Hubungan Konsentrasi Kepemilikan Keluarga dan Tata Kelola Terhadap Kebijakan Cash Holdings

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by Forbes

Kebijakan cash holdings memegang peran penting dalam pengelolaan keuangan dan pertumbuhan operasi perusahaan. Cash holdings dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain untuk keperluan rutinitas perusahaan, menjaga tingkat credit rating perusahaan, melakukan investasi atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan di masa depan. Kas bisa menjadi berkah atau kutukan bagi perusahaan. Penelitian yang dilakukan Im tahun 2017 menemukan perusahaan dengan cash holdings yang tinggi akan menghadapi ketidakpastian yang juga tinggi dan meningkatkan cash holdings berarti meningkatkan resiko munculnya agency problems.

Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci untuk meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, pemegang saham, dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja

Cash holdings erat kaitannya dengan corporate governance. Hasil dari penelitian Kusnadi tahun 2011 menemukan perusahaan dengan tata kelola yang kurang efektif menunjukan kecenderungan untuk memiliki cash holdings yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tata kelola efektif. Cash holdings yang tinggi akan berimplikasi pada timbulnya agency conflict sehingga menurunkan nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki tata kelola baik akan membuat cash holdings lebih rendah pada akhir periode. Hal ini dikarenakan kas yang dimiliki lebih digunakan untuk investasi daripada diakumulasi hingga akhir tahun (Dittmar dan Mahrt-Smith, 2007).

Perusahaan keluarga merupakan salah satu fenomena yang lazim dijumpai di negara berkembang seperti Indonesia (Muttakin et al., 2015). Penelitian yang dilakukan Classens et al., (2000) menemukan bahwa pada tahun 1996 kapitalisasi pasar saham oleh keluarga di Indonesia mencapai 57,7%. Dikutip dari Indonesia Brand Forum, perusahaan keluarga juga memiliki kontribusi yang sangat strategis terhadap perekonomian Indonesia. Sebesar 95% perusahaan di Indonesia dimiliki oleh keluarga dengan omset sekitar US$ 5-10 juta dengan total kekayaan mencapai US$ 134 miliar atau sekitar 25% dari produk domestik bruto Indonesia (PWC, 2015; PWC 2014). Penelitian ini menemukan bahwa jumlah cash holdings mengalami peningkatan dengan adanya kepemilikan saham keluarga pada perusahaan. Perusahaan yang dikuasai keluarga dapat lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan publik pada umumnya karena agency conflict yang rendah dan kepemilikan terpusat memungkinkannya memiliki monitoring yang kuat sehingga bisa mencegah aktifitas tunneling yaitu mentransfer aset dan keuntungan keluar dari perusahaan untuk kepentingan pemegang saham mayoritas.

Rhezendy Pranadita dan Iman Harymawan telah menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan keluarga dan tata kelola terhadap kebijakan cash holdings. Penelitian ini menggunakan sampel dari 1.023 perusahaan non keuangan dari tahun 2014-2016 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa perusahaan keluarga memiliki cash holdings lebih tinggi. Perusahaan keluarga memiliki keunikan dibanding dengan bentuk kepemilikan lainnya salah satunya pada cash holdings. Keberadaan cash holdings yang tinggi digunakan pemegang saham (keluarga) untuk membiayai aktifitas tunneling (terselubung) yang mengarah kepada keuntungan pribadi (keluarga).

Keberadaan cash holdings yang tinggi bisa menjadi indikasi tata kelola yang buruk. Perusahaan dengan tata kelola yang kurang efektif menunjukan kecenderungan untuk mengakumulasi kasnya. Peningkatan cash holdings seiring dengan meningkatnya jumlah dewan komisaris menunjukkan ketidak efektifan fungsi komisaris. Komisaris sebagai perwakilan pemegang saham yang dipilih melalui suara terbanyak dalam RUPS ternyata memiliki keberpihakan tinggi pada kepentingan pemegang saham mayoritas. Komisaris non-independen apabila juga memiliki saham pada perusahaan tentunya akan bertindak sejalan dengan apa yang menguntungkan dirinya (Kuan et al., 2011). Keberpihakan ini terlihat pada hasil regresi perusahaan keluarga dan dewan komisaris yang sama-sama memiliki pengaruh meningkatkan jumlah cash holdings.

Selain itu, ketika komisaris dan pemegang saham memiliki pemahaman yang sama, bukan tidak mungkin pemegang saham memberikan kepercayaan lebih kepada komisaris untuk menyimpan cash holdings yang tingi demi mencegah hilangnya keuntungan kesempatan investasi dimasa depan (Kuan et al., 2012). Komisaris memilih untuk memiliki jumlah cash holdings yang tinggi karena lebih minim resiko daripada pendanaan eksternal karena tidak adanya tekanan untuk pengembalian dana. Keberadaan direktur independen sebagai pengelola perusahaan yang bebas dari kepentingan pemegang saham nampaknya memperbaiki tata kelola perusahaan dengan memberikan pengaruh menurunkan jumlah cash holdings. Direktur independen bisa pula bergerak sebagai perwakilan dari pemeganag saham minoritas. Direktur Independen yang mendapati pemegang saham mayoritas berusaha melakukan aktifitas tunneling terlebih ketika peusahaan berada pada kondisi keuangan yang sulit berusaha menghentikannya dengan mengurangi jumlah cash holdings ke berbagai aktifitas yang lebih bernilai tambah.

Penulis: Iman Harymawan, S.E., MBA., Ph.D.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/isoquant

Pranadita, R. P., & Harymawan, I. (2021). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Keluarga dan Tata Kelola Terhadap Kebijakan Cash Holdings Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014–2016. ISOQUANT: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, 5(1), 51-67.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp