Salah satu toksikan yang sering dikaitkan dengan kerusakan hati adalah parasetamol (PCM), yang merupakan obat yang efektif untuk pengobatan nyeri, radang, dan demam. Pada dosis terapeutik normalnya, PCM dapat diperoleh sebagai obat bebas karena merupakan obat yang aman untuk semua kelompok umur. Namun, overdosis PCM yang disengaja atau tidak disengaja dapat menyebabkan kerusakan akut pada hati, yang dapat menyebabkan nekrosis hati yang fatal jika tidak ditangani dengan benar. Produk alami, terutama tumbuhan, telah memainkan peran kunci dalam penemuan obat dalam berbagai budaya tradisional karena keragaman molekul bioaktif aktif yang luas. Karena kemampuannya dalam menghambat penyakit, senyawa ini sangat berguna sebagai obat alami yang lebih efektif, tidak toksik, dan memungkinkan untuk dilakukan pengembangan produk alami menjadi obat yang berkhasiat.
Ekstrak daun D. linearis (EDDL; 50, 250 dan 500 mg / kg) diberikan secara oral pada tikus selama 7 hari berturut-turut diikuti dengan pemberian oral PCM 3 g / kg untuk menginduksi kerusakan hati. Pengambilan darah dilakukan untuk analisis fungsi hati sedangkan hati diambil untuk pemeriksaan histopatologi dan penentuan aktivitas antioksidan endogen. Ekstrak juga menjalani evaluasi antioksidan dan penentuan fitokimia melalui skrining fitokimia, analisis High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dan ultra‐high performance liquid chromatography‐high resolution mass spectrometry (UPLC‐HRMS).
Diketahui secara luas bahwa PCM, pada dosis tinggi, menghasilkan efek toksik akut yang dapat menyebabkan kerusakan hati. Oleh karena itu diperlukan alternatif obat herbal untuk menggantikan PCM. Herbal tersebut adalah ekstrak kloroform dari daun D. linearis. Cara membuat ekstrak kloroform daun D. Linearis. Yaitu dengan cara mengeringkan daun D. linearis pada suhu kamar di dalam ruangan selama kurang lebih 14 hari. Daun kering kemudian digiling menggunakan penggiling listrik steril dan bubuk daun (1 kg) yang diperoleh direndam dalam kloroform [perbandingan 1:20 (b / v)] selama 72 jam pada suhu kamar. Campuran tersebut kemudian disaring secara berurutan menggunakan kapas diikuti oleh kertas saring (Whatman No.1).
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dan perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol ditentukan dengan menggunakan uji post hoc Dunnett. p <0,05 digunakan sebagai batas signifikansi. Ekstrak daun D. linearis (EDDL) memberikan aktivitas hepatoprotektif yang signifikan (p <0.05) pada 250 dan 500 mg / kg dan secara signifikan (p <0.05) membalikkan penurunan level antioksidan endogen hati tikus (katalase dan superoksida dismutase) yang diinduksi PCM. EDDL memiliki kapasitas antioksidan yang tinggi saat diukur menggunakan Metode Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC), tetapi nilai total kandungan fenolik yang rendah dan aktivitas pembersihan radikal seperti yang dikonfirmasi melalui beberapa uji pembersihan radikal, yang mungkin dikaitkan secara khusus dengan adanya triterpen. Skrining fitokimia menunjukkan adanya triterpen dan flavonoid, sedangkan analisis UPLC‐HRMS menunjukkan adanya polifenol yang tergolong dalam kelompok asam hidroksibenzoat, hidroksinamat dan flavonoid.
Pengaruh pretreatment EDDL pada serum hati AST dan level ALT tikus intoksikasi PCM Kadar serum dua enzim hati, yaitu ALT dan AST setelah pretreatment tikus yang diracuni PCM dengan EDDL, diilustrasikan pada Gambar. 3 a dan b. Kadar AST dan ALT secara signifikan (p <0,05) lebih tinggi pada tikus yang mengalami intoksikasi PCM (kelompok negatif) dibandingkan dengan kelompok yang tidak diobati (kelompok normal) yang menunjukkan terjadinya kerusakan hati. Di sisi lain, perlakuan awal tikus yang diracuni PCM dengan EDDL atau NAC secara signifikan (p <0,05) menurunkan kadar serum kedua enzim dibandingkan dengan kelompok negatif. Fitokonstituen yang larut dalam lemak D. linearis memiliki aktivitas patoprotektif, yang sebagian disebabkan oleh kapasitas antioksidannya yang tinggi dan juga oleh aksi sinergis dari fitokonstituennya, yaitu triterpen dan fla vonoid. Hal ini mendukung potensi penggunaan daun D. linearis sebagai penawar untuk pengobatan luka hati. Senyawa bioaktif EDDL yang larut dalam lemak menunjukkan efek hepatoprotektif terhadap intoksikasi PCM sebagian melalui modulasi sistem pertahanan antioksidan endogen, dan menggunakan kapasitas antioksidan yang tinggi. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi potensi petunjuk hepatoprotektif dari EDDL untuk pengembangan obat di masa depan.
Penulis: Lilis Sulistyorini
Link: Polyphenolics and triterpenes presence in chloroform extract of Dicranopteris linearis leaves attenuated paracetamol-induced liver intoxication in rat
https://bmccomplementmedtherapies.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12906-020-03200-2