Penentuan Harga Jual Jasa Tour dengan Metode Activity-Cost Plus Pricing: Lebih Akurat Kah?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Airlangga Travel

Tahun 2017 menjadi salah satu tahun yang membanggakan bagi bangsa Indoensia menurut situs idntimes.com Indonesia meraih 9 prestasi membanggakan sepanjang tahun 2017. September 2017 melalui ajang UNWTO (United Nations World Tourism Organization) yang dihelat di Tiongkok, Indonesia menyisihkan 63 negara melalui video Wonderful Indonesia yang menampilkan indahnya pariwisata Yogyakarta, Bali, Lombok, Jakarta, Toraja, Raja Ampat serta Wakatobi. Hal tersebut menunjukkan Indonesia memang memiliki potensi yang sangat besar di bidang pariwisata. Oleh karena semakin meningkatnya perkembangan pariwisata di Indonesia maka berdampak pula terhadap ekonomi bisnis di Indonesia, salah satunya yaitu munculnya perusahaan-perusahaan jasa khususnya di bidang jasa biro pariwisata. Berbagai penawaran yang ditawarkan oleh biro jasa travel dibuat dengan harga yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan travel lain, tentunya dengan fokus spesialisasi dan pelayanan yang memuaskan.

Penetapan harga menjadi sangat penting dalam merancang sebuah perjalanan wisata agar dapat memaksimalkan laba tanpa harus mengurangi kualitas dari pelayanan tersebut. Sebelum menentukan tarif suatu pelayanan jasa, dibutuhkan harga pokok dari pelayanan tersebut terlebih dahulu. Dalam sistem kos dikenal beberapa metode penetapan harga jual yakni Cost Plus Pricing Method dan Mark-Up Pricing Method. Strategi dalam efisiensi formulasi biaya produksi dan penentuan harga yang tepat sangat dibutuhkan dalam permasalahan yang dihadapi. Apabila harga pokok ditetapkan terlalu tinggi maka dapat menyebabkan kos produksi yang tidak terkendali sehingga menurunkan daya saing produk sejenis lainnya.

Meski banyak perusahaan lebih memilih untuk menggunakan metode konvensional dalam menentukan sebuah kos produk karena kemudahannya, sebenarnya terdapat pendekatan lain untuk menghitung unsur-unsur kos yang ada dalam kos produksi, yakni pendekatan atau metode activity-based costing (ABC). ABC merupakan pendektan penentuan biaya produk yang membebankan ke produk barang maupun jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena adanya aktivitas. Dengan menggunakan metode survey, Pavlatos dan Paggios di penelitiannya tahun 2009 menemukan bahwa sistem ABC dianggap sebagai sistem costing yang menghasilkan hasil yang memuaskan. Perusahaan jasa seperti hotel dan restoran yang telah menerapkan ABC merasakan manfaat dalam hal keputusan penentuan harga dan analisis profitabilitas pelanggan.

Untuk perusahaan jasa travel sendiri, dilihat dari segi empiris, masih sedikit penelitian yang memfokuskan bagaimana penerapan ABC di lingkup bisnis tersebut. Banyak peneliti lebih memilih menggunakan subyek perusahaan lain seperti perusahaan manufaktur, layanan kesehatan seperti rumah sakit, restoran, dan perpustakaan (Siguenza-Guzman dkk., 2014).

PT Airlangga Global Traveling merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang jasa travel. Selama ini pihak perusahaan hanya menggunakan sistem biaya sederhana yang penentuan harga kos jasa tidak mencerminkan aktivitas yang spesifik seperti kategori biaya yang bersifat tidak langsung dan fixed. Hal tersebut mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan harga jual jasa dan kelangsungan perusahaan. Untuk itu, PT Airlangga harus membuat perhitungan harga jual dengan menerapkan metode penetapan harga untuk memutuskan penetapan harga jual jasa yang ditawarkan kepada konsumen agar konsumen tertarik menggunakan layanan jasa travel ini.

Oleh karenanya, berdasarkan hal tersebut, Prastiti, Narsa, dan Narsa (2021) memilih PT Airlangga Global Traveling sebagai subyek penelitian dimana akan dilakukan analisis alokasi perhitungan harga kos jasa, menerapkan metode  activitycost plus pricing dalam menetapkan harga jual di PT Airlangga Global Traveling. Pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif komparatif digunakan pada penelitian tersebut. Hal ini dilakukan karena pelaksanaan penelitian ini di dalamnya meliputi analisis interpretasi dan komparasi mengenai data yang diperoleh. Hasil analisis menunjukkan bahwa penghitungan harga jual dari PT Airlangga Global Traveling yang diterapkan saat ini terlalu tinggi dibandingkan jika menggunakan metode activity-cost plus pricing. Berdasarkan hasil perhitungan harga jual jasa paket tour wisata, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses perhitungan harga jual jasa tour wisata yang telah dilukan peneliti dengan menggunakan activity cost plus pricing telah diterapkan dengan hati-hati, tidak serampangan dan melalui beberapa tahap. Hasil formulasi harga jual paket jasa tour wisata dengan menggunakan activity cost plus pricing apabila dibandingkan dengan  yang digunakan oleh perusahaan saat ini menunjukan bahwa paket explore Bali, Bandung, Lombok dan Yogyakarta menghasilkan harga jual yang lebih rendah.

Harga jual merupakan hal yang penting bagi pelaku bisnis, begitulah pula halnya pada PT Airlangga Global Traveling. Perbaikan metode dalam menentukan harga jual produk jasa paket tour wisata sebaiknya mulai dipertimbangkan oleh manajemen agar dapat memberikan harga jual yang tetap dapat bersaiang dengan perusahaan lainnya tanpa mengurangi kualitas pelayanan kepada pelanggan. Maka dari itu berdasarkan penelitian yang telah dibahas oleh peneliti diatas, saran yang ingin disampaikan adalah perusahaan sebaiknya menggunakan metode activity cost plus pricing dalam memformulasikan harga jual paket jasa tour. Alasannya ialah dengan metode ini mampu memberikan alokasi kos tidak langsung yang akurat berdasarkan aktivitas yang ada di perusahaan.

Penulis: Niluh Putu D. R. H. Narsa

Link Jurnal: THE FORMULATION OF TOUR SERVICE PRICE WITH ACTIVITY-COST PLUS PRICING METHOD (CASE STUDY

AT PT. AIRLANGGA GLOBAL TRAVELING) (dapat diakses di  https://e-journal3.unair.ac.id/index.php/jraba/article/view/70)  

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp