Kecemasan dan Pemikiran Bunuh Diri Selama Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Republika

Pada 11 Maret 2020, wabah COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Ini telah mempengaruhi lebih dari 100 negara di seluruh dunia, termasuk banyak negara di kawasan Asia-Pasifik. Pada 20 Oktober 2020, hampir 40 juta kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dilaporkan secara global, dengan lebih dari 9 juta kasus dilaporkan di kawasan Asia-Pasifik. Khususnya di Indonesia, Thailand, dan Taiwan, jumlah total kasus COVID-19 yang dikonfirmasi lebih dari 137.000; 3300; dan 480 per tanggal 16 Agustus 2020. Pandemi COVID-19 berdampak negatif terhadap kesehatan mental mahasiswa. Studi ini mengkaji respons psikologis terhadap COVID-19 di kalangan mahasiswa dari 3 negara — Indonesia, Taiwan, dan Thailand. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional berbasis web multi-negara dilakukan di 5 Universitas Negeri. Sampel terdiri dari pelajar di Indonesia (2 universitas), Taiwan (1 universitas), dan Thailand (1 universitas). Peserta direkrut melalui platform media sosial populer yang beroperasi di negara-negara ini, termasuk Facebook, LINE, WhatsApp, dan Broadcast, dari 10 April hingga 30 Juni 2020. Hanya peserta berusia 20 tahun ke atas yang memenuhi syarat untuk studi ini. Sebelum memulai survei, peserta diminta untuk masuk dengan alamat email pribadi mereka untuk menghindari peserta mengulangi survei lebih dari satu kali.

Peneliti memperoleh persetujuan dari Komite Etik Riset di masing-masing dari 3 negara yang diteliti (yaitu, Universitas Indonesia [SK-139 / UN2.F12.D1.2.1 / ETIK 2020] untuk Indonesia, Rumah Sakit Universitas Nasional Cheng Kung [A-EX- 109-019] untuk Taiwan, dan Universitas Mahidol [COA No. MU-COVID 2020.006 / 1205] untuk Thailand). Setelah itu, pengumpulan data dimulai. Partisipasi dalam survei bersifat sukarela, dan tanggapan survei dikumpulkan secara anonim. Peserta studi tidak diberi insentif untuk berpartisipasi. Peserta yang setuju untuk berpartisipasi dalam studi menyelesaikan survei berbasis web dalam bahasa ibu mereka: Bahasa (pelajar Indonesia), Mandarin (pelajar Taiwan), dan Thai (pelajar Thailand).

Di antara 3 kelompok subyek penelitian, mahasiswa Thailand memiliki tingkat kecemasan tertinggi tetapi tingkat kepercayaan diri yang paling rendah dalam pengendalian pandemi dan sumber daya yang tersedia untuk memerangi COVID-19. Faktor-faktor yang terkait dengan kecemasan yang lebih tinggi berbeda-beda di setiap negara. Dukungan yang kurang memuaskan yang dirasakan dikaitkan dengan lebih banyak pikiran untuk bunuh diri di kalangan pelajar Indonesia. Di sisi lain, mahasiswa Taiwan lebih terpengaruh secara negatif oleh informasi yang dikumpulkan dari internet dan dari staf medis daripada mahasiswa Indonesia atau Thailand.

Perbedaan variabel independen dan hasil di 3 kelompok mahasiswa juga ditunjukkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Thailand memiliki tingkat kecemasan tertinggi, tingkat kepercayaan terendah dalam memerangi COVID-19, dan sumber daya paling tidak cukup di antara 3 kelompok mahasiswa. Di sisi lain, mahasiswa Indonesia memiliki tingkat persepsi risiko tertinggi mengenai kerentanan terhadap COVID-19 dan merasakan dukungan yang memuaskan dari berbagai sumber di antara 3 kelompok mahasiswa tersebut. Selain itu, dibandingkan dengan kelompok lain, mahasiswa Thailand lebih banyak menerima informasi COVID-19 dari internet, dan mahasiswa Indonesia lebih banyak mendapat informasi dari staf medis dan keluarga.

Studi ini menunjukkan bahwa, di antara 3 kelompok mahasiswa yang dibandingkan, mahasiswa Thailand memiliki respons psikologis negatif terbesar (yaitu tingkat kecemasan tertinggi), sedangkan mahasiswa Taiwan memiliki respons psikologis negatif paling rendah. Keyakinan dalam pengendalian pandemi, kecukupan sumber daya, dan menerima informasi COVID-19 dari internet dan keluarga adalah faktor-faktor yang terkait dengan kecemasan dan pikiran untuk bunuh diri dalam keseluruhan populasi penelitian. Selain itu, faktor-faktor yang terkait dengan tingkat respons psikologis yang lebih tinggi sangat berbeda di 3 negara. Misalnya, dukungan yang kurang memuaskan yang dirasakan dikaitkan dengan lebih banyak pikiran untuk bunuh diri di kalangan mahasiswa pelajar Indonesia dan lebih banyak kesedihan di kalangan mahasiswa Thailand.

Pelajaran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah mahasiswa dari berbagai negara memiliki tingkat respons psikologis yang berbeda terkait pandemi COVID-19. Mahasiswa menerima lebih banyak informasi COVID-19 tampaknya meningkatkan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa, tetapi tidak terkait dengan pikiran untuk bunuh diri. Mahasiswa menerima dukungan yang kurang memuaskan dikaitkan dengan lebih banyak pemikiran bunuh diri. Oleh karena itu, bagi institusi atau lembaga pendidikan perlu memperhatikan penyedia layanan kesehatan yang membangun sistem pendukung yang baik bagi mahasiswa untuk melewati pandemi saat ini.

Para peneliti:

Iqbal Pramukti, Carol Strong, Yajai Sitthimongkol, Agus Setiawan, Moses Glorino Rumambo Pandin, Cheng-Fang Yen, Chung-Ying Lin, Mark D Griffiths, dan Nai-Ying Ko.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada link: https://jmir.org/2020/12/e24487

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp