Parasit pada Ikan Koi di Tambak Air Tawar dengan Kepadatan Berbeda

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh GDM Agri

Indonesia merupakan negara pengekspor ikan hias terbesar ketiga di dunia (7,5 %). Produksi ikan Koi Indonesia mengalami peningkatan nilai ekspor yaitu pada tahun 2010 meningkat sebesar 8 juta dollar, dari 12 juta dollar menjadi 20 juta dollar Amerika pada tahun 2011 dan nilai ekspor ikan Koi pada tahun 2016 mencapai 65 juta dollar. Peningkatan pasar ikan Koi mendorong para pembudidaya ikan Koi untuk selalu meningkatkan usaha budidaya.

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, pencapaian produksi ikan hias hingga pertengahan 2019 mencapai 367,28 juta ekor atau sekitar 66,8% dari target. Pencapaian total produksi ikan hias didominasi oleh ikan Koi dengan tingkat pencapaian produksi 115.230 ekor. Keberhasilan usaha budidaya ditentukan oleh kualitas benih yang baik. Setiap ikan memiliki ketahanan yang berbeda terhadap patogen dan lingkungan. Pada tahap pembenihan, ikan lebih mudah terserang penyakit terutama penyakit parasit. Ikan muda memiliki respon antibodi yang lebih lambat dibandingkan ikan dewasa, sehingga perlu dilakukan pemantauan kesehatan benih ikan secara terkontrol.

Masalah utama yang sering menjadi kendala dalam budidaya ikan adalah munculnya penyakit parasit. Penyakit parasit yang sering menyerang ikan Koi antara lain penyakit yang disebabkan oleh Trichodina sp., Chilodonella sp., Myxobollus sp., Ichtyopthirius multifilis, Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp., dan Argulusja ponicus. Kerugian akibat infestasi ektoparasit pada ikan adalah ikan terlihat lemah, sisik ikan dapat terkelupas, dan potongan dari kecil hingga besar sehingga sulit untuk dijual ke konsumen. Infeksi parasit dapat menyebabkan kerusakan pada organ luar yaitu kulit, sirip, dan insang. Serangan parasit dapat menyebabkan penurunan kualitas ikan budidaya. Selain itu intensitas serangan parasit yang tinggi akan menurunkan produktivitas ikan yang menyebabkan kerugian ekonomi bagi pembudidaya. Infestasi parasit pada tubuh ikan juga memicu terjadinya infeksi sekunder yang berpotensi menyebabkan kematian massal.

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit parasit pada ikan Koi adalah jumlah kepadatan tebar. Kepadatan tebar yang tinggi dapat meningkatkan prevalensi parasit. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan studi penyakit parasit pada ikan Koi dengan kepadatan tebar yang berbeda-beda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh padat tebar terhadap tingkat infestasi parasit dan untuk mengetahui jenis parasit yang menginfestasi ikan Koi (Cyprinus carpio).

Prevalensi parasit

Prevalensi adalah banyaknya ikan dalam suatu populasi yang diserang parasit pada waktu dan kondisi tertentu. Pemeriksaan parasit pada ikan Koi (Cyprinus carpio) selama 21 hari diperoleh data prevalensi sebagai berikut. Sampel benih ikan koi diambil dari beberapa tambak yang berbeda. Ada 5 ekor ikan koi yang diambil secara acak setiap kali pengambilan sampel. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh lebih obyektif dan diasumsikan hasil pemeriksaan dapat merepresentasikan populasi ikan di dalam tambak. Pengambilan sampel 5 ekor ikan, karena tidak mungkin mengambil 5-10% dari total populasi sesuai SNI sehingga jumlah 5 ekor yang diambil sesuai dengan batas minimal menurut Marlan dan Sri (2014) yaitu pada jumlah minimal 5 – 10 ikan dari setiap kolam.

Berdasarkan hasil pemeriksaan penyakit parasit selama 21 hari di budidaya ikan Koi terlihat bahwa dari hasil pemeriksaan ektoparasit ditemukan beberapa jenis parasit diantaranya Argulus sp., Trichodina sp., Gyrodactylus sp., Dactylogyrus sp., Ichtyophtiriius multifilis, dan Glossatella sp.. Dua spesies parasit mendominasi pada setiap pemeriksaan, parasit tersebut adalah Trichodina sp. dan Dactylogyrus sp. hal ini dikarenakan kedua parasit ini merupakan jenis parasit yang biasa terdapat pada ikan air tawar dan sering menyerang ikan berukuran biji. Parasit lebih banyak menyerang ikan pada tahap benih karena spesifitas inang yang semakin matang semakin menurun. Jika tidak ditangani dapat membuat ikan stres, menyebabkan infeksi sekunder dan kematian.

Intensitas Parasit

Jenis parasit yang ditemukan di semua tambak adalah Trichodina dan Dactylogyrus. Prevalensi tertinggi adalah Trichodina yang ditemukan di tambak keramba sebesar 80% yang termasuk dalam kategori normal. Intensitas tertinggi juga terdapat pada tambak keramba dengan nilai intensitas rata-rata 5 individu / ikan yang termasuk dalam kategori rendah. Begitu pula dengan parasit Dactylogyrus, dimana tingkat prevalensi dan intensitas tertinggi ditemukan di kolam keramba dengan prevalensi rata-rata 60% yang termasuk dalam kategori sangat sering dan intensitas rata-rata 7 ekor / ikan termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan kolam keramba memiliki kepadatan tebar paling tinggi dibandingkan dengan dua tambak lainnya yaitu 150 ekor/m2. Kepadatan tebar pada tambak mempengaruhi tingkat infestasi parasit, hal ini dikarenakan limbah organik dari sisa pakan yang tidak dikonsumsi dan feses akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan yang memiliki kepadatan rendah. Sehingga semakin tinggi kepadatan kemungkinan terserang parasit akan semakin tinggi. Kondisi ini menyebabkan ikan sering bergesekan satu sama lain yang dapat menyebabkan lecet pada kulit ikan dan rentan terhadap serangan parasit. Penularan penyakit parasit melalui penularan horizontal atau penularan dari satu ikan ke ikan lainnya akibat seringnya kontak. Ini mengikuti hasil penelitian Pillay & Kutty (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatannya maka akan semakin besar pula gesekan yang dapat terjadi antar ikan yang dapat menginfeksi parasit secara langsung atau menimbulkan luka yang dapat menjadi sasaran organisme patogen. Pujiastuti & Setiati (2015) menyatakan bahwa kepadatan tambak yang tinggi menyebabkan ikan mudah stres dan terserang berbagai parasit.

Jenis parasit yang menyerang ikan koi di kolam B7 dan kolam 10 hampir sama, secara umum parasit yang menyerang ikan koi adalah kelompok protozoa yaitu Trichodina sp., Ichtyophthirius multifilis, dan Glossatella sp. Sedangkan parasit dari kelompok cacing yaitu Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. Sedangkan di kolam 10 terdapat parasit arthropoda yaitu Argulus sp. sebanyak 1 orang dengan prevalensi 20%.

Trichodina sp. hidup kosmopolitan dan dapat berkembang biak dengan cepat, sehingga dapat menyebar secara luas, dan merupakan parasit yang banyak ditemukan pada ikan air tawar. Sedangkan Ichtyophthirius multifilisis merupakan parasit yang dapat menyebabkan penyakit bercak putih. Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa Ichtyophthirius hanya ditemukan di tambak 10 dengan intensitas 4 individu / ikan yang sangat rendah dan prevalensi 20% termasuk dalam kategori sering, artinya laju infestasi sering tetapi masih sangat rendah. Penyakit ini ditandai dengan adanya protozoa yang bergerombol pada insang, terdapat bercak putih pada permukaan tubuh.

Glossatella sp. yang terdapat pada tambak nomor 10 memiliki intensitas permintaan yang tinggi dengan laju intensitas 10 ekor / ekor dan termasuk dalam kategori infestasi sedang. Angka prevalensi Glossatella sp. di tambak 10 adalah 20%, tetapi sering diartikan relatif rendah. Glossatella sp. Merupakan parasit kelas ciliata yang merupakan perubahan nama dari Apisoma spp. Parasit ini merupakan parasit yang hidup soliter dan umumnya menginfeksi dengan prevalensi 25%. Di antara parasit protozoa Ichthyophthirius multifiliis, Trichodina spp., Trichophyra, Ambiphyra, Hexamita, dan Apiosoma adalah beberapa patogen paling signifikan dalam budidaya ikan. Apiosoma piscicola sering ditemukan di Cyprinus carpio.

Dactylogyrus sp. and Gyrodactylus sp. merupakan parasit golongan cacing yang sering menyerang ikan air tawar. Kecenderungan Dactylogyrus sp. berada pada insang sehingga parasit ini disebut cacing insang. Sedangkan Gyrodactylus dapat ditemukan pada permukaan tubuh, lendir, dan insang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Dactylogyrus sp. ditemukan di semua tambak dengan laju infestasi tertinggi di tambak keramba. Dactylogyrus sp. merupakan hewan monogen yang bertelur dan memiliki dua pasang jangkar. Di tubuh, ada haptor posterior. Haptor tidak memiliki struktur kutikula dan memiliki sepasang kait dengan satu baris kutikula, 16 kait utama, satu pasang sangat kecil. Dalam genus Gyrodactylus, terdapat opisthaptor di bagian perut yang dilengkapi dengan dua kait berukuran besar. kait dan 16 kait marginal dan karakter yang paling menonjol adalah ovarium tempat embrio berkembang. Parasit tersebut bersifat vivipar yang dapat menghasilkan keturunan. Gyrodactylus adalah ektoparasit yang hidup di ikan air tawar dan laut. Gyrodactylus hanya ditemukan di tambak B7 dan tambak 10 tetapi masih dalam kategori infestasi rendah, dengan intensitas rata-rata 1 ekor/ekor dan prevalensi masing-masing 20% ​​dan 40%.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kolam keramba dengan kepadatan tinggi memiliki tingkat infestasi parasit yang tinggi, namun hanya ditemukan 2 jenis parasit. Sedangkan pada tambak 10 dan B7 memiliki keanekaragaman parasit yang lebih besar, namun laju infestasi rendah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keanekaragaman jenis parasit adalah kondisi lingkungan budidaya. Ektoparasit secara umum dapat muncul karena beberapa faktor. Kualitas air yang buruk, ikan yang berlebihan dan perubahan iklim merupakan faktor penyebab munculnya parasit.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi padat tebar yang diberikan maka semakin tinggi pula angka infeksi parasit. Semakin tinggi tingkat kepadatannya maka sampah organik yang dihasilkan akan semakin meningkat yang menyebabkan kualitas air menurun dan dapat menyebabkan patogen berkembang dengan baik. Jenis parasit yang dominan adalah Dactylogyrus sp., dan Trichodina sp. Intensitas dan prevalensi Trichodina dan Dactylogyrus tertinggi ditemukan di kolam keramba dengan kepadatan ikan 150 ekor / m2.

Penulis: Dr. Woro Hastuti Satyantini

Tulisan lengkap pada link: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/718/1/012050/meta

Elisafitri, M., Satyantini, W. H., Arief, M., & Sulmartiwi, L. (2021, March). Parasitic disease in Koi fish (Cyprinus carpio) in freshwater ponds with different densities in Sukabumi, West Java. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 718, No. 1, p. 012050). IOP Publishing.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp