Dosen UNAIR: Pentingnya Dukungan Sosial dan Depresi pada Lansia di Panti

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Republika co id

UNAIR NEWS – Kemajuan dibidang kesehatan serta peningkatan kesejahteraan sosio ekonomi secara langsung berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup (life expectancy) yang merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Peningkatan harapan hidup berdampak pada peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun. Persentase lansia di  Indonesia menjadi dua kali lipat dalam rentang 5 dekade (1971-2017), menjadi 8,97 persen (23,4 juta). Persentase penduduk lansia pada tahun 2010 mencapai 9,77% dari total penduduk dan prediksi pada tahun 2020 akan mengalami peningkatan menjadi 11,34% . Kenaikan pesat ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang memasuki era penduduk berstruktur lansia (aging structured population). Peningkatan harapan hidup juga terkait dengan banyaknya penyakit dan gangguan psikologis pada lansia. Salah satunya adalah depresi.

Menurut Sylvia Dwi Wahyuni S.Kep., Ns., M.Kep., Dosen Fakultas Keperawan UNAIR, lansia menjadi sangat rentan terhadap gangguan kesehatan termasuk depresi disebabkan oleh stress dalam menghadapi perubahan kehidupan seperti pensiun, penyakit, dan ketidakmampuan fisik, penempatan di panti werdha, kematian pasangan, serta semakin berkurangnya ketersediaan dukungan sosial. Sementara itu, penelitian pada lansia yang ada di dua kota di pulau Jawa didapatkan data bahwa 33,8 % memiliki depresi.

“Secara umum, lansia ingin tinggal bersama dengan keluarga terutama keluarga inti serta mendapatkan perawatan yang baik dari keluarganya. Namun, karena beberapa faktor, lansia tidak mendapatkan perawatan dari keluarga, seperti: tidak memiliki keturunan, memiliki keturunan tetapi keturunannya tersebut meninggal terlebih dahulu, anak pergi ke mertua, anak tidak mau direpotkan untuk mengurus orang tua dan anak terlalu sibuk sehingga lansia atau keluarga memutuskan panti sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan perawatan dan pelayanan secara memadai bagi lansia,” paparnya.

Penelitian ini, sambungnya, menggunakan kuesioner dukungan sosial yang menilai empat dukungan aspek, yaitu: emosional, instrumental, informasi, dan penghargaan.

“Hasil penelitian menunjukkan 45% responden mendapatkan dukungan sosial yang baik, 40% mendapat cukup dukungan sosial, dan 15% responden kurang dukungan sosial . Selain itu, sebagian besar lansia (70%) tidak mengalami depresi, 15% lansia mengalami depresi sedang, dan 15% mengalami depresi ringan,” terangnya.

Selain itu, tambahnya, analisis uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan kejadian depresi pada lansia yang tinggal di panti. Semakin tinggi dukungan sosial, semakin rendah kejadian depresi pada lansia yang tinggal di panti. Sementara itu, tingginya stresor dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan kemungkinan lanjut usia mengalami kecemasan, kesepian, sampai pada tahap depresi. Selain itu, dukungan yang kurang dapat menyebabkan depresi, mulai dari ringan sampai kronis.

Depresi merupakan gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga kehilangan gairah hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas. Kejadian depresi sangat bervariasi sehingga depresi dikenal dengan gejala yang ringan, sedang, berat, dengan atau tanpa ciri. Selain itu, gejala depresi dapat berupa konsentrasi menurun,  harga diri dan kepercayaan diri berkurang, perasaan bersalah, pesimis memandang masa depan, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, pola tidur berubah, dan nafsu makan menurun.

“Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan orang tua. Lansia memerlukan dukungan sosial dari lingkungannya untuk menghadapi proses penuaan. Dukungan sosial memberikan dampak pada dorongan kesehatan dan kesejahteraan,” tandasnya.

Lebih lanjut, dukungan sosial memberikan dampak yang baik terhadap harapan dan motivasi lansia sebagai anggota sosial untuk penerimaan dan aktualisasi diri dalam lingkungan sosial maupun masyarakat, serta meningkatkan peran serta sosial dalam beriteraksi. Selain itu, dukungan sosial pada lansia akan memberi perasaan nyaman, dicintai ketika mengalami depresi, bantuan dalam bentuk antusiasme, empati, kepercayaan, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga.

“Oleh karena itu, dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh lansia.  Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak panti werdha adalah  meningkatkan kegiatan bersama yang diikuti semua lansia, seperti: makan bersama, kegiatan senam rutin, kegiatan ibadah bersama, serta acara hiburan seperti menonton bersama dan kegiatan bersama lainnya. Selain itu, petugas kesehatan dapat terus meningkatkan kompentensi agar dapat memberikan pelayanan kesehatan pada lansia khususnya untuk mengantisipasi kejadian depresi,” pungkasnya. (*)

Penulis : Muhammad Suryadiningrat

Editor : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp