UNAIR NEWS – Divisi Equine Care (EC) Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HMKH) UNAIR di Banyuwangi pada akhir minggu lalu kembali mengadakan Webinar Nasional dengan mengangkat tema “Caring for Horses in Term of Performance Suplements, Recovery and Horse Training”. Kegiatan tersebut merupakan salah satu program kerja unggulan kepengurusan Bramastra tahun ini.
Dalam kegiatan tersebut, hadir dua orang dokter hewan ahli kuda yaitu Dr. drh. Yuriadi, M.P. yang membahas Principles of Training Horses from Anatomical Perspective dan drh. Denny Sapto membahas Perfomance Suplement and Recovery of Horse.
Dr. drh. Yuriadi, M.P. di awal pemaparan materi menyampaikan bahwa meluasnya kalangan peminat olahraga berkuda akhir-akhir ini cukup menggembirakan, seiring dengan perkembangan olahraga berkuda di Indonesia pada dua dasawarsa ini telah dilaksanakan lomba olahraga ketangkasan berkuda (equestrian) di tingkat Nasional maupun Internasional.
Pacuan kuda di tingkat Nasional, sambungnya, diadakan secara rutin setiap bulan dan setiap tahun di Gelanggang Pacuan Kuda DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Kupang, Manado, Medan, Padang. Mulai tahun 2016 ini, lomba pacuan kuda masuk di cabang Pekan Olahraga Nasional (PON). Dewasa ini kuda sebagai sarana olahraga yang mengarah ke sport science, sport industry, dan sport tourism.
“Tujuan equine medicine training from anatomical perspective ini dimaksudkan untuk memotivasi para dokter hewan di Indonesia dalam praktik kesehatan kuda. Dengan demikian dapat disajikan metode pemeriksaan kesehatan pada kuda serta manfaatnya dapat digunakan untuk membantu diagnosa klinik pada kuda,” paparnya.
Pasien kuda yang akan diperiksa, lanjutnya, dilakukan identifikasi terlebih dahulu, kemudian dilakukan anamnesis dan dilanjutkan dilakukan pemeriksaan status praesens dengan inspeksi.
“Pemeriksaan khusus pada kuda meliputi selaput lendir yaitu konjungtiva mata, ginggiva, lidah, dan cavum oris kemudian sistem limfoglandula superficial yaitu lgl. mandibular, lgl. parotid, lgl. retropharingeal, lgl. suprascapularis, lgl. scapularis, lgl. prefemoralis, lgl. Poplitea,” terangnya.
Pemeriksaan sistem peredaran darah secara inspeksi dapat dilakukan dengan cara melihat adanya perubahan-perubahan pada beberapa regio, misalnya adanya oedema pada submandibularis, sternalis, inguinalis, dan pada beberapa persendian/artikulasio. Pemeriksaan, terangnya, dapat dilakukan auskultasi pada daerah jantung, yaitu pada daerah 1/3 bagian bawah paru-paru antara garis atas 1/3 bagian paru-paru bagian bawah dan olecranon.
“Pada sistem pencernaan, secara inspeksi, hasil pemeriksaan dapat dilihat adanya perubahan pada mulut, terlihat kuda kesulitan mengambil pakan, kesulitan mengunyah/ mengunyah dengan lambat, dari mulut keluar leleran serous, leleran berwarna hijau, setelah mengunyah bahan pakan ditumpahkan dan terlihat di lantai kandang, kulit di sekitar anus dan ekor kotor oleh tinja yang encer,” jelas drh. Yuriadi.
Dalam keadaan abnormal, tandasnya, auskultasi pada dinding abdomen legok lapar sebelah kanan dapat berupa peristaltik usus meningkat dan/atau menurun, bahkan tidak terdengar. Contoh usus mengalami kelumpuhan atau kelelahan.
Pemeriksaan lain meliputi sistem saraf, sistem urogenital dan sistem lokomotor.
“Sebagai hewan yang aktif bergerak, lokomosi kuda berupa kaki harus selalu diperhatikan. Secara inspeksi, lokomosi kuda dapat dilihat adanya perubahan pada alat gerak melalui cara berdiri, cara berjalan, dicoba kuda belok kanan-kiri,” tandasnya.
Kepincangan akibat pembengkakan pada otot alat gerak, contohnya kuda mengalami tendonitis, pembengkakan pada axilla baik depan maupun belakang, sehingga kuda berjalan dengan kaki diabduksikan.
“Pembengkakan pada otot pendukung humeralis, radialis, femoralis, tibialis, fetlock joint dari keempat kaki menjadi perhatian dokter hewan dalam training kesehatan kuda dari perspektif anatomi,” pungkasnya. (*)
Penulis : Muhammad Suryadiningrat
Editor : Nuri Hermawan