Renal Angina Index sebagai Prediktor Acute Kidney Injury pada Pasien Sepsis Pediatri di Daerah Terpencil

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by Hello Sehat

Salah satu komorbiditas sepsis berat yang paling umum dalam studi global adalah cedera ginjal akut berat (AKI). Berdasarkan studi SPROUT yang melibatkan 128 unit perawatan intensif pediatrik (PICU) di 26 negara, AKI dilaporkan terjadi pada sekitar 20% pasien anak yang mengalami sepsis berat (569 pasien) dan secara independen berkorelasi dengan hasil yang buruk. Pengenalan cepat AKI terhambat oleh penanda fungsional klasik seperti kreatinin serum dan keluaran urin, di mana kelainan keduanya merupakan tanda akhir dari cedera. Tingkat keparahan AKI ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr) dan stratifikasi AKI berdasarkan output urin (UOP) berkorelasi dengan mortalitas. Keterbatasan SCr untuk diagnosis AKI yang akurat dan real-time telah mencegah intervensi terapeutik yang cepat. Mengidentifikasi pasien yang berisiko AKI parah dan berkepanjangan di PICU, sangat penting karena stratifikasi risiko memungkinkan penilaian AKI untuk mendorong intervensi terapeutik yang cepat, meningkatkan kinerja prediktif dan efektivitas biaya. Oleh karena itu, dibuatlah indeks untuk memprediksi terjadinya cedera ginjal akut, yang disebut Renal angina index (RAI).

RAI dibuat untuk stratifikasi risiko pasien mengalami AKI dan tanda-tanda awal gangguan ginjal. Nilai RAI 8 dilaporkan mampu memprediksi terjadinya AKI berat pada hari ketiga lebih baik daripada evaluasi KDIGO. Studi lain juga menemukan bahwa sensitivitas RAI lebih unggul dibandingkan dengan biomarker serum seperti NGAL, MMP-8, dan Ela-2. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari RAI sesuai setting yang dapat digunakan di rumah sakit daerah terpencil di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional prospektif, data diolah secara analitik, dan dilakukan uji asosiasi. Kami mengevaluasi setiap pasien anak yang dirawat di ruang resusitasi RSU Dr. Soetomo dari Oktober hingga Desember 2019. Kriteria inklusi meliputi: 1) usia tiga bulan – 18 tahun, 2) skor PELOD-2 lebih dari tujuh menurut Konsensus Penatalaksanaan Sepsis di Pediatri, 3) tidak ada riwayat penyakit ginjal. Pasien menerima protokol standar untuk manajemen sepsis pediatrik. Dokumentasi termasuk: 72 jam keseimbangan cairan, obat inotropik dan vasopresor, penggunaan ventilator, dan nilai laboratorium selama masa tindak lanjut. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1) riwayat penyakit jantung sebelumnya, 2) keganasan.

Dari 30 pasien anak dengan sepsis di RSUP Dr. Soetomo yang dirawat pada penelitian ini, kejadian AKI berat adalah 16,7%. Demografi pasien, penilaian awal, karakteristik terapi, dan hasil disajikan pada Tabel 1. Ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam pemberian diuretik antara pasien dengan AKI ringan dan berat (p=0,023). Perbandingan diagnosis AKI berdasarkan kriteria KDIGO menunjukkan hasil yang signifikan pada penurunan kriteria klirens kreatinin (p<0,001). Bahkan pada pasien yang memenuhi kedua kriteria tersebut, penurunan kriteria klirens kreatinin juga mendominasi. Dalam hal tahap risiko AKI, semua pasien dirawat di ICU dan mayoritas menggunakan vetilasi mekanik, tetapi tidak satupun dari mereka menjalani transplantasi. Sedangkan pada cedera tranche AKI, pasien yang memenuhi kedua kriteria tersebut mendominasi dibandingkan pasien dengan kriteria penurunan klirens kreatinin dan hanya kriteria fluid overload.

Penelitian ini melakukan kurva Receiver Operator Character (ROC) untuk menentukan Area Under Curve (AUC) untuk RAI dengan nilai cut-off 8 sebagai prediktor AKI pada pasien sepsis anak. Analisis diperoleh nilai p yang signifikan untuk AKI grade 1, 2, dan 3 (p=0,008), serta AKI grade 2 dan 3 (p=0,004). AUC untuk memprediksi AKI grade 2-3 lebih tinggi dari AKI grade 1-3. Sementara itu, ternyata RAI sebagai prediktor AKI grade 3 tidak memiliki nilai p yang signifikan. Analisis logistik biner dilakukan untuk mengetahui kemampuan RAI dengan cutoff 8 sebagai prediktor AKI. RAI dengan cut-off 8 secara signifikan dapat memprediksi AKI berat dengan OR 1.179. Penelitian ini juga melakukan kurva ROC untuk menentukan AUC untuk KDIGO sebagai prediktor AKI pada pasien sepsis anak, tetapi hasilnya tidak signifikan secara statistik (>0,05). Selanjutnya, penelitian ini menemukan bahwa RAI dengan nilai cut-off 8 memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 68% untuk memprediksi AKI berat pada pasien sepsis pediatrik.

Dalam studi observasional prospektif ini, kami menemukan bahwa penggunaan indeks angina ginjal (RAI) sebagai prediktor terjadinya AKI berat pada pasien sepsis anak dapat diandalkan dibandingkan dengan menggunakan peningkatan kreatinin serum berdasarkan kriteria KDIGO.

Penulis: Dr. Arie Utariani, dr., SpAn., KAP

Informasi Detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Budi NS, Semedi BP, Utariani A, Asmaningsih N. Renal angina index in pediatric septic patients as a predictor of acute kidney injury in remote area. Crit Care Shock. 2020;23(4):176–84.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp