Lymphadenopathy atau pembesaran kelenajr getah bening dapat memberikan gambaran morfologi yang jelas jinak atau jelas ganas, namun sebagian diantaranya dapat menunjukkan gambaran morfologi yang berada diantara jinak dan ganas, sehingga ini akan menyulitkan dalam hal diagnostik, bahkan menggunakan metode imunohistokimia standar maupun tes klonalitas. Diagnosis yang benar dalam lesi lymphoproliferative seperti ini sangat penting untuk menentukan tata laksana yang tepat bagi pasien.
Neoplasma ganas sel lymphoid pada kelenjar getah bening (lymphoma maligna), memiliki karakteristik berupa massa tumor yang invasive dan merusak arsitektur normal kelenajr getah bening dan seringkali tersusun oleh sel yang monomorfik, dengan sel neoplastik atypik. Sebaliknya kondisi hyperplasia reaktif pada kelenjar getah bening biasanya mengandung sel yang polimorfik dan menunjukkan atypia minimal.
Lymphoma maligna yang tersering adalah jenis Non Hogkin Lymphoma (NHL) sel B yang meliputi 90% NHL di seluruh dunia,. DLBCL, not otherwise specified (NOS) merupakan subtype NHL sel B yang paling sering, dengan karakteristik sel tumor yang tersusun oleh sel B ukuran besar, bentuk bulat-oval, tetapi terkadang irregular. Kromatin inti tersebar dan vesikuler dengan beberapa anak inti tampak nyata, seringkali melekat pada membran inti. Pada beberapa kasus, tampak sel dengan inti multilobated.
Faktor transkripsi forkhead box(FOX) merupakan protein yang diatur oleh PI3K/Akt. Forkhead box protein 1 (FOXP1), merupakan anggota dari keluarga forkhead transcriptional factor, terdapat pada beberapa tipe sel organ normal dan memiliki fungsi fisiologis. FOXP1 memiliki peran penting dalam regulasi perkembangan sel B dan diferensiasi monosit, serta berpartisipasi dalam morfodiferensiasi katup jantung dan perkembangan paru, stem cell biology dan respon imun.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa tingkat ekspresi meningkat pada tumor ganas seperti limfoma, yang mengindikasikan bahwa FOXP1 memiliki peran lain (Yu et al., 2017). FOXP1 didapatkan lebih terekspresi pada berbagai limfoma sel-B. Pada beberapa kasus ekspresi berlebih merupakan hasil dari translokasi ekspresi FOXP1 yang tidak teratur. FOXP1 memiliki semua tanda onkogen pada beberapa B-cell non Hodgkin lymphoma. FOXP1 terlihat pada berbagai bagian sel B, baik di luar maupun didalam germinal center, tetapi tidak tercat pada sel plasma pada jaringan limfoid reaktif.
Protein regulator p53 berkontribusi dalam patogenesis penyakit limfoproliferatif dan autoimun. Berdasarkan beberapa data, mekanisme umum berhubungan dengan gangguan apoptosis, secara spesifik, dengan perubahan pada aktivitas apoptosis protein regulator p53 dan protein yang berhubungan mendasari perkembangan penyakit limfoproliferatif dan autoimun. Protein p53 merupakan protein pokok proapoptotik.
Protein p53 melakukan transaktivasi target gen dalam respon terhadap berbagai sinyal stres. Protein dikode oleh gen tersebut kemudian mengontrol siklus sel, apoptosis, senescence, perbaikan DNA dan fungsi sel lain, sehingga menjaga integritas genome(Stefancikova et al.,2010). Oleh karena itu hilangnya aktivitas normal p53 berhubungan dengan limfomagenesis dan memediasi tumor resisten terhadap kemoterapi
Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan dan hubungan ekspresi FOXP1 dan p53 pada lesi limfoid reaktif (jinak) dan Non Hodgkin Lymphoma sel B, large cell type (ganas). Metode penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional , menggunakan sampel blok paraffin penderita lesi limfoid reaktif dan Non Hodgkin Lymphoma sel B, large cell type di Instalasi Patologi Anatomi RSUD Dr.Soetomo Surabaya tahun 2017-2018. Sampel dibagi dalam 34 sampel limfoid reaktif dan 34 sampel limfoma, kemudian dilakukan pulasan imunohistokimia dengan antibodi monoklonal FOXP1 dan p53. Hasil peneltian menunjukkan ekspresi FOXP1 pada Non Hodgkin Lymphoma sel B, large cell type lebih tinggi daripada pada lesi limfoid reaktif (p=0,001) dengan cut off point 45%(CI=95%). Ekspresi p53 pada Non Hodgkin Lymphoma sel B, large cell type lebih tinggi daripada ekspresi p53 pada lesi limfoid reaktif (p=0,001) dengan cut off point 7,5%. Analisis statistik menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara ekspresi FOXP1 dan p53 pada lesi limfoid reaktif dan Non Hodgkin Lymphoma sel B, large cell type (p=0,001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya ekspresi FOXP1 dan p53 pada pada Non Hodgkin Lymphoma sel B, large cell type menunjukkan peran FOXP1 dan p53 pada limfomagenesis dan dapat membantu membedakan lesi limfoproliferatif jinak dan ganas.
Penulis: Ita Ellyana, Nila Kurniasari
Judul Artikel: Ekspresi FOXP1 dan p53 pada Lesi Limfoid Reaktif dan Non Hodgkin Lymphoma Sel B, Large Cell Type
Link artikel: http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/13575