SDN Kalisari I/242 dan SDN Sutorejo I/240. Sebagian besar subjek memiliki pengetahuan baik dengan nilai di atas 80 yaitu sebanyak 48 siswa (75%), sedangkan siswa dengan pengetahuan kurang terkait keamanan dan cara memilih jajanan sehat sebanyak 16 siswa (25%). Berdasarkan variabel barrier dan task self-efficacy, skor rata-rata adalah 32,02 dan 59,16. Diketahui bahwa 34 siswa (53,1%) memiliki tingkat barrier dan task self-efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan 30 siswa lainnya (46,9%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap task self-efficacy tetapi pengetahuan tidak berpengaruh terhadap barrier self-efficacy. Pengetahuan dapat menjadi dasar untuk meningkatkan self-efficacy, oleh karena itu diperlukan investasi pendidikan untuk dapat meningkatkan self-efficacy pada siswa sekolah dasar untuk memilih jajanan yang aman dan sehat.
Penulis: Trias Mahmudiono, SKM., MPH., GCAS., Ph.D
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di:
Kus Aisya Amira, Trias Mahmudiono (2021). The Effect of Knowledge To Self-Efficacy In Healthy Snack Selection Among Elementary School Students. Ann Trop Med & Public Health. DOI: http://doi.org/10.36295/ASRO.2021.24104