Susu Sinbiotik Menjadi Strategi Baru untuk Mengatasi Masalah Stunting

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustraso by Sains Kompas com

Saat ini, stunting menjadi masalah kesehatan Indonesia dan menjadi fokus perhatian dalam mencapai SDGs target ke 2, yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan. Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi nasional balita stunting di Indonesia mencapai 37,2%. Zat besi (Fe) dan zink (Zn) merupakan mineral penting yang berperan dalam pertumbuhan. Zat besi dibutuhkan untuk perkembangan psikomotor, aktivitas fisik dan pertahanan terhadap infeksi. Sedangkan zink dibutuhkan untuk pertumbuhan, menjaga fungsi sistem imun, yang berperan dalam mencegah maupun penyembuhan penyakit infeksi. Dengan asupan Fe dan Zn yang cukup, diharapkan dapat membantu mencapai pertumbuhan yang baik.

Peningkatan asupan Fe dan Zn dapat dilakukan melalui fortifikasi. Fortifikasi pada bahan pangan merupakan salah satu elemen penting dalam kebijakan pangan untuk mengurangi prevalensi defisiensi mikronutrien, salah satunya yang sering terjadi pada kasus stunting. Namun pemberian asupan Fe berlebih melalui suplementasi atau fortifikasi disisi lain ternyata juga dapat menimbulkan efek negatif pada keseimbangan mikrobiota usus, yaitu dapat meningkatkan jumlah bakteri patogen di dalam saluran cerna. Oleh karena itu, perlu dicari solusi agar fortifikasi Fe tetap dapat dilaksanakan tetapi dengan meminimalisir dampak negatif, salah satunya dengan penggunaan susu sinbiotik.

Suplementasi probiotik selama 6 bulan diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan pada anak usia 2-5 tahun. Selain itu, kejadian diare dan demam pada anak akibat infeksi juga lebih rendah bila dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan probiotik. Peningkatan berat badan ini dikarenakan adanya pengendalian infeksi dan peningkatan daya cerna makanan. Selain itu, probiotik dapat meningkatkan regenerasi usus yang rusak karena infeksi yang dapat menyebabkan gagal tumbuh. Penambahan prebiotik juga memberikan banyak manfaat karena kemampuannya untuk meningkatkan daya hidup dan aktivitas mikroflora pada saluran cerna serta meningkatkan absorbsi mineral. Manfaat ini diperoleh melalui beberapa mekanisme, yaitu fermentasi prebiotik oleh mikroflora dalam usus dapat menurunkan pH sehingga absorpsi mineral meningkat, kemampuan merubah Fe(III) menjadi Fe(II), kemampuan menstimulasi proliferasi sel epitel sehingga meningkatkan luas permukaan absorpsi, dan kemampuan meningkatkan calbindin-D9k, yaitu kolekalsiferol-induced calcium-binding protein yang berkaitan dengan transport kalsium dalam usus.

Dengan dibuatnya produk yang menggabungkan antara prebiotik, probiotik, dan fortifikasi Fe-Zn, maka keseimbangan mikrobiota usus dapat dipertahankan dan dampak negatif fortifikasi Fe dapat dihindarkan. Susu fermentasi yang mengandung fortifikasi Zn, juga mampu menurunkan risiko diare akut dan durasi pada diare persisten yang banyak terjadi pada anak-anak dan dapat mempengaruhi status gizi anak, sehingga prevalensi stunting dapat diturunkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai Oktober 2018. Pada penelitian ini, fortifikasi dilakukan dengan model dual-fortifikasi, yaitu Fe Sulfat dan Zn Asetat. Perbandingan jumlah fortifikan yang digunakan adalah 2:1, yaitu 100 ppm : 50 ppm. Fortifikasi dilakukan pada susu fermentasi sinbiotik dengan Lactobacillus plantarum yang merupakan probiotik isolat lokal (FNCC UGM) dan Frukto-oligosakarida (FOS) sebagai prebiotik.

Susu fermentasi dilakukan uji efikasi pada 94 anak balita stunting yang dibagi menjadi 2 kelompok, yakni yang diberikan susu fermentasi sinbiotik dengan fortifikasi Fe sulfat dan Zn asetat (Fe-Zn) dan kelompok yang hanya diberikan susu fermentasi sinbiotik tanpa fortifikasi (Co). Perlakuan diberikan setiap hari selama 6 bulan. Sebelum dan setelah intervensi, responden diukur berat badan, tinggi badan, dan diukur asupan makannya menggunakan 24-h food recall. Penelitian dilakukan di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Hasil dari penelitian menunjukkan peningkatan Z-score tinggi badan menurut umur dan Z-score berat badan menurut umur menjadi normal pada kedua kelompok intervensi, walaupun tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok. Sehingga diketahui pemberian susu sinbiotik saja tanpa disertai fortifikasi Fe-Zn sudah dapat memberikan efek positif pada pertumbuhan anak stunting. Hasil riset ini berimplikasi pada keberagaman opsi strategi nasional dalam pemberian intervensi gizi pada anak stunting. Dalam hal ini intervensi susu sinbiotik dapat menjadi salah satu pilihan menyehatkan untuk membantu meningkatkan tinggi badan dan berat badan anak stunting.

Penulis: Dominikus Raditya Atmaka, S.Gz, M.PH.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.mdpi.com/2227-9717/9/3/543

Siti helmyati, Karina Muthia Shanti, Fahmi Tiara Sari, Martha Puspita Sari, Dominikus Raditya Atmaka, Rio Aditya Pratama, Maria Wigati, Setyo Utami Wisnusanti, Fatma Zuhrotun Nisa, Endang Sutriswati Rahayu (2021). Synbiotic Fermented Milk with Double Fortification (Fe-Zn) as a Strategy to Address Stunting: A Randomized Controlled Trial among Children under Five in Yogyakarta, Indonesia. Processes, 9, 543: 1-11.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp