Hubungan Lama Waktu Kerja dan Beban Kerja Fisik dengan di Pekerja Sektor Informal

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Ekonomi Bisnis

Upaya kesehatan kerja bagi tenaga kerja perlu diselenggarakan di setiap tempat kerja khususnya bagi perusahaan atau industri yang berisiko terhadap bahaya kesehatan. Mengingat bahwa tenaga kerja adalah salah satu aset yang berharga di suatu perusahaan maupun industri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bentuk upaya dalam melakukan perlindung terhadap tenaga kerja dalam penciptaan tempat kerja yang aman dan nyaman. Apabila aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diabaikan dalam proses pekerjannya dapat menimbulkan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Salah satu penyakit akibat kerja yang sering muncul dari ketidakserasian tenaga kerja dengan pekerjaannya adalah keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs).Keluhan Musculoskeletal Disorders membutuhkan cukup waktu dan berbagai tahapan untuk timbul rasa sakit pada bagian tubuh tertentu. Keluhan Musculoskeletal Disorders dapat terjadi baik pada sektor formal maupun sektor informal. Diharapkan setelah melakukan penelitian ini dapat mempelajari faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan Musculoskeletal Disorders pada pekerja.

Data didapatkan melalui observasi, wawancara, dan kuesioner. Pekerja diobservasi untuk mengamati lama waktu bekerja dan beban kerja fisik yang didapat selama melakukan pekerjaan terhadap keluhan Musculoskeletal Disorders. Lama waktu bekerja dihitung sesuai dengan durasi lama waktu pekerja bekerja dengan perhitungan jam selanjutnya penilaian beban kerja fisik didapatkan berdasarkan pengukuran menggunakan alat Kalorimeter untuk menghitung penilaian kebutuhan kalori saat melakukan aktivitas pekerjaannya. Pekerjaan di sektor informal salah satunya yang dilakukan di industri produksi pegas ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan usaha dan tenaga yang cukup besar untuk para pekerjanya. Proses produksi dari industri ini banyak menggunakan aktivitas berulang dengan posisi berdiri terus – menerus dan pergerakan seperti mengambil dan menata secara berulang. Lama waktu bekerja serta pembebanan yang diberikan kepada pekerja menjadi hal yang perlu diperhatikan untuk terhindar dari munculnya keluhan muskuloskeletal.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa seluruh pekerja di unit produksi atau 23 responden menyatakan mengalami keluhan MSDs di hampir sebagian tubuh nya setelah melakukan aktivitas pekerjaannya. Pekerjaan sebagian besar didominasi oleh pekerja laki-laki dikarenakan proses produksi banyak menggunakan mesin manual, sehingga banyak membutuhkan kekuatan otot. Aktivitas pekerjaan seperti ini tentunya akan menimbulkan cedera bagian otot, sendi, ligamen maupun tendon (Tarwaka, 2015). Gangguan seperti ini biasa disebut dengan keluhan MSDs atau keluhan yang timbul pada sistem muskuloskeletal yang merupakan suatu kondisi dengan rasa tidak nyaman atau dapat timbul rasa nyeri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lama waktu bekerja dapat diketahui bahwa mayoritas responden lebih sering bekerja lebih dari > 8 jam perhari. Pada pukul 12.00 – 13.00 merupakan jam istirahat bagi para pekerja yang secara rutin dilakukan setiap harinya. Hari kerja dimulai dari hari senin sampai dengan sabtu yang berarti pekerjaan memiliki 6 hari kerja dalam seminggu. Pekerja yang melakukan perpanjangan waktu kerja dalam pekerjannya diluar jam bekerja yang semestinya dari tempat kerja mempunyai alasan untuk menambah pendapatan yang ingin diterimanya. Pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan data sebagian besar responden bekerja dengan jangka waktu lebih dari 8 jam sehari. Padahal dengan bekerja lebih dari 8 jam sehari sangar memungkinkan pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal karena lama seseorang bekerja yang baik tidak lebih dari 8 jam sehari.

Penilaian beban kerja fisik berdasarkan penilaian tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energinya. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa hasil penilaian beban kerja fisik menunjukkan bahwa dari total 23 responden sebanyak 18 responden (78,26%) termasuk dalam kategori beban kerja fisik sedang dan sebanyak 5 responden (21,73%) termasuk dalam kategori beban kerja fisik berat. Berdasarkan hasil penelitian bahwa beban kerja fisik dengan keluhan Musculoskeletal Disorders dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja fisik dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada pekerja di sektor informal. Hasil penelitian yang dilakukan ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa peningkatan beban kerja akan diikuti pula dengan peningkatan keluhan muskuloskeletal yang terjadi (Wiyatno, 2011).

Penulis: Dr. Noeroel Widajati, S.KM., M.Sc.

Link Jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/IJOSH/article/view/19533

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp