Evaluasi Sistem Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) Bukan Polio di Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Penyakit polio telah berhasil dieradikasi dengan adanya program vaksinasi polio yang diberlakukan di banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Tentunya, walaupun berhasil dieradikasi yang berarti tidak ditemukan satu pun kasus polio di dunia sekarang ini. Surveilans atau pengawasan terhadap kemungkinan munculnya kembali penyakit polio ini masih terus dilakukan.

Hal ini juga dilakukan untuk membuktikan adanya kemunculan penyakit yang memiliki gejala mirip dengan polio liar, seperti penderita AFP (Acute Flaccid Paralysis) tetapi bukan polio. Surveilans AFP merupakan pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh layu akut atau AFP pada anak usia <15 tahun yang merupakan kelompok rentan atau suspek terhadap penyakit polio. Di Jawa Timur, hasil surveilans AFP yang dilakukan menunjukkan terjadi penurunan penemuan kasus AFP bukan polio pada tahun 2019. Hal ini melatarbelakangi keingingan tim peneliti kami untuk melakukan analisis dan evaluasi terkait pelaksanaan kegiatan surveilans AFP di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dengan pengumpulan data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh dari wawancara dengan sumber pemegang program surveilans AFP di Dinkes Provinsi Jatim, sedangkan data sekunder digunakan untuk analisis gambaran hasil surveilans yang telah dilakukan. Dilaporkan bahwa rata-rata penemuan kasus AFP bukan polio dari penduduk usia <15 tahun pada tahun 2019 adalah 1.64, yang tidak memenuhi target  sebesar ≥2/100.000. Data tersebut terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 2.03 pada tahun 2017 dan 2.04 pada tahun 2018.

Distribusi kasus AFP bukan polio berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa kelompok 1-4 tahun dan 5-9 tahun memiliki kasus terbanyak. Sedangkan distribusi kasus AFP bukan polio berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur memperlihatkan bahwa ada sebanyak 25 Kabupaten/Kota dinyatakan masih buruk dalam rate AFP bukan polio pada tahun 2019 dan 13 Kabupaten/Kota telah dinyatakan baik dalam rate AFP bukan polio, yang memenuhi target ≥2/100.000. Dalam penelitian tersebut, tim peneliti melakukan evaluasi juga terkait dengan faktor-faktor penyebab penurunan kasus AFP, salah satunya adalah kelemahan yang ditemukan dalam pelaksanaan surveilans AFP di Dinkes Provinsi Jatim diantaranya kurangnya sosialisasi, pelatihan, dan pengembangan bagi petugas surveilans AFP di puskesmas, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten. Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah memperkuat pengetahuan dan kesadaran bagi petugas surveilans AFP dengan kegiatan training and development sebagai peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain itu juga perlu dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas kunjungan SARS (Surveilans Aktif Rumah Sakit) oleh petugas surveilans kabupaten/kota dan contact person Rumah Sakit yang masih menjadi permasalahan. Penelitian ini kami harapkan dapat mengevaluasi sistem surveilans AFP bukan polio yang dilakukan oleh Dinkes Provinsi Jatim dan hasil surveilans yang baik ini dapat membuktikan bahwa virus polio liar sudah benar-benar tidak ada lagi di Indonesia.

Penulis: Laura Navika Yamani. S.Si., M.Si., Ph.D

Detail informasi riset ini dapat dilihat di:

https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/13515

Judul: Evaluation of the Acute Flaccid Paralysis Surveillance System of Polio Free in East Java, Indonesia, 2019

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp