UNAIR NEWS – Sivitas akademika FH UNAIR kembali menoreh prestasi yang membanggakan di level nasional, kali ini melalui BSO Masyarakat Yuris Muda Airlangga (MYMA). Tim perwakilan MYMA berhasil menyabet peringkat dua dalam kompetisi debat hukum nasional Dr. Mochtar Riady Legal Week (DMR) yang digelar oleh Universitas Pelita Harapan (UPH) pada Sabtu (29/5/2021).
Untuk mengulik kisah prestasi tersebut lebih lanjut, tim redaksi mewawancarai Ketua Tim Qona’aha Noor Maajid pada Selasa malam (8/6/2021). Mahasiswi yang akrab disapa dengan Qona itu berkata bahwa tema besar dari lomba debat hukum yang diadakan dalam rangkaian acara DMR itu “Sustainable Development Goals: Bringing Prosperity to Indonesia”.
“Jadi, kurang lebih mosinya bertalian dengan implementasi jenis-jenis SDGs itu dalam koridor hukum begitu,” tutur mahasiswa angkatan 2018 itu.
Terdapat enam orang yang mewakili UNAIR pada kompetisi tersebut, dengan tiga orang menjadi speaker dan tiga orang sebagai periset. Anggota tim yang maju menjadi speaker adalah Qona sendiri, Direktur Jenderal MYMA Ardhana Christian Noventri, dan Kepala Divisi Debat Ridho Budaya Septarianto. Sementara anggota yang menjadi periset adalah Amira Fadia Taquela, Aditya Nur Rizki Putra, dan Kevin Hartono.
Melalui wawancara kilat via chat itu, Qona bercerita bahwa persiapan untuk lomba ini sedikit lebih menguras tenaga dari biasanya karena harus latihan di sela-sela bulan Ramadhan, yang berarti bahwa waktu riset dan latihan debatnya baru dapat intens di atas pukul sembilan malam.
“Untuk memahami isu, kami perbanyak literatur dari jurnal dan peraturan perundang-undangan. Kami juga sering konsultasi dengan dosen. Mosi-mosi tersebut harus kami aplikasikan konteksnya dengan Indonesia, ambil contoh kami dapat mosi tentang sanksi pidana terhadap penolakan vaksin,” ujarnya.
Tim perwakilan MYMA FH UNAIR pada akhirnya menyabet peringkat kedua, setelah berhadapan dengan tim dari UGM. Qona menceritakan bahwa memang mosinya sedikit susah karena tim UNAIR kedapatan sisi kontra, yakni penerapan carbon tax terhadap industri.
“Penerapan pajak karbon memang selaras sekali dengan tujuan climate action di SDGs 13, karena korporasi pada akhirnya harus membayar lebih apabila mengeluarkan banyak emisi. Sementara pihak kontra dapat masuk ke mosi tersebut dengan lebih mengedepankan pemberian insentif kepada industri apabila ia bisa menurunkan emisi karbon dan kita arahkan argumen kami ke pentingnya green investment,” papar Qona.
Harapan dari diperolehnya prestasi ini menurut Qona adalah semoga dapat memicu agar lebih dilatih lagi kemampuan debat dan risetnya agar lebih dapat membanggakan UNAIR. Qona juga menyematkan harapan bahwa agar pagebluk cepat selesai, sehingga angkatan muda di FH UNAIR dapat berlatih dan berlomba debat dengan offline, dan mendapatkan seluruh keseruan dari berdebat.
Penulis: Pradnya Wicaksana
Editor: Nuri Hermawan