Validitas Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin sebagai Biomarker Acute Kidney Injury pada Pasien Anak dengan Sepsis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by Alodokter

Sepsis adalah sindrom respon disregulasi terhadap infeksi di dalam tubuh, seringkali  menyebabkan kematian dari sebagian besar penyakit di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan Acute Kidney Injury (AKI) yang terkait dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas dibandingkan dengan AKI non-septik pada orang dewasa, dan biasanya terjadi dalam 24 jam setelah masuk ke ICU. Dalam praktik klinis modern, AKI biasanya didiagnosis dengan mengukur kreatinin serum. Namun, konsentrasi kreatinin serum mungkin tidak berubah sampai fungsi ginjal menurun 50% dalam beberapa hari. Oleh karena itu, diperlukan biomarker yang mampu mendeteksi secara dini. Oleh karena itu, biomarker yang paling banyak dipelajari dan menjanjikan pada gangguan ginjal akut pediatrik adalah Neutrofil Gelatinase Associated Lipocalin (NGAL).

Penelitian ini merupakan penelitian observasional prospektif yang mengambil data dari pasien anak di ruang resusitasi dari bulan oktober hingga desember 2019. Terdapat 41 pasien anak yang memenuhi kriteria. Kriteria berikut ditetapkan untuk peserta yang terdaftar dalam penelitian; pasien anak berusia di atas 3 bulan – 18 tahun, dengan dugaan diagnosis sepsis. Sedangkan syok sepsis dinilai menurut kriteria skor PELOD-2 oleh Consensus on Sepsis Management in Pediatrics. Setiap wali pasien diberikan informasi untuk persetujuan dan terdaftar sebagai subjek setelah menyetujui. Kriteria eksklusi meliputi; 1) pasien dengan penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya, 2) pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya, 3) pasien dengan keganasan, riwayat keracunan, infeksi, 4) didiagnosis sepsis di rumah sakit sebelumnya. 4) Skor PELOD-2 < 7.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41 pasien anak dengan sepsis yang dirawat dini di ruang resusitasi, 11 pasien meninggal dalam waktu kurang dari 24 jam. Oleh karena itu, sisa 30 pasien yang memenuhi kriteria dijadikan sampel. Selanjutnya, kejadian AKI di antara pasien yang tersisa ini adalah 56,7%. Untuk pengelompokan tersebut, 13 pasien berada pada kelompok I (non-AKI) sedangkan sisanya 17 pasien pada kelompok II (AKI grade 1-3). Data disajikan dalam bentuk mean, median, range, frekuensi, dan persentase. Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan dalam data demografi antara kedua kelompok. Ada PICU unit perawatan intensif anak dan LOS lama tinggal. Mayoritas pasien yang dirawat dalam penelitian ini memenuhi kriteria penurunan klirens kreatinin dengan nilai p yang signifikan (p<0,001). Selanjutnya, terjadi penurunan kriteria klirens kreatinin pada pasien yang memenuhi kedua kriteria tersebut. Penelitian ini lebih lanjut menunjukkan bahwa ada keluaran urin yang normal pada beberapa pasien gagal ginjal yang rutin dialisis.

Nilai NGAL urin yang paling signifikan pada perbandingan pasien non AKI dan AKI grade 1-3 adalah pada jam ke-0. Grafik perbandingan nilai median antara pasien non-AKI dan AKI menunjukkan bahwa nilai median NGAL antara pasien dengan dan tanpa AKI berbeda, meskipun tidak signifikan secara statistik. Selanjutnya, kurva Receiver Operator Character (ROC) untuk menentukan Area Under Curve (AUC) untuk NGAL pada jam ke-0 sebagai prediktor AKI pada setiap grade AKI, untuk menentukan AUC dan menilai signifikansinya, Nilai-p signifikan untuk memprediksi nilai AKI 1, 2, dan 3 (p=0,047); nilai 2 dan 3 (p=0,028); dan kelas 3 saja (p=0,017). Pada uji diagnostik jam ke-0, cut-off point pada 2119 dan 2603 ng/ml untuk AKI grade 1, 2, dan 3 dengan CI 95% diperoleh sensitivitas 58,8 – 64,7% dan spesifisitas 61,5%. Namun, grafik lain menunjukkan bahwa spesifisitas 61,5% memiliki sensitivitas yang bervariasi dari 52,9 – 82,4%. Oleh karena itu, cut-off point yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang memiliki sensitivitas tertinggi yaitu 1242 ng/ml.

Hasil uji diagnostik menunjukkan nilai prediksi positif sebesar 72,2%, nilai prediksi negatif sebesar 66,7%, dan risiko relatif sebesar 2,2. Artinya pasien dengan NGAL urin 1242 ng/ml memiliki risiko mengalami AKI grade 1, 2, dan 3 sebesar 2,2 kali lebih tinggi dibandingkan pasien dengan nilai NGAL urin <1242 ng/ml. Selain itu, tes diagnostik NGAL urin pada jam ke-0 memiliki titik batas pada 3361 ng/ml untuk kejadian AKI grade 2 dan 3 dengan 95% CI mencapai sensitivitas 80% dan spesifisitas 72%. Selanjutnya, cut-off point 3834 ng/ml diperoleh dalam memprediksi kejadian AKI grade 3 (95% CI, sensitivitas 100% dan spesifisitas 88,9%).

Secara keseluruhan, NGAL urin pada jam ke-0 dengan cut-off 1242 ng/ml adalah prediktor yang valid untuk AKI grade 1, 2, dan 3 pada pasien sepsis pediatrik dalam waktu 48-72 jam berdasarkan kriteria KDIGO. Namun, titik potongnya lebih tinggi karena NGAL juga diproduksi oleh organ selain ginjal.

Penulis: Dr. Arie Utariani, dr., SpAn., KAP

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://criticalcareshock.org/2021/04/the-validity-of-urinary-neutrophil-gelatinase-associated-lipocalin-ngal-as-a-biomarker-of-acute-kidney-injury-in-pediatric-patients-with-sepsis/

Budi NS, Utariani A, Hanindito E, Semedi BP, Asmaningsih N. The validity of urinary neutrophil gelatinase-associated lipocalin (Ngal) as a biomarker of acute kidney injury in pediatric patients with sepsis. Crit Care Shock. 2021;24(2):93–103.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp