Manajemen Perioperatif Pasien dengan Mola Hidatidosa dan Hipertiroidisme

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by Kuliah Kedokteran

Kehamilan mola adalah salah satu penyebab sekunder hipertiroidisme. Tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) merangsang kelenjar tiroid dengan menekan pelepasan hormon perangsang tiroid hipofisis (TSH). Produksi trofoblas hCG tidak dihambat oleh peningkatan kadar hormon tiroid Hipertiroidisme gestasional berkembang sebagai akibat dari stimulasi -hCGplasenta. Pada sekitar 5% kasus mola hidatidosa, terdapat hipertiroidisme klinis, dan tirotoksikosis berat dapat terjadi. Aspek terpenting dari manajemen perioperatif hipertiroidisme adalah pencegahan krisis tiroid. Reseksi bedah atau kuretase pada mola hidatidosa, dapat meresolusi gejala hipertiroid dengan cepat

kami melaporkan kasus seorang wanita 36 tahun yang diduga hamil dua bulan lalu disertai perdarahan pervaginam. Dia didiagnosis dengan dugaan tirotoksikosis tanpa tanda-tanda krisis tiroid terkait dengan mola hidatidosa.

Seorang wanita 36 tahun, datang ke RS dr Soetomo, dikonsultasikan oleh Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi dengan kecurigaan hipertiroidisme direncanakan untuk mengevakuasi mola hidatidosa dengan anestesi umum, dengan perdarahan pervaginam berupa bercak coklat kemerahan dan nyeri perut bagian bawah selama 3 minggu lalu. Ia juga mengeluhkan tremor istirahat pada kedua tangan, badan terasa lemas, dan demam selama 2 bulan

Berdasarkan pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran baik, dan tanda vital normal.

Pada pemeriksaan ekstremitas, tremor terjadi bila posisi kedua tangan lurus ke depan dan tidak ada edema. Dari skor indeks tirotoksikosis Wayne diperoleh 3 poin (tidak mendukung hipertiroidisme). Dari kriteria Burch dan Wartofsky, kehamilan mola sebagai faktor presipitasi krisis tiroid memiliki 10 poin, dan tidak ada penambahan lain yang memenuhi kriteria, sehingga total skor kriteria Burch dan Wartofsky adalah 10 poin. pemeriksaan fungsi tiroid menunjukakan hasil :  TSH  (0.009  μIU/mL),  peningkatan  FT4 (2.74  ng/dL),  (triiodothyronine)  T3  (2.16  ng/dL),  dan  β  hCG (814,121 mIU/mL).

Penatalaksanaan utama mola hidatidosa dievakuasi dengan kuretase suction yang dilakukan di bawah bimbingan USG untuk menghindari perforasi uterus. Dalam hal ini, pasien menerima propiltiourasil 100 mg setiap 12 jam, propranolol 10 mg setiap 12 jam dan direncanakan kuretase suction dengan anestesi umum. Hipertiroidisme trofoblas dapat berkembang menjadi komplikasi perioperatif yang parah seperti badai tiroid. Penatalaksanaan perioperatif dan optimalisasi kondisi hipertiroidisme sebelum evakuasi molar dapat menurunkan morbiditas perioperatif. Penatalaksanaan perioperatif hipertiroidisme berfokus pada pengendalian aktivitas simpatis sehingga tidak terjadi efek samping kardiovaskular. Dalam evaluasi pra operasi, pasien harus dirawat di unit perawatan intensif sebelum operasi.

Pasien dapat dipersiapkan untuk pembedahan dengan propiltiourasil oral (50-100 mg empat kali sehari), propranolol (20 mg tiga kali sehari), glukokortikoid intravena, dan natrium iodida. Beberapa mungkin tidak memerlukan perawatan apa pun jika hipertiroidisme tidak menunjukkan gejala.

Setelah 48 jam masuk tanpa keluhan khusus, kondisi pasien baik, nafsu makan baik, dan dapat keluar dari rumah sakit. Empat minggu setelah kuretase, pasien tidak ada keluhan, tanda vital baik, fungsi tiroid normal, dan kadar -hCG normal. Kesimpulan pemeriksaan patologi anatomi adalah mola hidatidosa tanpa tanda keganasan.

Sebagai ringkasan, Kami melaporkan kasus hipertiroidisme pada wanita hamil berusia 36 tahun dengan kehamilan kedua. Didapatkan gejala hipertiroid seperti tremor saat istirahat, badan terasa lemas, dan demam. Tes laboratorium menunjukkan peningkatan beta hCG dan FT4 dan penurunan TSH. Pasien diberikan pengobatan antitiroid dan evakuasi molar dengan kuretase suction. Penatalaksanaan perioperatif hipertiroidisme berfokus pada pengendalian aktivitas simpatis sehingga tidak terjadi efek samping kardiovaskular. Fungsi tiroid telah membaik setelah evakuasi dan tidak ada tanda-tanda keganasan dari pemeriksaan patologi anatomi.

Penulis : Arvi Dian Prasetia Nurwidda, Jongky Hendro Prayitno

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://annalsofrscb.ro/index.php/journal/article/view/3968

Perioperative Management of Patient with Hydatidiform Mole and Hyperthyroidism: A Case Report

Annals of R.S.C.B., ISSN:1583-6258, Vol. 25, Issue 4, 2021, Pages. 11496-1150

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp