Perilaku herding diyakini banyak terjadi di pasar modal, namun riset-riset empiris di developed market ataupun emerging market tidak menemukan hasil yang konklusif. Ada peneliti yang menemukan fenomena perilaku herding di pasar modal, ada juga yang tidak menemukannya. Menyikapi hasil riset yang tidak konsisten, Cipriani dan Guarino (2005) mengatakan bahwa teori yang ada tidak menjelaskan secara lengkap tentang perilaku herding di pasar modal.
Dilandasi oleh inkonsistensi tersebut dan pemahaman tentang perilaku herding yang masih terbatas, artikel ini melakukan analisis bibliometrik dan telaah literatur sistematik. Analisis bibliometrik bermanfaat untuk mengetahui profil riset tentang perilaku herding di pasar modal, sedangkan telaah literatur sistematik berguna untuk mengetahui state of the art dari perilaku herding di pasar modal dan menjadi dasar untuk menggali peluang riset di masa mendatang.
Apakah Perilaku Herding itu?
Sebenarnya, fenomena herding telah diamati oleh Keynes (1936), bahkan sejak Veblen (1899) yang melihat adanya pola conspicuous consumption yang dilakukan oleh leisure people. Namun keduanya tidak menggunakan istilah “herding”. Perilaku herding mengemuka di dunia akademis sejak terbitnya artikel fenomenal Banerjee (1992) dan Bikhchandani et al. (1992).
Mendefinisikan perilaku herding ternyata tidak mudah. Setiap peneliti membuat definisi yang berbeda-beda sesuai dengan konteks penelitiannya. Benang merah yang dapat ditarik dari beberapa riset adalah bahwa perilaku herding merupakan fenomena yang terjadi ketika orang-orang mengikuti suatu crowd untuk periode waktu tertentu, dan kadang-kadang mengabaikan informasi privat yang dimilikinya. Beberapa contoh perilaku herding diberikan oleh Banerjee (1992), yaitu keputusan untuk membeli makanan di restoran seringkali dipengaruhi oleh banyaknya pengunjung, keputusan untuk memilih sekolah didasarkan pada seberapa populer sekolah tersebut. demikian pula dengan peneliti akademis yang acapkali memilih untuk mengambil topik yang sedang ‘hot’.
Dalam konteks pasar modal, perilaku herding adalah tindakan mengimitasi investor lain secara sadar/sengaja. Jika pada awalnya seorang investor memiliki keyakinan bahwa saham A akan meningkat nilainya dan berencana membelinya, namun ketika melihat banyak investor lain justru memilih untuk membeli saham B, maka investor tersebut mengubah keputusannya mengikuti kebanyakan investor dan membeli saham B. Perubahan keputusan ini bisa merupakan hasil dari meniru atau bisa juga karena ada informasi baru dan setiap investor mendapatkan hasil analisis yang seragam sehingga memutuskan untuk membeli saham yang sama.
Mengapa Berperilaku Herding?
Berdasarkan telaah literatur sistematik, kami mengelompokkan riset-riset tentang perilaku herding di pasar modal ke dalam 4 dimensi, yaitu:
- Pemicu perilaku herding (internal vs eksternal),
- Konteks riset perilaku herding (subjek perilaku herding dan jenis pasar modal),
- Kovariat perilaku herding (aspek kognitif pelaku dan karakteristik demografinya), dan
- Dampak perilaku herding terhadap harga saham, likuiditas, dan stock market crash.
Pertanyaan mengenai mengapa investor melakukan perilaku herding dijawab dengan dimensi 1 dan 3, bahwa perilaku herding bisa disebabkan oleh kondisi pasar yang penuh dengan ketidakpastian dan kesenjangan informasi antar investor. Ketika pasar sedang bullish/bearish, ditambah dengan adanya asimetri informasi antar investor, maka fenomena perilaku herding di pasar modal meningkat. Kebutuhan untuk mendapatkan kompensasi yang tinggi atau mempertahankan reputasi yang baik juga menjadi motivasi bagi manajer investasi untuk mengekor keputusan yang dilakukan oleh manajer investasi lainnya. Disamping aspek demografi (seperti usia, tingkat pendidikan dan pengalaman), bias kognitif (seperti penyesalan) dan emosi yang dialami oleh investor juga diduga memicu perilaku herding di pasar modal.
Peluang Riset ke Depan
Keunggulan melakukan analisis bibliometrik dan telaah literatur sistematik adalah mampu mendeteksi potensi riset yang bisa dilakukan oleh peneliti. Banyak hal yang masih bisa dieksplorasi oleh akademisi untuk memperkaya hasil temuan tentang perilaku herding di pasar modal, antara lain:
- Tinjauan kritis (critical review) tentang metoda pengukuran perilaku herding di pasar modal yang menggunakan data sekunder. Telaah kritis ini diperlukan untuk mendapatkan alat ukur yang terbaik dan relevan di pasar modal.
- Mengintegrasikan pemicu eksternal dan internal dari perilaku herding dalam sebuah model riset menjadi tantangan tersendiri bagi peneliti.
- Mengaitkan jenis pasar modal (yaitu developed, emerging, atau frontier market) dengan pola perilaku herding juga menarik untuk diteliti, misalnya: “Di frontier market apakah investor domestik mengekor investor asing, atau sebaliknya?”
- Memasukkan aspek emosi (misalnya penyesalan di masa lalu akibat kinerja investasi yang buruk), bias kognitif (misalnya disonansi kognitif yang dialami investor), dan aspek demografi (misalnya gender) dalam model pengujian perilaku herding di pasar modal.
Simpulan
Artikel ini menelaah 279 dokumen akademik yang terdiri dari 44 riset teoretis, 14 riset konseptual, dan 221 riset empiris. Hasil dari telaah literatur sistematik dan analisis bibliometrik dari 279 artikel memberikan wawasan mengenai struktur pengetahuan tentang perilaku herding di pasar modal, peneliti yang paling berpengaruh, jurnal-jurnal yang mempublikasikan riset tentang perilaku herding, perkembangan riset tentang perilaku herding, dan peluang riset di masa mendatang.
Penulis: Puput Tri Komalasari, SE., M.Si., MM.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://rd.springer.com/article/10.1007/s11301-021-00212-1
Komalasari, P.T., Asri, M., Purwanto, B. et al. Herding behaviour in the capital market: What do we know and what is next?. Manag Rev Q (2021). https://doi.org/10.1007/s11301-021-00212-1