Pakar Penyakit Dalam UNAIR : Junk Food Bukan Satu-satunya Penyebab Obesitas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Halodoc

UNAIR NEWS – Junk food acapkali dianggap sebagai faktor obesitas pada tubuh manusia. Hal ini menyebabkan banyak orang menganggap pengurangan konsumsi junk food saja cukup untuk dapat mengatasi obesitas.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNAIR, Dr. Hermina Novida, dr., Sp.PD, KEMD, menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat memengaruhi berat badan seseorang. Pertama, kalori yang masuk jauh lebih banyak dari yang keluar.

“Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi penumpukan kalori, yang kemudian berubah menjadi lemak dan berujung pada obesitas,” ungkapnya. Kedua, obesitas dapat disebabkan oleh kondisi lain yang tidak melulu berkaitan dengan asupan makanan.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNAIR, Dr. Hermina Novida, dr., Sp.PD, KEMD. (Foto: Dokumen Pribadi)

Junk food yang sering dipersepsi, sama dengan fast food nyatanya berbeda. Fast food atau makanan cepat saji merupakan makanan yang disiapkan agar bisa segera dikonsumsi, sehingga tidak semua fast food adalah junk food. Sedangkan junk food sendiri merupakan makanan yang kaya akan gula, garam, kalori, lemak jenuh dan memiliki kandungan gizi yang minim.

Bila berlebihan mengkonsumsi makanan jenis ini, maka akan menyebabkan penumpukkan gula, garam dan lemak yang memicu kenaikan berat badan atau obesitas. ”Sehingga junk food memang bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kegemukan atau obesitas. Namun perlu diperhatikan juga penyebab lain selain dari asupan makanan,” sebut Dr. Hermina.

Sementara itu, menurut dokter sekaligus dosen Fakultas Kedokteran UNAIR tersebut, asupan junk food yang berlebihan dapat menjadi penyebab obesitas, namun tidak semua obesitas disebabkan oleh asupan makanan.
“Keadaan hipotiroid, gangguan hormon adrenal atau kondisi-kondisi tertentu juga bisa menyebabkan kegemukan,” jelasnya.

Menurutnya, mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktifitas fisik merupakan kunci dari menurunkan berat badan. “Bila obesitas, sebaiknya asupan kalori diturunkan sebanyak 500-1000 kalori dari asupan normal,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, kandungan gizi dalam makanan juga harus diperhatikan. Karbohidrat simpel yang banyak mengandung gula sebaiknya diganti sayur dan karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat. Selain itu, mengonsumsi air putih, menghindari minuman bergula, dan meningkatkan aktifitas fisik, juga merupakan perilaku yang mendorong penurunan berat badan.

“Kalau yang disarankan, untuk obesitas sebaiknya melakukan olahraga selama 30-45 menit perhari, sebanyak lima hari perminggu dengan intensitas sedang. Namun jika pasien obesitas ingin turunnya lebih banyak, maka dapat ditingkatkan menjadi 45-60 menit perhari, selama 5-6 hari perminggu,” jelasnya.

Sebelum melakukan program penurunan berat badan, pasien sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi lain yang mendasari obesitas dan adanya pantangan tertentu dalam aktifitas fisik dan diet.(*)

Penulis : Stefanny Elly

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp