Forensik Digital untuk Klasifikasi Tengkorak dalam Manajemen Koleksi Antropologi Fisik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Cyberthreat

Para peneliti di forensik digital biasanya berurusan dengan serangkaian kegiatan, termasuk mengumpulkan, memeriksa, mengidentifikasi, dan menganalisis artefak digital yang diperlukan untuk memperoleh bukti mengenai keaslian objek fisik. Beberapa tantangan penelitian terkait dengan atribut forensik digital ditemukan selama penyelidikan antropologi fisik. Salah satu contoh umum adalah pengelolaan koleksi tengkorak di museum, yang akan bermanfaat bagi penelitian dan pendidikan di masa depan. Sebuah katalog tengkorak dan sistem pengambilan adalah komponen utama dari manajemen koleksi tengkorak. Dalam sistem ini, tengkorak dengan label yang hilang dapat diidentifikasi melalui proses investigasi. Proses ini meliputi pelabelan koleksi berupa nomor panggilan yang ditempelkan pada masing-masing tengkorak. Hal ini memastikan bahwa tengkorak milik koleksi tertentu dan memfasilitasi identifikasi mereka. Ini sama pentingnya untuk dokumentasi, pengembangan, pemeliharaan, dan peningkatan koleksi yang ada dan membuatnya tersedia bagi kurator yang ingin menggunakannya sesuai dengan standar klasifikasi.

Namun, coretan tinta pada tengkorak untuk menerapkan kode alfanumerik dapat merusak keaslian tengkorak sebagai bahan kajian. Oleh karena itu, pengelolaan koleksi tengkorak memerlukan pendekatan tertentu untuk menjaga keaslian koleksi dan menghindari kerusakan akibat penggunaan bahan kimia. Menempelkan stiker dengan nomor panggilan adalah salah satu alternatif. Namun, cara ini juga memiliki kekurangan karena stiker bisa lepas, dan menempel pada tengkorak lainnya.

Oleh karena itu, sulit untuk meningkatkan jumlah koleksi tengkorak baru karena kesulitan yang terkait dengan penyimpanan dan pengumpulannya. Tengkorak bisa termasuk yang terpisah dari mandibula. Kesalahan pelabelan adalah masalah utama ketika tengkorak manusia dan koleksi kerangka lainnya di laboratorium forensik antropologi tidak ada tintanya. Selain hilangnya label yang melekat pada koleksi tulang baru, bercampurnya koleksi tulang lama dengan tulang baru dan faktor penggunaan yang tinggi merupakan tantangan yang harus diatasi dalam pengelolaan koleksi tengkorak.

Penggunaan kamera digital oleh para antropolog dan peneliti lain untuk mengklasifikasikan tulang manusia saat ini terbatas pada penyelidikan dan perbandingan manual. Meskipun beberapa penelitian sebelumnya telah menerapkan metodologi otomatis, seperti pembelajaran mesin, untuk mengidentifikasi tengkorak manusia, sebagian besar sampel diperoleh melalui pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT). Sampel-sampel ini memiliki relevansi terbatas sehubungan dengan analisis tengkorak, seperti yang dipersyaratkan dalam forensik antropologi fisik.

Dalam studi ini, kami menyelidiki pendekatan forensik digital untuk penyelidikan antropologis fisik tengkorak manusia yang mati berdasarkan karakteristik khusus mereka. Kontribusi utama kami adalah sebagai berikut: Pertama, pentingnya pekerjaan ini terletak pada penerapan pembelajaran mesin dan pengetahuan analitik data ke domain baru manajemen pengumpulan antropologi fisik dan mengatasi tantangan uniknya. Kedua, mengingat masalah yang disebutkan di atas yang diperkenalkan oleh teknik pelabelan manual, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fitur kontras yang relevan dari tengkorak manusia dan membangun identitas berbasis tengkorak dari berbagai posisi melalui klasifikasi otomatis. Ketiga, kami mengusulkan klasifikasi otomatis wajah manusia yang memungkinkan kurator untuk mengidentifikasi fitur berdasarkan karakteristik tengkorak. Teknik ini berpotensi membantu dalam pengelolaan koleksi museum atau laboratorium penyimpanan tengkorak; tengkorak dapat diidentifikasi tanpa ditandai atau diberi label secara manual, sehingga mempertahankan keasliannya. Para peneliti di bidang antropologi fisik sering berfokus pada analisis karakteristik data yang diperoleh dari tengkorak; karakteristik ini jarang ditemukan pada penelitian sebelumnya tentang pengenalan wajah otomatis. Oleh karena itu, hasil penelitian ini ini menawarkan perspektif baru tentang penerapan pembelajaran mesin pada antropologi fisik dan mengatasi kekurangannya. Singkatnya, dalam penelitian ini kami telah mengembangkan pendekatan forensik digital terkomputerisasi otomatis untuk identifikasi tengkorak manusia. Setiap tengkorak manusia memiliki ciri khas yang dapat digunakan untuk membedakan identitasnya dalam aplikasi forensik, khususnya dalam manajemen koleksi antropologi fisik.

Penulis: Imam Yuadi, Myrtati D. Artaria, Sakina, and A. Taufiq Asyhari

Link: Digital Forensics for Skulls Classification in Physical Anthropology Collection Management

https://www.techscience.com/cmc/v68n3/42458

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp