Peran Studi Kejuruan dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Untuk memberikan pemahaman Peran Studi Kejuruan Dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Yang dilaksanakan pada Kamis (10/6/2021) dan dihadiri sebanyak 300 mahasiswa dari Universitas Airlangga dan Universiti Teknikal Malaysia Melaka. Wakil Dekan I Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Dr Tika Widiastuti, S.E., M. Si. Membuka acara dengan memberikan sambutan singkat dan ucapan terima kasih sekaligus harapan supaya ke depannya lebih baik untuk mahasiswa Vokasi UNAIR dan UTeM.

Dr Tika Widiastuti, S.E., M. Si. selaku pemateri pertama memberikan materi mengenai peran studi vokasi di era tujuan pembangunan berkelanjutan. Pendidikan Vokasi adalah sistem Pendidikan Tinggi yang mendukung penguasaan keterampilan terapan tertentu.

“Mahasiswa Vokasi sekitar 60 persen program pembelajaran adalah pengalaman praktis di dunia industri, sementara 40 persen menguasai teori yang berlaku” ujarnya.

Pendidikan vokasi berbeda dengan pendidikan sarjana dari program akademik. Mahasiswa studi kejuruan (vokasi) diberikan teori dasar serta pengalaman praktis. Dan Fakultas Vokasi mempunyai Dosen Pendidik yang kompeten serta Sertifikasi Profesi Profesional.

“Di harapkan Mahasiswa Fakultas Vokasi menguasai teori dan kompeten di bidang keahliannya masing-masing,” ujar Dr Tika.

Dr Tika menyampaikan bahwa Pendidikan kejuruan meningkatkan kesadaran pelaku bisnis dan industri, untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar, terhadap pengembangan industri. Oleh karena itu, pendidikan Vokasi harus dikembangkan untuk mengisi lapangan kerja di industri.

“Tujuan pengembangan pendidikan Vokasi sebagai penyerapan lulusan pendidikan Vokasi di banyak industri strategis, dengan profil lulusan yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi, ” ujarnya.

Pembangunan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Untuk itu, Pendidikan Vokasi memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dunia industri.

“Di Indonesia. Kemendikbud merancang program Link and Match. Yang bertujuan untuk meningkatkan relevansi Pendidikan Vokasi dengan kebutuhan dunia kerja.” ujarnya. 

Selaku Pemateri Kedua Dr. Anidah Binti Robani. Koordinator penelitian Institut Manajemen Teknologi dan Kewirausahaan, Universiti Teknikal Malaysia Melaka. Memberikan materi mengenai, Pendidikan Tinggi dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di tengah Tantangan Pandemi covid-19. 

Ini adalah konsep yang berkembang namun sangat jelas bahwa tujuan mencapai keberlanjutan bersifat sosial-politik dan tidak dapat dicapai hanya dengan teknologi. Sangat mudah dalam arti tetapi sulit untuk dicapai, sangat sulit dipahami.

“Secara umum pembangunan berkelanjutan merupakan pengembangan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup tanpa merusak lingkungan dan sumber daya untuk generasi sekarang dan mendatang.” Ujar Dr Anidah

Ibu Anidah memaparkan bahwa agenda SDGs 2030 adalah rencana paling transformatif dan ambisius yang pernah dibuat oleh komunitas global, dengan 17 tujuan, 169 target, dan 232 indikator yang menyeimbangkan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan.

“mulai dari keberlanjutan pedesaan ke perkotaan hingga konservasi dan pengelolaan cagar alam, membangun kembali ekonomi desa melalui ekowisata berbasis masyarakat, sumber daya hayati lokal untuk ekonomi masyarakat.” ujarnya. 

Di luar dampak paling langsung terhadap kemiskinan (SDGs 1), ketahanan pangan (SDGs 2), kesehatan (SDGs 3), ekonomi SDGs 8, dan multilateralisme (SDGs 17). covid-19 juga memiliki banyak dampak SDGs lainnya seperti SDGs 10 (Mengurangi Ketimpangan).

 “Negara dan kelompok populasi yang rentan (termasuk orang tua, orang dengan prakondisi, tunawisma, pekerja berketerampilan rendah dan pengungsi) tidak secara proporsional dipengaruhi oleh konsekuensi jangka pendek dan menengah, dari krisis covid-19 (Perserikatan Bangsa-Bangsa, 2020). Hal ini diharapkan dapat mengakibatkan ketimpangan, yang menghambat kemajuan pencapaian SDGs 10 (Pengurangan Ketimpangan).” ujarnya (*)

Penulis: Moch Rachman Halim

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp