UNAIR NEWS – Direktorat Pengembangan Karir, Inkubasi Kewirausahaan, dan Alumni (DPKKA) Universitas Airlangga (UNAIR) bersama start-up ‘KitaLulus’ telah bekerja sama dalam acara webinar bertajuk ‘Trik Sukses CPNS 2021’. Inti acara disampaikan oleh Salamah selaku ketua bidang CPNS dan PPPK KitaLulus. Acara ini diadakan secara online dan disiarkan secara langsung di akun Youtube DPKKA UNAIR pada Minggu (13/6/2021).
Salamah mengajak para audiens untuk membedah kisi-kisi tes CPNS. Ia menjelaskan bahwa Tes Intelegensi Umum (TIU) pada 2021 akan berupa soal-soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Di samping itu pada bagian lain (TWK dan TKP) juga akan menempati bagian yang paling sulit seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
“Menurut saya tahun 2021 (model soal, Red) TKP akan seperti tahun 2018 (tersulit). TWK akan menempati kesulitan seperti tahun 2019. Dan, TIU akan berupa soal-soal HOTS,” katanya.
Menurut Salamah, pada TIU terdapat aspek penilaian kemampuan verbal. Kemampuan yang dimaksud mencakup sinonim, antonim, analogi, silogisme, dan analitis. Umumnya soal-soal dengan tipe tersebut mengandung bahasa yang di luar pemikiran para peserta, alias jarang terpikirkan (out of the box). Bagian tersebut juga dibagi dalam dua bahasa tipe soal, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
“Berdasar analisis saya dari tahun 2012, bahasa Inggris yang digunakan umumnya pada kata sifat,” ujarnya.
“Sedangkan pada soal bahasa Indonesia umumnya menggunakan kata serapan atau kata yang kurang lazim terdengar oleh kita,” imbuhnya.
Pada bagian soal hitungan (aritmatika), Salamah mengingatkan untuk selalu melihat konversi satuan yang diminta dalam pilihan jawaban. Ia juga mengingatkan bahwa jumlah soal lebih banyak daripada waktu yang diberikan. Sehingga peserta dituntut untuk lebih melatih kemampuan berhitung, khususnya pada membaca arti soal dan konversi satuan.
Soal terkait perhitungan kecepatan dianggap bagian yang paling susah oleh sebagian besar peserta. Menurut Salamah, soal tersebut dianggap susah karena umumnya memakai dua konsep sekaligus. Soal dengan tipe tersebut biasanya harus menggunakan pemahaman fisika dan matematika untuk menyelesaikannya.
“Paling sering muncul, yaitu soal terkait berpapasan dan variasi soalnya selalu pada waktu, jarak, dan kecepatan benda tersebut,” ujar Salamah.
Soal Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) mencakup pengertian, implementasi, unsur-unsurnya, dan prinsip dari nasionalisme. Salamah menjelaskan bahwa pada soal TWK peserta dituntut untuk memahami segala hal terkait sistem tata negara dan cara-cara pengimplementasiannya di berbagai bidang kehidupan.
“Soal TWK semakin susah, karena tipe soalnya bukan lagi membahas bunyi pasal dan ayat (Undang-Undang). Namun, lebih ke bagaimana implementasi dari (suatu) pasal terhadap kehidupan ini,” tegasnya.
Salamah berpendapat jika seseorang belajar dengan mengumpulkan banyak buku/lainnya terkadang metode tersebut kurang terstruktur, karena materi yang didapat dinilai akan kurang tersistem. Namun jika dilakukan secara struktural dan runtut serta terprogram, proses belajar akan lebih berhasil. Kita juga akan mendapat feedback berupa analisis perkembangan belajar pada setiap bagian tesnya.
“Ada alur yang harus kita jalani. Sehingga tidak semerta-merta belajar secara acak, kita punya program, prosedural, dan jurnal belajar,” ujarnya.
Pada bagian soal Tes Karakteristik Pribadi (TKP) peserta dituntut untuk mengenal subjek, objek, sudut pandang cerita, dan cara eksekusi suatu perkara (soal). Salamah menjelaskan terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan, yakni pendekatan eliminasi, konflik, dan pernyataan. Ketiga pendekatan tersebut digunakan sesuai dengan soal dan pilihan jawabannya.
“Semakin banyak subjek dan kerumitan ceritanya, maka semakin sulit juga soal tersebut,” cetusnya.
Persaingan tentu akan semakin sengit, terutama untuk peserta yang sudah lulus dari tahun-tahun sebelumnya/non–fresh graduate. Sehingga di tengah acara Salamah berpesan kepada para fresh graduate untuk langsung memberikan semaksimal mungkin dalam tes yang dilakukan pada tahun percobaan pertamanya. Menurutnya, alasan perlu dilakukan semaksimal mungkin adalah untuk mengantisipasi perubahan regulasi yang kemungkinan terjadi pada tahun depan. Tentu regulasi/perubahan format tes akan mempengaruhi strategi persiapan yang telah dibuat.
“Kita tidak akan pernah tau dimanakah ujung jika kita belum sampai kesana, maka apapun hal terbaik yang bisa kamu lakukan. Lakukanlah,” pungkasnya. (*)
Penulis : Muhammad Ichwan Firmansyah
Editor : Feri Fenoria