Peran Magnesium Sulfat (MgSO4) pada Neuroproteksi Janin

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh BeritaSatu

Persalinan preterm (< 37 minggu kehamilan) masih menjadi masalah utama penyebab kematian bayi baru lahir . WHO melaporkan bahwa setiap tahun didapatkan > 15 juta bayi lahir preterm. Indonesia melaporkan angkakejadian preterm sebesar 15.5% dari seluruh persalinan. Persalinan preterm dalam jangka panjang juga dihubungkan dengan kejadian cerebral palsy pada anak. Semakin muda usia bayi dilahirkan/semakin preterm maka semakin besar risiko cerebral palsy. Pencegahan gangguan neurologis pada bayi yang lahir preterm masih merupakan tantangan besar pada dunia kedokteran saat ini. Magnesium sulfate (MgSO4) menjadi obat yang mungkin bisa mengatasi permasalahan tersebut. Sejak awal abad ini, MgSO4 telah diusulkan sebagai obat yang bersifat neuroprotektif/ melindungi sistim saraf janin. Hal ini didasari pada temuan bahwa angka kejadian cerebral palsy pada bayi preterm yang lahir dari ibu dengan preeklampsia berat lebih rendah dibandingkan ibu tanpa preeklampsia berat, mengingat MgSO4 adalah obat wajib pada tatalaksana preeklampsia berat.

MgSO4 adalah obat yang mudah didapat, murah, dan telah digunakan pada penatalaksanaan persalinan preterm secara luas di negara-negara maju. Penelitian klinis mengenai penggunaan MgSO4 untuk melindungi sistim saraf janin/bayi preterm (neuroproteksi) telah banyak dilakukan. 3 studi besar: ACTOMgSO4 (2003), PREMAG (2007), dan BEAM (2008) melaporkan bahwa pemberian MgSO4 antenatal menurunkan kejadian cerebral palsy. Pada studi PREMAG dan ACTOMgSO4 didapatkan keuntungan tambahan dari pemberian MgSO4 ini yaitu penurunan risiko kematian dan gangguan motorik pada bayi baru lahir. Hasil studi-studi ini menunjukkan bahwa MgSO4 terbukti dapat menurunkan risiko gangguan saraf berat pada bayi, khususnya cerebral palsy. Semakin muda usia kehamilan (preterm) semakin besar keuntungan yang didapat dari pemberian. Meski menunjukkan hasil studi yang cukup baik namun banyak peneliti mengkhawatirkan efek samping pemberian MgSO4 pada ibu dan bayi. Studi MagNET dihentikan secara dini karena didapatkan kejadian berbahaya yang diduga efek sampaing pemberian obat. Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata efek samping tersebut didapat karena MgSO4 diberikan sebagai tokolitik dalam jangka Panjang (>5 hari).

Saat ini FDA sudah tidak merekomendasikan lagi penggunaan MgSO4 sebagai tokolitik pada kehamilan. Setelah banyak studi melaporkan hasil yang konsisten maka berbagai organisasi Kesehatan dunia mulai mengeluarkan panduan penggunaan MgSO4 sebagai obat neuroproteksi janin preterm seperti: ACOG (Amerika Serikat), SOGC (Canada), RCOG (Inggris), dan FRANZCOG (Australia). Mengenai waktu pemberian, sebagain besar panduan sepakat menyetujui MgSO4 bisa diberikan antara usia kehamilan 26-32 minggu kehamilan.  MgSO4 diberikan dengan dosis 4 g secara intra vena selama 15 menit dilanjutkan dengan dosis 1gram/jam pada 4-24 jam sebelum persalinan adalah regimen standar pada banyak panduan internasional. Pada penelitian terkini dketahui bahwa pemberian dengan dosis 64 gram menunjukkan efek perlindungan maksimal. Hanya protokol yang dikerjakan pada studi BEAM, penelitian klinis terbesar di bidang ini, dengan dosis pendahuluan 6 gram kemudian diikuti dosis pemeliharaan 2 gram/jam selama 24 jam yang dapat mencapai total dosis > 50 gram. Studi lain melaporkan adanya risiko kematian janin dengan penggunaan dosis MgSO4 tinggi ini. Beberapa peneliti mengkhawatirkan adanya efek samping serius pada ibu dan janin pada penggunaan MgSO4. Namun studi meta Analisa menunjukkan bahwa dosis yang paling banyak digunakan, 4 gram bolus dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 gram/jam tidak meningkatkan risiko mortalitas neonatal dan komplikasi neonatal lain seperti asfiksia neonatal, perforasi intestinal spontan, necrotizing enterocolitis, dan gangguan intoleransi makan. Bagaimana mekanisme kerja MgSO4 sebagai agen neuroprotektif masih belum jelas. Beberapa kemungkinan mekanisme kerja meliputi: kemampuan MgSO4 mencegah kematian sel saraf dini yang abnormal, pencegahan rilis sitokin inflamasi dan zat sitotoksik, penurunan inflamasi saraf, peningkatan ambang batas kejang, penuruan perdarahan otak, stimulasi respon adaptasi local melalui vasodilatasi dan respon cardiovascular yang lebih baik, dan promosi neurogenesis pada sel saraf premature melalui stimulasi factor neurogenic. Dari telaah literatur ini kami menyimpulkan bahwa pemberian dosis tunggal injeksi 4 gram MgSO4 untuk menstimulasi produksi BDNF pada kehamilan berisiko tinggi lahir preterm, dan 4 gram tambahan saat persalinan preterm terjadi adalah pilihan dan aplikasi klinis terbaik berdasar bukti-bukti yang ada saat ini.

Penulis: Dr. Muhammad Ilham Aldika Akbar, dr., SpOG(K)

Tulisan lengkap mengenai hal ini dapat dilihat pada https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31092073/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp