Apakah Transaksi Pihak Berelasi Mempengaruhi Biaya Audit?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Medium

Adanya transaksi dengan pihak berelasi terkait dengan skandal fraud dalam praktik akuntansi, baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran terhadap praktik audit saat ini (Gordon et al.,, 2007). Transaksi pihak berelasi perlu menjadi perhatian utama. Pada kasus Enron dan Adelphia, transaksi dengan pihak berelasi mungkin untuk tujuan menipu atau melakukan kecurangan dibandingkan untuk melakukan tujuan bisnis secara harfiah dan tidak cukup diungkap dalam laporan keuangan (Gordon et al.,, 2007). Transaksi dengan pihak berelasi adalah transaksi antara perusahaan dengan individu atau dengan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan, seperti manajer, jajaran direktur, pemegang saham utama dan afiliasi (Al-Dhamari et al., 2018; Bona-Sánchez, et al. 2017; Gordon et al., 2007). Terdapat berbagai macam transaksi dengan pihak yang berelasi antara lain yaitu pembelian, penjualan, pinjaman atau memberikan pinjaman kepada pihak-pihak yang berelasi dengan perusahaan (Bryan & Mason, 2017; Gallery et al., 2008).

Munculnya PSAK 7 memberikan sinyal bahwa transaksi dengan pihak berelasi dapat memunculkan risiko terhadap penyajian laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Simunic (1980) menunjukkan bahwa hal-hal yang mempengaruhi besarnya biaya audit adalah ukuran perusahaan klien, kompleksitas audit dan risiko audit. Oleh sebab itu, meningkatnya risiko audit juga sejalan dengan meningkatnya biaya atas jasa audit. Jiang dan Son (2015) mengatakan bahwa auditor mungkin merespon terhadap kenaikan risiko klien dengan mengenakan biaya premi sebagai asuransi terhadap potensi litigasi dan sebagai usaha lebih yang dilakukan auditor dalam melaksanakan audit. Apabila auditor beranggapan bahwa transaksi dengan pihak berelasi memiliki risiko, maka akan mempengaruhi penentuan biaya audit karena auditor membutuhkan usaha yang lebih untuk meyakinkan bahwa dengan adanya transaksi dengan pihak berelasi tidak akan menyesatkan pengguna laporan keuangan.

Habib dan Bhuiyan (2011) mengatakan salah satu dimensi kualitas audit yang membedakan auditor berkualitas tinggi dari rekan-rekan yang berkualitas lebih rendah adalah tingkat spesialisasi industri perusahaan audit. Spesialisasi industri audit adalah pengetahuan industri khusus yang digunakan oleh perusahaan audit untuk membantu auditor memahami secara lebih baik apa yang dilakukan klien pada suatu industri tertentu dan risiko yang mereka hadapi (Fleming et al., 2014; Kend, 2008). Banyak penelitian terkait hubungan antara auditor yang terspesialisasi industri dengan biaya audit, namun belum ada yang melakukan penelitian atas efek dari moderasi auditor yang terspesialisasi industri atas hubungan antara transaksi dengan pihak berelasi dan biaya audit.

Fortuna Oktavia Perwita dan Iman Harymawan telah melakukan pengujian pada pengaruh transaksi pihak berelasi dan spesialisasi industri auditor terhadap biaya audit. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di IDX periode 2010-2017. Pemilihan sampel menggunakan pendekatan purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan, sehingga jumlah observasi akhir pada penelitian ini adalah 781 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transaksi pihak berelasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap besarnya biaya audit yang dibayarkan kepada auditor. Menurut Gordon et al., (2007), terdapat beberapa alasan mengapa sulit untuk mengaudit transaksi dengan pihak berelasi, diantaranya yaitu merupakan hal yang sulit untuk mengidentifikasi transaksi dengan pihak berelasi. Auditor juga sangat bergantung pada informasi yang diberikan mengenai pihak berelasi dan transaksi dengan pihak berelasi. Bahkan, meskipun auditor telah melakukan prosedur audit yang sesuai, tidak menutup kemungkinan bila auditor tidak dapat mengungkap adanya fraud dari transaksi pihak berelasi. Keadaan ini merupakan salah satu risiko dalam audit yang disebut dengan risiko deteksi.

Hasil dari penelitian ini juga menemukan bahwa auditor spesialisasi industri memperkuat secara positif dan signifikan hubungan antara transaksi pihak berelasi dengan biaya audit. Spesialisasi industri auditor merupakan salah satu atribut kualitas audit karena dapat meningkatkan kemungkinan untuk mengidentifikasi salah saji material dalam laporan keuangan (Fuentes & Sierra, 2015). Oleh sebab itu, perusahaan yang banyak melakukan transaksi dengan pihak berelasi diaudit oleh auditor dengan spesialisasi industri, maka akan meningkatkan kualitas dari laporan keuangan tersebut karena auditor dengan spesialisasi industri dianggap mampu untuk mendeteksi kesalahan baik yang error maupun kesalahan yang disengaja. Auditor akan mengenakan biaya audit yang lebih tinggi kepada perusahaan tersebut sesuai dengan kelebihan yang ditawarkan oleh auditor. Selain karena kelebihan yang ditawarkan auditor, pengenaan biaya yang lebih tinggi tersebut juga sebagai respon auditor terhadap risiko yang dihadapi dari adanya transaksi dengan pihak berelasi (Jiang & Son, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, auditor sebaiknya perlu mempertimbangkan dan menilai risiko dalam menjalankan audit. Hal ini perlu dilakukan untuk dapat menentukan besarnya biaya audit yang sesuai sehingga tidak merugikan auditor baik saat ini ataupun dimasa yang akan datang akibat risiko audit.

Penulis: Iman Harymawan, S.E., MBA., Ph.D.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://journal2.um.ac.id/index.php/jabe/article/view/15984

Perwita, F. O., & Harymawan, I. (2021). Related-Party Transactions and Audit Fees. JABE (Journal of Accounting and Business Education)5(2), 31-42.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp