Sediaan obat yang beredar di pasaran umum diproduksi dalam bentuk sediaan tablet dibandingkan bentuk sediaan yang lain. Sediaan tablet menawarkan banyak kemudahan, mulai dari proses produksi yang sederhana hingga penggunaan yang mudah oleh pasien, dengan tetap menjamin stabilitas bahan aktif farmasi baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi. Salah satu tahap produksi sediaan tablet yang krusial adalah pengempaan, yaitu proses pemberian tekanan tinggi pada serbuk atau granul dalam cetakan baja sehingga menjadi kompak dan membentuk tablet. Pada bahan aktif farmasi tertentu, satu fenomena yang menarik terjadi selama proses pengempaan tablet yang disebut dengan sintering.
Fenomena sintering merupakan fenomena hilangnya batas-batas antarpartikel oleh karena adanya tekanan, pemanasan, atau keduanya. Fenomena ini lebih banyak dijumpai pada senyawa anorganik dan dimanfaatkan pada pengolahan logam, keramik, dan plastik. Fenomena sintering juga ditemukan pada senyawa organik, termasuk bahan aktif farmasi, meski dalam jumlah yang tidak banyak. Salah satu bahan aktif farmasi yang diketahui mengalami fenomena sintering adalah eritromisin stearat. Eritromisin stearat adalah garam asam stearat dari eritromisin, suatu antibiotika golongan makrolida dengan spektrum luas yang digunakan untuk pengobatan infeksi oleh bakteri, seperti pada infeksi saluran napas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Eritromisin stearat mengandung asam stearat dengan komposisi berlebih dan memiliki kelarutan yang buruk dalam air. Sebuah studi yang dilakukan oleh Setiawan dkk. (2011) menunjukkan bahwa fenomena sintering terjadi pada eritromisin stearat ketika dikenakan energi mekanis. Selama pengempaan, eritromisin stearat mengalami perubahan bentuk (distorsi) yang bersifat permanen yang berujung pada hilangnya batas antarpartikel.
Fenomena sintering pada sediaan tablet cenderung tidak disukai oleh para farmasis di industri farmasi karena berimbas pada mutu sediaan yang menjadi kurang baik. Terjadinya sintering akan menyebabkan peningkatan kekuatan tarik (tensile strength) dan membuat tablet yang dihasilkan menjadi lebih keras. Kekerasan tablet perlu dikendalikan dalam rentang tertentu agar tidak mudah patah (atau hancur), tetapi juga tidak boleh terlalu keras. Tablet yang terlalu keras akan mengganggu proses disintegrasi tablet di dalam saluran cerna sehingga mengganggu pelepasan bahan aktif farmasi. Hal inilah yang terjadi pada fenomena sintering eritromisin stearat yang bahkan terjadi pada ada tekanan serendah 0,5 ton sehingga perlu dicegah.
Studi terbaru terkait fenomena sintering pada eritromisin stearat dan pencegahannya dilakukan oleh Paramita dan Setiawan (2018) menggunakan senyawa hidrofobik yang bersifat elastis. Senyawa hidrofobik elastis yang digunakan adalah bahan aktif farmasi parasetamol dan asam mefenamat. Eritromisin stearat dibuat campuran biner dengan masing-masing parasetamol dan asam mefenamat dengan perbandingan bobot 70:30 (% b/b), kemudian dikempa dengan beberapa tekanan yang berbeda. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa penambahan baik parasetamol maupun asam mefenamat mampu menghambat fenomena sintering pada eritromisin stearat. Batas-batas antarpartikel tampak pada tablet kempa campuran biner eritromisin stearat-parasetamol dan eritromisin stearat-asam mefenamat, dibandingkan dengan batas antar partikel yang hilang total pada tablet kempa eritromisin stearat. Keberadaan parasetamol dan asam mefenamat meningkatkan nilai kekuatan tarik tablet kempa eritromisin stearat yang juga mengindikasikan penghambatan fenomena sintering. Jika membandingkan dua senyawa hidrofobik elastis yang digunakan, asam mefenamat memberikan penghambatan yang lebih baik dibandingkan parasetamol. Penghambatan fenomena sintering ditunjukkan pula oleh perbaikan profil disolusi tablet kempa campuran biner dibandingkan eritromisin stearat tunggal. Kelarutan dari senyawa hidrofobik elastis berpengaruh pada seberapa besar kenaikan laju disolusi eritromisin stearat; semakin tinggi kelarutannya, tinggi pula kenaikan laju disolusinya.
Studi di atas memberikan gambaran efek merugikan dari fenomena sintering terhadap kualitas sediaan tablet serta alternatif cara untuk mencegahnya yaitu dengan menambahkan senyawa hidrofobik elastis. Mengingat dalam sediaan tablet tidak hanya berisi bahan aktif farmasi, maka pemilihan bahan tambahan menjadi krusial pada bahan aktif dengan fenomena sintering. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan tambahan tidak hanya pada kemampuannya untuk mencegah sintering melainkan juga tingkat kelarutannya untuk memaksimalkan perbaikan dari profil disolusi. Fenomena sintering memberikan penghambatan pada laju disolusi sediaan tablet lepas-segera, namun efek tersebut tidak selalu menjadi mimpi buruk. Penghambatan laju disolusi justru diinginkan pada sediaan tablet lepas-tunda atau lepas-lambat dan fenomena sintering dilihat sebagai salah satu pendekatan potensial untuk mencapai tujuan itu.
Penulis: Diajeng Putri Paramita
Tautan: https://www.researchgate.net/profile/Dwi-Setyawan-2/publication/259914043_Characterization_of_physical_properties_of_binary_system_of_erythromycin_stearate-sodium_starch_glycolate_by_compression_force_effect/links/0a85e52e87cfc35dfc000000/Characterization-of-physical-properties-of-binary-system-of-erythromycin-stearate-sodium-starch-glycolate-by-compression-force-effect.pdf